Mutiara Guru

  • Anak dan Alkitab
  • Anak dan Alkitab
  • Yesaya 55:8

  • Yesaya 55:8

  • Yesaya 55:8

  • Yesaya 55:8

  • Penyelesaian atas rasa takut anak-anak kita bukanlah dengan menyembunyikan neraka, melainkan dengan menunjukkan Kristus dan salib.

  • 1 Petrus 2:24, AYT

  • 1 Petrus 4:10 (AYT)

  • Guru dapat membimbing aak menjadi keluarga Allah dengan meletakkan fondasi utama dalam diri anak sejak dini, yaitu firman Tuhan. (D.W. Dana)

  • Ibrani 12:5-6, AYT

  • Lukas 2:11, AYT

  • Keselamatan orang berdosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus adalah tujuan dari Natal.

  • Matius 3:2, AYT

  • Lukas 3:4, TB

  • 1 Korintus 10:31, AYT

  • Roma 11:36, AYT

  • Roma 4:17, AYT

  • Kejadian 1:1, AYT

  • Mazmur 77:12

  • Ajarkan anak Anda pandangan Alkitab yang mulia, yang meletakkan penderitaan di tempat yang tepat.

  • Menerima seorang anak ke dalam pelukan Anda dalam nama Yesus adalah sebuah cara untuk menerima Yesus. Dan, menerima Yesus adalah cara untuk menerima Allah.

  • Amsal 23:24-25, AYT

  • MUTIARA GURU

    Biarkan anak-anak tahu bahwa kita mengenal mereka dan mencintai mereka, dan ingin ikut bersama mereka untuk membantu menavigasi dunia yang berantakan ini, seperti yang dilakukan Juru Selamat kita untuk kita.

  • Dan, Ia berkata kepada mereka, 'Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada semua ciptaan. -- Markus 16:15, AYT

  • Apa yang akan Anda lakukan hari ini untuk memperkenalkan Alkitab kepada anak Anda?

  • Kita jangan hanya mengajarkan anak-anak cerita-cerita Alkitab. Kita harus mengajarkan mereka Kisah tentang Tuhan.

  • Ibrani 11:2, BIS

  • 2 Timotius 3:15-16, AYT

  • Kristus mati dan bangkit

  • Allah Memberikan Anak-Nya yang Tunggal

  • MUTIARA GURU

    Bawa Anak-Anak Kepada Yesus

  • MUTIARA GURU


    "Orangtua yang mengasihi Yesus sangat ingin anak-anaknya mengasihi DIA juga."

    - Courtney Reissig -

  • MUTIARA GURU

    Menjalankan tradisi kekristenan tidak membuat anak-anak kita menjadi Kristen

  • MUTIARA GURU

    Kelahiran Baru

  • MUTIARA GURU

    Kelahiran Baru

  • Pujian sedang berlangsung. Kami semua, anak-anak dan para guru, hanyut dalam pujian yang ceria dan bersemangat. Dengan gerakan yang menyertai masing-masing lagu, kami menggunakan tubuh kami juga untuk memuji Tuhan.

    Mungkin saking semangatnya, tiba-tiba seorang anak perempuan yang berkeringatan mendatangiku dengan wajah tegang dan berkata, "Tante, mau pipis ...." Ah, daripada ia keburu ngompol di kelas, aku bergegas menggandeng tangan mungilnya dan keluar. Untung kelas kami berada paling dekat dengan kamar mandi.

    Setibanya kami di toilet, kubantu ia menurunkan celananya. Lalu, kutunggui di sampingnya. Setelah selesai dan wajahnya tampak "lega", kutanya ia, "Sudah?" Ia mengangguk. Lalu, kuambilkan air di gayung dan kutaruh dekat kakinya. Karena usianya sudah hampir 3 tahun, kurasa ia pasti sudah bisa cebok sendiri. Namun, ia tak kunjung cebok dan berdiri. Alih-alih, dengan wajah memelas, ia menoleh kepadaku dan berkata, "Tante, tolong cebokin ...." Ah, dengan sedikit geli karena lambat memahaminya, aku segera meraih air dengan tangan untuk mencebokinya. Setelah selesai dan ia sudah rapi kembali, kami pun ikut kebaktian.

    Aneh, tetapi nyata. Ketika aku melakukan hal-hal seperti itu, hatiku selalu merasakan sukacita. Hal-hal kecil yang mungkin tak pernah diperhatikan orang. Misalnya, membersihkan sampah atau sisa-sisa makanan yang tercecer di kelas sehabis kebaktian, mengepel lantai yang basah atau kotor karena ada anak yang mengompol atau muntah, dan sebagainya. Bukan jijik yang terasa, melainkan sungguh ... sukacita.

    Rasanya begitulah aku diajar Tuhan untuk rendah hati. Menjadi guru sekolah minggu bukanlah posisi yang membuat foto kita dipajang, membuat kita sering diundang makan, atau membuat kita mendapat berbagai penghargaan. Sebaliknya, aku diajar untuk rela menjadi pelayan. Seperti Yesus yang bersedia mengambil kain dan basin untuk membasuh kaki para murid. Ya, Tuhan memanggil orang-orang yang rendah hati sehingga apa yang mereka ajarkan tidak bersumber dari diri mereka sendiri. Tuhan memanggil orang-orang yang tidak hanya mengandalkan bakat sehingga mereka selalu butuh Tuhan saat melayani.

    Terima kasih Tuhan atas hak istimewa kami untuk menjadi pelayan di ladang-Mu. Tiada upah yang lebih berharga bagi kami dibandingkan sukacita besar yang Kaulimpahkan di hati.

    "... sambil melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati ...." (Kisah Para Rasul 20:19, AYT)

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Judul buku : Loving Kids Like Jesus
    Penulis : Agustina Wijayani
    Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
    Halaman : 37 -- 39
  • Dahulu, saya jengkel karena sepanjang Natal kebaktian di gereja penuh sesak. Saya tidak menyukai kursi-kursi gereja yang sesak dan kesulitan mencari tempat parkir. Saya bahkan pernah menggerutu setelah dialihkan ke sebuah ruangan tambahan karena ruang kebaktian sudah penuh jauh sebelum kebaktian dimulai. Saya berpikir mengapa orang-orang yang datang sekali setahun ini tidak tinggal di rumah saja?

    Sikap saya itu sepertinya mencerminkan sikap para murid, yang memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus untuk memperoleh berkat-Nya (Matius 19:13). Apa pun alasannya, para murid pasti berpikir bahwa orang-orang itu tidak berhak berada di sana. Namun, Yesus berkata, "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga" (Matius 18:14).

    Saya akhirnya menyadari bahwa baik apabila seseorang dibawa ke suatu pertemuan yang merayakan kelahiran Yesus. Entah itu berupa acara anak-anak, ibadah penyalaan lilin, atau konser paduan suara, kita tidak pernah mengetahui kapan seseorang akan bertemu dengan Kristus Tuhan. Wartawan radio dan televisi, Harry Reasoner, pernah berkata, "Jika seorang kristiani hatinya tersentuh hanya sekali dalam setahun, sentuhan itu tetap memiliki arti. Dan, barangkali pada suatu hari Natal, pada suatu pagi yang hening, sentuhan itu terjadi."

    unculkan sifat kanak-kanak yang tersimpan di dalam diri kita. Dan, setiap anak disambut oleh Yesus.

    Tak ada yang da

    menggerakkan kita seperti sentuhan Yesus.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Judul situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=3187
    Penulis renungan : DCM
    Tanggal akses : 16 Oktober 2015
  • Di dalam salah satu episode "Membangun Indonesia Baru", seorang sosiolog menyatakan bahwa untuk menegakkan supremasi hukum di Indonesia sangat sulit, sebab sudah melibatkan banyak institusi. Jadi, apakah mungkin pembaruan di segala bidang dapat dilaksanakan di Indonesia?

    Demikian pula situasi yang dihadapi Yosia. Rentetan aksi Yosia yang berjumlah lebih dari 17 mengungkapkan betapa bobroknya masyarakat Yehuda. Namun, Yosia bertekad bulat dan tidak gentar menentang arus. Hal ini terungkap ketika ia berani mengadakan pembersihan berbagai berhala, bukit pengorbanan, hingga membunuh imam-imam bukit pengorbanan, justru pada saat seluruh rakyat Yehuda sudah terjerumus ke dalam penyembahan berhala (2 Raja-raja 23:20). Ia tidak hanya memberikan instruksi, tetapi terlibat langsung dengan melakukan sendiri tindakan yang benar. Ia sendiri sebagai contoh hidup hasil pembaruan bagi rakyatnya. Ia mengumpulkan, membacakan, memberhentikan, merobohkan, menajiskan, memecahkan, menebang, hingga menyembelih. Pembaruan juga harus melanda seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemimpin agama, pemimpin masyarakat, hingga rakyat jelata; mulai dari orang dewasa hingga anak-anak (2 Raja-raja 23:2). Ini berarti pembaruan tidak hanya dalam urusan kenegaraan, tetapi juga dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Dan, yang paling penting adalah bahwa pembaruan harus dilandaskan firman Allah yang hidup.

    Renungkan: Pembaruan dapat dilaksanakan di bumi Indonesia asalkan gereja mau dan berani berperan secara langsung. Walaupun gereja, karena kedudukannya sebagai minoritas, bukanlah lembaga penggerak utama reformasi bangsa kita, tetapi gereja mempunyai firman hidup yang akan memampukannya untuk menjadi contoh hidup masyarakat yang sudah diperbarui. Oleh karena itu, gereja harus menyerukan kepada seluruh jemaatnya mulai dari anak-anak sekolah minggu, remaja, pemuda, dewasa, hingga manula, untuk menjadi contoh hidup bagi tingkah laku yang sudah diperbarui. Mulailah dari yang paling sederhana, yaitu membayar pajak sesuai undang-undang, menaati peraturan berlalu lintas, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan segala sumber alam seperti listrik, air, bensin, dan gas secara bijak. Kapan kita akan mulai, jika tidak sekarang?

    Diambil dan disunting seperlunya:

    Nama situs : SABDA.org
    Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2000/07/17
    Penulis renungan : Tidak dicantumkan
    Tanggal akses : 15 Juni 2015
  • Secara tak sengaja, saya menemukan sebuah pohon tumbang yang bisa menjadi kayu api yang sangat baik untuk kompor besi dalam ruangan kami. Gergaji mesin saya memotongnya dengan rapi menjadi potongan-potongan kayu sekitar 45 cm. Akan tetapi, potongan-potongan kayu berdiameter 50 cm ini masih perlu dibelah. Oleh karena itu, saya mulai mengayunkan kapak. Tak ada yang terjadi -- kecuali mata kapak itu terjepit pada kayu. Kapak saya tajam, tetapi tidak cukup kuat untuk membelah kayu tersebut.

    Setelah frustrasi selama satu jam, saya mengemudikan mobil menuju toko besi dan membeli sebuah peralatan yang lebih besar dan berat bernama palu pembelah. Alat ini memiliki mata kapak pada satu sisinya dan mata untuk memalu pada sisi lainnya. Dengan alat yang benar, saya segera mendapatkan setumpuk kayu api belah yang baik dan kering untuk tahun berikutnya.

    Terkadang, saya berusaha melakukan pekerjaan Allah dengan menggunakan alat yang salah. Saya hebat dalam memberikan pendapat saya untuk menolong seseorang memecahkan masalah, tetapi sering kali tidak banyak yang terjadi sebelum saya mencari dan menerapkan kebenaran Allah pada situasi tersebut.

    Yeremia mengutuk nabi-nabi palsu di Israel karena mereka menggunakan apa yang salah -- kata-kata, mimpi, dan penglihatan mereka sendiri -- untuk memengaruhi dan menyesatkan rakyat (Yeremia 23:16, 25-27, 31-32).

    Marilah kita melakukan pekerjaan Tuhan dengan alat yang benar, yakni kuasa dan kekuatan dari firman Allah yang hidup.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : alkitab.sabda.org/illustration.php?id=2051
    Penulis artikel : DCE
    Tanggal akses : 11 Mei 2015
  • Suatu kali, seorang guru Sekolah Minggu menegur Kevin, murid yang dikenal badung dan suka berbuat iseng di kelasnya. "Kevin, tidak boleh begitu! Tuhan Yesus tidak suka kalau Kevin begitu." Dengan enteng, Kevin menjawab, "Ah biarin, nanti Tuhan Yesusnya saya 'smack down'." Mendengar pernyataan muridnya tersebut, sang guru mendekat dan menasihatinya.

    Memang perlu diakui bahwa anak-anak lebih mudah mengikuti teladan tokoh atau acara tertentu di televisi dibandingkan cerita Alkitab, bahkan Tuhan Yesus sendiri. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak terlihat, sedangkan televisi lebih nyata. Ini wajar karena salah satu pintu belajar seorang anak adalah penglihatan. Jadi, bagaimana caranya agar anak tersebut dapat belajar tentang Allah secara nyata? Orang tualah jawabannya. Orang tua harus mewujudkan dan menunjukkan contoh penerapan dari pengajaran mengenai Allah, dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah bukunya, Cornelius Plantinga Jr. mengatakan bahwa anak akan belajar mengenai Allah justru waktu ia melihat orang tuanya berdoa, menyebut nama Allah, menghindari dosa, dan memprioritaskan Allah dalam hidupnya.

    Kondisi zaman dan kemajuan teknologi memang dapat memberi pengaruh yang positif, tetapi sekaligus mendatangkan peringatan bagi orang tua kristiani. Setiap orang tua harus sungguh-sungguh mencondongkan hati kepada Allah dan hidup takut akan Allah. Supaya pengajaran mengenai Allah dapat ditangkap sepenuhnya oleh anak-anak ketika mereka melihat langsung cara hidup orang tuanya. Itulah artinya mengajarkan tentang Allah secara berulang-ulang kepada anak-anak.

    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : SABDA.org
    Alamat URL : http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2010/10/24
    Penulis artikel : RY
    Tanggal akses : 20 Februari 2015
  • Bagi sebagian besar anak, acara televisi, film, atau acara lainnya memang lebih menarik daripada SM. Jadi, jangan berharap acara sekolah minggu dapat bersaing dengan acara-acara televisi karena pasti akan kalah menarik. Namun, bukan tujuan guru SM untuk sekadar mengalahkan acara televisi karena kita tidak boleh menutup mata bahwa dalam beberapa aspek pendidikan, acara-acara tersebut juga penting bagi mereka. Tugas kitalah untuk memberi pengertian kepada mereka bahwa sekolah minggu memang bukan sekadar tempat hiburan dan bermain karena ibadah jelas bukan acara hiburan. Di SM, anak-anak bisa merasakan suasana ibadah/kebaktian yang mengisi rohani mereka.

    Jadi Semakin Menarik

    Acara SM akan menarik jika keseluruhan liturginya menarik dan disertai dengan sistem pembinaan yang terencana dengan baik. Dan, yang penting, kita harus tetap berusaha keras, bersabar, dan bertekun dalam pelayanan.

    Guru-guru SM wajib mengetahui detail liturgi dan acara yang dilaksanakan pada setiap Minggunya. Hal ini akan sangat membantu guru untuk bisa merencanakan acara dengan lebih baik. Kadang-kadang, pujian tidak dipersiapkan dengan baik, yang penting asal menyanyi saja. Pujian yang dipersiapkan dengan matang tidak kalah pentingnya dengan kebaktian. Selain mendukung cerita, pujian dapat memberikan pengajaran Kristen yang mudah diingat oleh anak-anak. Dalam keadaan takut, banyak persoalan, atau dalam keadaan sakit, sedih, dan duka, syair lagu pujian yang mereka kenal akan menjadi salah satu senjata rohani yang sangat ampuh. Garis besar liturgi anak SM biasanya sebagai berikut:

    • Pembukaan (Gerak badan dengan pujian)
    • Doa Pembukaan
    • Puji-Pujian
    • Persembahan
    • Pujian Persiapan Cerita/Firman
    • Penyampaian Firman (dengan alat bantu visual atau tidak)
    • Doa Firman
    • Pujian
    • Penutup

    Liturgi dan alur SM dikatakan berhasil jika dapat membuat suasana yang "bersemangat", menarik, dan terasa "akrab dan hidup". Dalam setiap kegiatan SM, guru harus mampu membawa anak mendalami/menghayati isi lagu dan firman Tuhan, dan membuat anak merasa "bertemu" dengan Allah.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Judul buku : 100 Senjata Pelayan Sekolah Minggu Asyik
    Judul bab : Senjata untuk Kelas SM
    Penulis : Igrea Siswanto
    Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
    Halaman : 11 -- 13
  • "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal." 1 Petrus 1:23

    Ketika kita menyadari identitas kita sebagai anak Tuhan, kita tidak lagi diperhamba oleh apa yang berasal dari dunia dan Iblis. Sebelum kita diangkat menjadi anak oleh Tuhan, kita terkurung di bawah perbudakan. Beberapa mental budak: takut, malu, merasa tidak layak, dan perasaan yatim piatu.

    Iblis menaruh roh perbudakan ini di dalam orang yang tidak mengenali identitasnya sebagai anak-anak Bapa di surga. Namun, Yesus datang memerdekakan kita dari perbudakan itu. Dia mengangkat kita menjadi anak-anak kesayangan-Nya. Dia memberikan kita identitas yang baru, bukan lagi sebagai budak, melainkan sebagai ANAK.

    Banyak anak-anak TUHAN masih berkata, "Oh, apalah arti saya ini. Saya hanya cacing tanah. Saya hanya sampah dunia ini." Benar, jika kita hidup tanpa YESUS, tetapi jika kita sudah LAHIR BARU (Roma 10:9-10), bukan itu yang firman Tuhan katakan mengenai identitas diri kita. Firman Tuhan mengatakan kita adalah ciptaan yang baru.

    Di dalam kita ada Roh yang sama yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Roma 8:11) dan Roh yang ada di dalam kita adalah Roh yang jauh lebih kuat daripada semua roh yang ada di dunia ini (1 Yohanes 4:4). Di dalam Kristus, Saudara dan saya memiliki kuasa untuk mengusir roh jahat, menginjak kalajengking, membangkitkan orang mati, dan menyembuhkan orang sakit. Inilah identitas kita yang baru di dalam Kristus.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Proud to Shine
    Alamat URL : http://proudtoshine.com/2014/wordpress/?p=1957
    Penulis artikel : Tidak dicantumkan
    Tanggal akses : 24 Juni 2014
  • Bacaan: 1 Samuel 2:11-26

    Keluarga adalah salah satu lembaga yang didirikan Tuhan di dunia ini, maka seharusnya keluarga itu memuliakan Tuhan. Lalu, bagaimana seharusnya orang tua mengarahkan anak-anaknya agar hidup takut akan Tuhan?

    Dalam bacaan hari ini, kita membandingkan dua keluarga, yaitu keluarga Imam Eli dan keluarga Hana. Eli adalah imam yang berhasil memerintah sebagai hakim di Israel selama empat puluh tahun (1 Samuel 4:18). Ia menurunkan jabatannya kepada kedua anaknya, yakni Hofni dan Pinehas. Namun, ia tidak mampu mempersiapkan kerohanian mereka untuk hidup sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Dengan status sebagai imam, kedua anak itu disebut sebagai orang-orang dursila yang tidak menghormati Tuhan, bahkan memandang rendah korban untuk Tuhan. Mereka begitu tamak dan rakus sehingga lemak yang seharusnya merupakan kurban untuk Tuhan pun dijarah (12-17). Hal memalukan lainnya adalah moral mereka yang begitu rendah (22). Imam Eli sendiri tidak memiliki ketegasan dalam mendidik anak-anaknya. Ini terlihat dari sikapnya yang hanya memberi nasihat, tanpa adanya tindakan untuk mendisiplin mereka. Padahal, anak-anaknya begitu keji di hadapan Tuhan. Maka, Tuhan mengeraskan hati anak-anaknya dan akan membinasakan mereka (23-25).

    Bagaimana dengan keluarga Hana? Hana beriman kepada Tuhan. Ia menggantungkan hidup dan harapannya sepenuhnya kepada Tuhan. Setelah Samuel anaknya diserahkan ke rumah Tuhan, setiap tahun ibunya membuat baju efod baginya dari kain linen (18-19). Keluarga Elkana pun makin diberkati Tuhan (20-21). Kehidupan Samuel juga terlihat kontras bila dibandingkan dengan anak-anak Eli. Samuel kecil semakin disukai, baik oleh Tuhan maupun manusia (26).

    Belajar dari kedua keluarga di atas, bangunlah keluarga kita di atas kebenaran firman Tuhan. Bila Anda adalah orang tua, didiklah anak-anak Anda untuk menghormati Tuhan. Dan, jangan lupa untuk menegur dan mendisiplin anak-anak Anda bila mereka menyimpang dari jalan kebenaran.

    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : SABDA.org
    Alamat URL : http://sabda.org
    Penulis : Tidak dicantumkan
    Tanggal akses : 5 Juni 2014
  • Nas: Aku adalah ... Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya. (Wahyu 1:17,18)

    Bacaan: Lukas 24:1-12

    Para murid dan pengikut mula-mula Tuhan kita menegaskan dengan penuh semangat dan dengan sepenuh hati bahwa Yesus dari Nazaret adalah Juru Selamat yang hidup, bukan guru atau filsuf yang mati karena membela ajaran-Nya. Mereka memegang kebenaran ini sedemikian kuat sehingga rela menderita siksaan dan rela mati daripada meninggalkan keyakinan itu.

    Kabar yang mengejutkan ini semakin menguatkan pelayanan mereka sehingga kesaksian mereka "mengacaukan seluruh dunia" (Kisah Para Rasul 17:6). Hal itu masih berlaku sampai sekarang: Roh Kudus menghargai kesaksian mereka yang menyatakan bahwa Yesus telah bangkit. Kesaksian mereka yang utama bukanlah tentang hukum moral, ritual keagamaan, atau pengakuan iman secara teologis (suatu hal yang baik jikalau mereka memiliki semua itu), melainkan tentang Allah yang menjelma menjadi manusia, satu-satunya yang dapat menyelamatkan. Pada zaman ini, ketika kemurnian iman telah mati dan banyak terjadi kemurtadan rohani, kita seharusnya melihat hanya kepada Dia yang "hidup untuk selamanya" (Wahyu 1:18).

    Seorang profesor yang sombong dan tidak saleh berkata kepada seorang anak kecil yang percaya kepada Tuhan Yesus, "Gadis kecilku, kamu tidak tahu kepada siapa kamu percaya. Ada banyak kristus di dunia ini. Kristus mana yang kamu percayai?" "Saya tahu siapa yang saya percayai," sahut anak itu. "Saya percaya kepada Kristus yang bangkit dari antara orang mati!"

    Yesus hidup (Lukas 24:1-12). Hidup kekal Anda bergantung pada kenyataan ini.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : http://alkitab.sabda.org
    Penulis : Henry Bosch
    Tanggal akses : 24 Januari 2014
  • Selama berlangsungnya perang di Kosovo pada tahun 1999, tiga tentara Amerika ditangkap dan disandera selama lebih dari satu bulan. Setelah dilakukan negosiasi yang menegangkan, didapatlah suatu kesepakatan dan tawanan pun dibebaskan.

    Roy Lloyd adalah seorang utusan yang menjamin pembebasan ketiga tentara itu. Ia melaporkan, "Ketiga tentara muda itu sangat religius. Salah seorang dari mereka, Christopher Stone, tidak bersedia pergi sebelum diizinkan menemui tentara yang menjaganya selama ia ditawan, dan berdoa untuknya."

    Tentara muda tersebut memahami prinsip-prinsip yang diajarkan Yesus. Ia bisa saja marah terhadap keadaan yang dialaminya dan membenci orang yang menangkapnya. Ia bisa saja memenuhi hatinya dengan kebencian dan dendam. Ia bisa saja terbakar oleh api kemarahan karena segala kesulitan yang dialaminya. Namun dengan menaati perintah Yesus (Matius 5:44) serta teladan Paulus dan Silas di Filipi (Kisah Para Rasul 16:25-34), ia mengampuni orang yang menawannya bahkan melayaninya.

    Di dunia ini, balas dendam merupakan hal yang wajar. Namun orang-orang percaya dipanggil untuk melakukan hal yang berbeda. Kita harus berdoa untuk orang-orang yang menganiaya kita, mengampuni mereka, dan melayani mereka.

    Prinsip-prinsip Yesus memang merupakan suatu tantangan bagi para pengikut-Nya, namun dengan pertolongan Roh Kudus yang hidup di dalam kita, kita dapat memilih untuk memiliki hati yang mau mengampuni.

    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/
    Penulis : DCE
    Tanggal akses : 18 Oktober 2013
  • "Panggilanku adalah untuk menjangkau anak laki-laki dan perempuan bagi Allah. Hal ini terlalu serius untuk dianggap enteng, terlalu mendesak untuk ditunda, terlalu penting untuk diabaikan, terlalu relevan untuk diabaikan, terlalu berarti untuk disepelekan, terlalu kekal untuk dianggap singkat, dan terlalu menyala-nyala untuk dipadamkan." (Roger Fields)

  • "Saya adalah pelayan. Saya melayani ladang misi terbesar di dunia. Saya melayani anak-anak. Saya adalah pelayan. Saya melayani anak-anak. Inilah aku. Inilah yang aku lakukan."
    (Roger Fields)

  • Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
    (Yohanes 3:3)

  • Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
    (Lukas 1:31)

  • "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya."
    (Roma 11:36)

  • 1 Korintus 1

    Mengapa Rasul Paulus memulai suratnya dengan ucapan syukur kepada Allah dan mengapa ucapan syukur tersebut perlu diketahui oleh jemaat Korintus? Ucapan syukur Rasul Paulus di dalam surat-suratnya selalu dikaitkan dengan pribadi Allah dan jemaat. Ucapan syukur tersebut mengungkapkan pengakuan bahwa Allah adalah sumber dari segala sesuatu, termasuk apa yang telah Rasul Paulus kerjakan bagi jemaat. Jemaat Korintus perlu mengerti bahwa Allah telah berbuat sesuatu untuk kepentingan mereka. Sebagai perintis gereja Korintus, Rasul Paulus mengetahui dengan jelas kondisi jemaat Korintus sehingga ia dapat melihat karya Allah dalam kehidupan mereka.

    Apa yang telah Allah lakukan kepada jemaat Korintus? Rasul Paulus mengungkapkan bahwa Allah telah memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh jemaat Korintus selama mereka hidup di dunia ini, dan Allah akan terus meneguhkan mereka sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali! Kasih karunia Allah itu membuat jemaat Korintus menjadi kaya dalam segala hal, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kebutuhan rohani mereka. Allah yang setia akan meneguhkan jemaat Korintus sehingga mereka akan kedapatan tidak bercacat pada hari kedatangan Tuhan Yesus.

    Hendaklah ucapan syukur kita juga berpusat pada apa yang telah Allah kerjakan bagi jemaat Tuhan, bukan berpusat pada diri sendiri. Kita perlu mengucap syukur bukan karena kita mendapatkan keuntungan atau kebaikan, melainkan karena apa yang telah Allah kerjakan bagi gereja-Nya.

    "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia,dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya." (Roma 11:36)

    Diambil dan disunting dari:
    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : Saat Teduh
    Alamat URL : http://saatteduh.wordpress.com/2013/04/15/ucapan-syukur-rasul-paulus/
    Penulis : WY
    Tanggal akses : 27 November 2013
  • Karena bagiku, hidup adalah untuk Kristus dan mati adalah keuntunganku. (Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi -- (Filipi 1:21)

  • "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
    (Roma 8:38-39)

  • "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah."
    (Amsal 15:1)

  • Kewajiban kita adalah melakukan hal yang benar. Selebihnya, ada di tangan Tuhan.
    (Anonim)

  • Bacaan: 1 Yohanes 3:16-23

    Saat Ibu Josh McDowell meninggal, Josh tidak yakin apakah ibunya telah menerima keselamatan. Ia pun menjadi depresi. Apakah ibunya sudah menerima Kristus? Sebab itu, ia kemudian berdoa, "Tuhan, tolong berilah aku jawaban sehingga aku dapat merasa tenang. Aku harus tahu hal ini." Sepertinya, doa ini adalah permintaan yang mustahil.

    Dua hari kemudian, Josh pergi ke pantai dan berjalan sendirian sampai ke ujung dermaga. Di sana, ada seorang wanita tua yang sedang duduk di kursi sambil memancing.

    "Dari mana asalmu, 'Nak?" tanya si wanita.

    "Michigan -- Union City," jawab Josh. "Memang belum banyak yang pernah mendengar nama daerah tempat tinggal saya itu. Daerah tersebut berada di pinggiran...."

    "Battle Creek?" potong si wanita tua. "Saya punya saudara sepupu di sana. Apakah kau mengenal keluarga McDowell, 'Nak?"

    Josh terhenyak. Ia kemudian menjawab, "Ya, saya adalah Josh McDowell."

    "Oh, saya tidak percaya hal ini!" kata wanita itu. "Saya adalah saudara sepupu ibumu."

    "Apakah Anda ingat bagaimana kehidupan rohani ibu saya?" tanya Josh.

    "Tentu saja. Saya dan ibumu masih kecil waktu ada seorang penginjil berkhotbah di gereja di kota kami. Kami berdua maju ke altar untuk menerima Kristus."

    "Puji Tuhan!" seru Josh begitu keras sampai mengagetkan para pemancing yang ada di sekelilingnya.

    Allah berkenan memberikan apa yang kita minta sesuai dengan kehendak-Nya. Jangan menyepelekan keinginan Allah untuk menjawab doa-doa kita. Barangkali, Anda akan menerima jawaban yang mengejutkan sebentar lagi.

    JIKA ANDA YAKIN KEPADA ALLAH, ALLAH AKAN MEYAKINKAN ANDA

    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : http://sabda.org/publikasi/e-rh/2006/11/05/
    Penulis : DJD
    Tanggal akses : 3 Oktober 2013
  • Arahkanlah perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata pengetahuan.
    (Amsal 23:12)

  • Mengetahui kehendak Allah adalah hikmat terbesar, menemukan kehendak Allah adalah penemuan terbesar, dan melakukan kehendak Allah adalah prestasi terbesar.
    (Coolidge)

  • Dan, inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
    (1 Yohanes 5:14)

  • Ketika anak Anda bertanya, jangan pernah Anda menutup telinga. Keberhasilan hidupnya dimulai dari bertanya dan ketika Anda menjawabnya dengan bijaksana. (Tilestian)

  • Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
    (Mazmur 119:105)

  • Jangan halangi anak Anda untuk datang kepada Allah. Jadilah jendela bagi Allah dan bukan cermin bagi diri sendiri.

    "Saya tidak akan pernah mengikut Kristus. Ayah saya adalah seorang pendeta yang telah berlaku kejam kepada saya dan saya menolak untuk menginjakkan kaki saya di gereja," putri seorang pengkhotbah membuka rahasia.

    Anda dapat menjadi jembatan terbesar yang menuju kepada Allah bagi anak-anak Anda. Atau, Anda dapat menjadi penghalang terbesar bagi anak Anda untuk datang kepada Allah.

    Ada orang tua yang melarang anak-anaknya yang berkelakuan buruk untuk ikut dalam persekutuan kaum muda di gereja. Betapa bodohnya mereka! Mengapa orang tua justru menjauhkan anaknya dari hadirat Allah ketika anaknya itu berkelakuan buruk? Kapan pun seorang anak berkelakuan buruk, ajaklah anak itu untuk menyembah dalam hadirat Tuhan bersama sebanyak mungkin teman mereka yang saleh.

    Saya memastikan bahwa perkataan, sikap, dan tindakan saya tidak akan menyebabkan anak saya tersandung dalam perburuan mereka akan Allah. Saya rindu bahwa gairah saya yang menyala-nyala akan Allah akan menyalakan api dalam diri mereka bagi Dia.

    Saya ingin mengakui dan menyingkirkan kesalahan serta dosa-dosa saya sehingga saya menjadi jalan kepada Allah Bapa bagi anak-anak saya, bukan jalan buntu bagi perburuan anak saya akan Allah.

    Saya rindu menjadi lampu hijau, bukan lampu merah dalam perjalanan rohani anak saya. Kerinduan kita bagi anak kita perlu menjadi warisan dan peninggalan rohani yang penuh kuasa sehingga mereka melakukan perkara-perkara yang lebih besar dalam Kerajaan Allah dibandingkan yang pernah kita lakukan. Saya ingin ada lebih banyak tanda ajaib yang menyertai mereka dibandingkan yang pernah saya alami. Saya rindu pelayanan mereka kepada orang lain jauh melebihi apa yang pernah saya lakukan atau bayangkan.

    Bila Anda menjadi penghalang bagi anak Anda untuk datang kepada Allah, rendahkanlah hati Anda seperti yang dilakukan Kristus. Janganlah menjadi penghalang supaya anak Anda didorong dan dibantu datang kepada Allah Bapa melalui kehidupan Anda.

    Diambil dan disunting dari:

    Judul asli buku : The 77 Irrefutable Truths of Parenting
    Judul buku terjemahan : 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak
    Penulis : Larry Keefauver
    Penerjemah : Team Penerjemah Media Injil Kerajaan
    Penerbit : Media Injil Kerajaan, Semarang
    Halaman : 85 -- 86
  • "Keberhasilan gereja bukan hanya membangun gereja yang megah lengkap dengan segala kegiatannya. Akan tetapi, keberhasilan gereja adalah bagaimana mencetak generasi yang takut akan Tuhan dan berpusat pada Tuhan, sehingga dapat menjadi garam dan terang bagi sekitarnya."
    (Diah Rahayu)

  • Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.
    (Amsal 14:26)

  • Nas: "Hai orang-orang yang takut akan Tuhan, percayalah kepada Tuhan! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka." (Mazmur 115:11)

    Di dalam dunia yang semakin berbahaya ini, pikirkan apa saja yang harus kita takuti, seperti ancaman teroris yang mengerikan, tingkat kejahatan yang menakutkan, bencana alam yang semakin meningkat, krisis energi yang semakin nyata,... Allah.

    Ya, Allah. Ironis, bukan? Dalam dunia yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan, satu-satunya tempat pengungsian dan perlindungan kita juga adalah Dia yang harus kita takuti.

    Renungkanlah kata-kata Salomo, "Dalam takut akan Tuhan ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26) Kemudian, perhatikanlah ayat berikutnya, "Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan."

    Kita berusaha menghindari hal-hal yang menakutkan dalam hidup ini karena hal itu mengganggu kedamaian kita. Akan tetapi, kita diajak untuk takut -- takut kepada Allah. Bagi mereka "yang takut akan Tuhan ... Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka." (Mazmur 115:11)

    Iman kita kepada Allah dapat membebaskan kita dari ketakutan akan dunia (Mazmur 23:4) -- tetapi hanya karena iman, kita bersandar pada ketakutan yang berbeda dari ketakutan duniawi. Amsal 29:25 berkata, "Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada Tuhan, dilindungi."

    Takut akan Allah itu berarti merasakan pesona-Nya. Apabila kita mengakui kebesaran itu dan percaya kepada-Nya, kita tidak ingin lagi berdosa terhadap-Nya. Dia menjadi tempat pengungsian kita dari ketakutan akan dunia ini. Dalam diri-Nya, kita menemukan kedamaian.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Alkitab SABDA
    Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=3579
    Penulis artikel : JDB
    Tanggal akses : 20 Juni 2013
  • Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.
    (Amsal 15:33)


  • Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
    (1 Yohanes 4:18)

  • Mengajarkan tujuan kepada anak-anak memampukan mereka untuk merencanakan.

    "Apakah tujuanmu melakukan itu?" tanya satu orang tua.

    Tolonglah anak Anda untuk menulis sebuah pernyataan tujuan bagi kehidupan mereka. Sementara mereka bertumbuh dewasa, pernyataan tujuan itu bisa saja makin panjang. Yesus mengindikasikan bahwa tujuan utamanya adalah mengasihi Allah dengan sepenuh hati dan mengasihi orang lain, dan diri sendiri dengan sungguh-sungguh. Bersediakah Anda mengajarkan hal itu kepada anak-anak Anda?

    Berikut ini adalah sebuah contoh pernyataan tujuan yang sederhana:

    1. Saya mengasihi Allah dengan cara ....
    2. Saya mengasihi orang lain dengan cara ....
    3. Saya mengasihi diri saya sendiri dengan cara ....

    Rencana apa pun yang sesuai dengan tujuan saya berarti tepat pada tujuan. Rencana apa pun yang bertentangan dengan tujuan saya, berarti melenceng dari tujuan.

    "Jadi Johny, dengan membawa boneka Billy, bagaimana kamu bisa menunjukkan kepada Billy bahwa kamu mengasihi Allah dan Billy?" tanya orang tua Johny yang saleh. Johny sedang belajar dari orang tuanya bahwa mengasihi Allah dan mengasihi orang lain mendahului diri sendiri. Sekarang, Johny harus merencanakan untuk mengembalikan boneka Billy dan minta maaf.

    Sebagai seorang remaja, Johny mulai membuat keputusan dalam kehidupan berdasarkan tujuan hidupnya. Rencana tersebut merefleksikan kehendak Allah karena tepat pada tujuan. Alkitab berkata bahwa ada "Saat bagi setiap tujuan di bawah langit" (Pengkhotbah 3:1). Tolonglah anak Anda untuk menemukan tujuan sebelum mereka merencanakan masa depan.

    Diambil dari:

    Judul asli buku : The 77 Irrefutable Truths of Parenting
    Judul buku terjemahan : 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak
    Penulis : Dr. Larry Keefauver
    Penerjemah : Tidak dicantumkan
    Penerbit : Media Injil Kerajaan, Semarang
    Halaman : 58 -- 59
  • "Peringatan HAN 2013 dimaksudkan untuk mengajak semua pihak berperan aktif dalam upaya mewujudkan anak sebagai generasi penerus yang berkualitas dan berimplikasi pada pemenuhan hak dan perlindungan anak, yang wajib dilindungi, dihormati, dihargai, dan dijamin oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara."
    (Ida Suseno Wulan)

  • "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
    (Amsal 22:6)

  • Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras.
    (Aeschylus)

  • Bersahabatlah dengan masalah yang Anda hadapi, maka Anda akan belajar sesuatu darinya. (Anon)

    Hari itu, aku sepertinya bakal "santai" karena tak ada tugas khusus yang mesti kulakukan; seperti pujian, firman, permainan, atau aktivitas. Semua sudah ada yang bertugas. Walaupun demikian, aku tetap tidak akan bersantai. Aku tahu setiap kesempatan beribadah merupakan "jam kerja" yang mesti aku pertanggungjawabkan dengan dedikasi yang tulus kepada Allah.

    Aku pun terlibat dalam kebaktian sebagaimana biasanya, dengan kesungguhan yang tak pernah ingin aku kurangi. Sementara larut dalam pujian bersama anak-anak, tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Temanku yang bertugas membawakan firman belum datang! Ups! Aku harus segera berbuat sesuatu, nih. Cepat-cepat aku keluar dan berusaha mencari buku pegangan di kelas yang lebih besar. Segera kubolak-balik halamannya dan mencari cerita yang bisa kupelajari secara singkat.

    Aku menemukan satu cerita ilustrasi yang menarik dan bisa disampaikan untuk anak-anak di kelasku. Segera kucari satu sudut ruang yang tenang, dan aku fokuskan seluruh perhatianku untuk mempelajari ceritanya. Sementara mataku nanar menelusuri beberapa lembar dari buku itu, dalam hati aku terus berdoa meminta pertolongan Tuhan. Aku meminta Tuhan menolongku untuk siap menyampaikan firman, yang meski kusiapkan mendadak, harus disampaikan tidak dengan asal-asalan.

    Menyadari bahwa waktuku tidak banyak lagi, aku pun segera kembali ke kelas. Dan benar, sesaat kemudian seorang temanku telah memimpin anak-anak untuk berdoa menyambut firman Tuhan. Aku pun segera ikut khusyuk berdoa, memohon sekali lagi Allah menyertai dan mengurapi. Duh, ada "dag-dig-dug" yang cukup kencang juga. Apalagi melihat anak-anak dan para pengantar yang cukup banyak hari itu. Yah, tak adil rasanya jika mereka tak mendapatkan firman yang mereka tunggu-tunggu untuk ditabur di tanah hati mereka hanya karena kami, sebagai guru, tak siap memberikannya.

    "Tuhan, tolong bantu aku," demikian bisikku sekali lagi saat kuterima mikrofon dari temanku. Dan begitulah, sepanjang membawakan cerita aku terus berharap Allah sendiri akan berfirman melaluiku. Melalui otakku yang mengolah cerita, melalui mulutku yang memproduksi kata-kata paling sederhana, dan melalui seluruh tubuhku yang mencoba mendaratkan cerita bagi anak-anak. Dan puji Tuhan, aku menyelesaikannya dengan baik. Kami berdoa bersama, memohon Allah terus berbicara di hati anak-anak.

    Ya, aku belajar sesuatu lagi hari itu. Pertama, secara teknis aku jadi sadar bahwa aku harus selalu siap dengan minimal satu cadangan cerita yang siap dibawakan setiap saat. Demikian pula dengan tugas-tugas lain; satu rangkaian pujian, satu jenis aktivitas dan atau permainan. Kedua, aku belajar bahwa seorang guru Sekolah Minggu harus selalu siap bekerja setiap kali ia dibutuhkan. Tanpa mengeluh. Tanpa marah-marah. Tanpa saling menyalahkan. Jadi, tidak hanya siap cerita, tetapi juga siap bekerja dengan hati yang selalu senang. Yah, karena memang itu tugasku, tanggung jawabku. Dan aku percaya, Yesusku tak akan membiarkan aku bekerja sendiri. Terutama pada saat-saat genting seperti yang kualami. Dia pasti menemani. Dia pasti menyertai.

    Diberkatilah orang-orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN (Yeremia 17:7)

    Diambil dan disunting dari:

    Judul buku : Loving Kids Like Jesus
    Penulis : Agustina Wijayanti
    Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
    Halaman : 68 -- 71
  • Orang yang menjadi berkat bagi kehidupan orang lain tidak akan menyimpan berkat itu hanya untuk dirinya.
    (Barrie)

  • Pelayanan terbesar yang dapat kita berikan kepada Allah adalah memenuhi panggilan rohani kita.
    (Gresham)

  • Allah tidak pernah mempertanyakan kemampuan dan ketidakmampuan kita, melainkan kesediaan kita.
    (Fletcher)

  • "Libatkanlah orang tua dalam pelayanan anak di gereja karena orang tua membutuhkan hal itu untuk menolong mereka mengajarkan nilai-nilai kebenaran tentang Allah kepada anaknya." (DW)

  • Tanggung jawab terbesar orang tua adalah untuk menunjukkan jalan ke arah Allah. (JDB)

  • Bacaan: Ulangan 6:6-25

    Nas: ..., "Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini." (Ulangan 32:46)

    Sebuah restoran pizza terkenal yang melayani anak-anak mengiklankan dirinya sebagai "tempat seorang anak dapat menjadi seorang anak". Sebenarnya, seorang anak selalu dapat menjadi seorang anak di mana saja.

    Namun, membangun dunia bagi seorang anak bukanlah sekadar membiarkan seorang anak menjadi seorang anak. Orang tua harus memahami tanggung jawab mereka dalam membimbing anak itu. Dan, untuk itu kita perlu melihat apa yang Alkitab katakan mengenai tanggung jawab orang tua.

    1. Orang tua harus mengajarkan kebenaran Allah (Ulangan 4:9; 32:46).
    2. Orang tua harus mendisiplin anak-anak dengan kasih karena mereka belum dewasa dan memerlukan bimbingan (Amsal 22:15; 29:15).
    3. Orang tua tidak boleh membangkitkan amarah di hati anak-anak mereka (Efesus 6:4).
    4. Keputusan orang tua yang bijaksana membawa berkat bagi anak-anak mereka (Ulangan 30:19,20).
    5. Orang tua yang saleh mengajar anak-anak mereka untuk taat (Efesus 6:1; 1 Timotius 3:4).
    6. Orang tua yang melatih anak-anak mereka dengan setia, dapat meyakini bahwa usaha mereka tidaklah sia-sia (Amsal 22:6).

    Di atas semua itu, untuk membangun dunia bagi seorang anak, rumah Anda harus menjadi tempat bagi setiap anggota keluarga untuk saling melayani dengan kasih Allah (Galatia 5:13). Dan, tidak ada bedanya membeli pizza sekarang atau tidak! [JDB]

    Diambil dan disunting dari:

    Nama situs : SABDA.org
    Alamat URL : http://sabda.org/publikasi/e-rh/1997/10/12/
    Penulis : JDB
    Tanggal akses : 15 Mei 2013
  • "Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya."
    (Ulangan 8:5)

  • Keberhasilan hidup bagi Kristus tercapai ketika mata kita terus tertuju kepada-Nya.
    (Anonim)

  • Nats: Mengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan? (1 Samuel 15:19)
    Bacaan: 1 Samuel 15:10-23

    Ketika Ratu Victoria masih kecil, ia tidak menyadari bahwa di kemudian hari ia akan mewarisi takhta kerajaan Inggris. Para guru yang bertugas menyiapkan dirinya (menghadapi masa depan) merasa frustrasi karena mereka tidak dapat menumbuhkan motivasi kepadanya. Ia tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, para gurunya memutuskan untuk memberi tahu bahwa suatu hari ia akan menjadi Ratu Inggris. Setelah mendengar tentang hal ini, Victoria kemudian dengan tenang berkata, "Kalau begitu, saya akan jadi anak yang baik." Kesadaran bahwa ia akan mewarisi panggilan mulia ini memberinya rasa tanggung jawab yang mempengaruhi tingkah lakunya secara mendalam semenjak hari itu dan seterusnya.

    Bacaan 1 Samuel 15:10-23 ini, menceritakan bagaimana Saul telah dipilih dari antara Bangsa Israel untuk menjadi raja yang diurapi (1 Samuel 15:17). Allah yang Mahakuasa telah memberikan kehormatan besar kepadanya dengan menempatkannya sebagai pemimpin umat-Nya yang terpilih. Akan tetapi, Saul tidak mempedulikan perilaku yang seharusnya menyertai panggilannya yang mulia tersebut. Jika ia peduli, tentu ia tidak akan mengambil jarahan perang, seakan-akan ia seorang pemimpin gerombolan terlarang (ayat 19).

    Sebagai orang percaya, kita adalah anak-anak Allah dan ahli waris bersama-sama dengan Kristus (Roma 8:16-17). Kita memiliki panggilan yang mulia. Ingatlah selalu akan siapa diri kita yang sebenarnya. Hal ini akan membantu kita berkata seperti Victoria, "Saya akan menjadi anak baik."

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Alkitab.sabda.org
    Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=1727
    Penulis : HVL
    Tanggal akses : 14 Februari 2013
  • "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu."
    (Amsal 1:8)

  • Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
    (Amsal 29:17)

  • Benih yang kita tabur hari ini akan menentukan jenis buah yang akan kita tuai esok hari. (Anonim)

  • "Bersyukur" pada Tuhan bukanlah hal yang berat,
    dibanding dengan kayu salib yang harus dipikul
    hingga terjatuh berulang kali.

    Jika tidak ada penyaliban Yesus,
    apakah kita bisa bersukacita karena Kristus yang menjamin keselamatan kita?
    Jika tanpa darah bercucuran dan sakit cambukan yang ditahan,
    siapakah yang bisa kita harapkan sekarang?

    Tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kekuatan-Nya.
    Semua ditanggung-Nya ....
    Dosa, penyakit, kejahatan .... Ia yang menanggungnya.

    Apa alasan kita untuk tidak bersyukur pada-Nya?
    Tidak ada ....

    Terima kasih, Tuhan atas salib-Mu.
    Atas pengurbanan-Mu.
    "Bersyukur" untuk penebusan yang telah Yesus lakukan untuk hidupku, hidupmu, hidup kita.

    Diambil dari:

    Nama situs : paskah.sabda.org
    Alamat URL : http://paskah.sabda.org/yesus_aku_bersyukur
    Penulis : Shmily
    Tanggal akses : 26 Maret 2013
  • "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14)

  • "Jadikan makna kebangkitan Kristus sebagai dasar pengharapan iman kita." (RHO)

  • Kita harus minta pertolongan kepada Allah karena kita membutuhkan Dia. Mengajukan pertanyaan mengapa kita harus pergi kepada Allah adalah sama dengan bertanya, "Mengapa kita harus pergi ke stasiun pompa bensin untuk memperoleh bensin?" Allah adalah satu-satunya yang memberi kita hidup; satu-satunya yang membuat kita mampu untuk bekerja, berbicara, dan bergerak. Dialah satu-satunya yang memberi kita pengetahuan dan segala hal yang kita butuhkan. Berpikir secara nalar, Dialah satu-satunya yang dapat menolong kita. Karena itu, kita harus pergi kepada Allah untuk pertolongan.

    Ayat kunci:

    Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. (Mazmur 118:5)

    Ayat terkait:

    Mazmur 17:6; 118:7-9; 144:2; Ibrani 13:6

    Pertanyaan terkait:

    Bila seseorang berada dalam kesulitan dan tidak berdoa, apakah Anda harus berdoa untuk dia? Apakah kita berdoa bila kita membutuhkan?

    Catatan untuk pelayan anak:

    Dunia tidak mengajar anak-anak untuk mengenali Allah sebagai sumber pertolongan mereka. Mereka butuh belajar mengenai hal ini dari Anda. Arahkan anak-anak Anda kepada Allah dalam doa, sebagai perhentian pertama dalam seluruh perjalanan menuju pertolongan dan mencari jawaban.

    Diambil dan disunting dari:

    Judul buku : 107 Pertanyaan Anak-anak tentang Doa
    Penulis : Tidak dicantumkan
    Penerbit : Betlehem Publishers, Jakarta 1998
    Halaman : 39
  • "Kita berdoa bukan untuk memperoleh kehendak kita di surga, tetapi untuk menggenapi kehendak Allah di bumi." (Anonim)

  • "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22) < http://alkitab.mobi/?matius+21:22 >

  • "Tuhan Yesus tidak bersikap meremehkan anak-anak. Ia menghendaki agar anak-anak dibawa kepada-Nya dan menerima berkat-Nya. Inilah kehendak Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada gereja sampai hari ini." (Magdalena P. Santoso)

  • "Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu." (Yohanes 17:9)

  • Yesus berkata: "Akulah Gembala yang baik."

    Seorang pembimbing guru-guru sekolah minggu mengajukan pertanyaan yang masih melekat dalam ingatan saya, kepada guru-guru sekolah minggu yang lain. Pertanyaannya: "Apakah tugas utama kita sebagai guru sekolah minggu?" Berbagai jawaban diberikan, tetapi tidak ada yang memuaskan. Akhirnya, dikatakan bahwa panggilan tertinggi bagi guru-guru sekolah minggu adalah sebagai gembala bagi anak-anak yang Tuhan percayakan di sekolah minggu.

    Setelah sekian tahun berlalu, di awal tahun yang baru ini, saatnya kita renungkan panggilan apa yang Tuhan berikan secara khusus kepada kita sebagai orang tua Kristen/pelayan anak? Di tengah segala krisis dan ketidakpastian dunia ini, pertanyaan ini mau tidak mau harus kita gumuli dengan serius, bukan lagi sebagai guru sekolah minggu terhadap muridnya, namun sebagai orang tua terhadap anak-anaknya.

    Mungkinkah kita dapat menjadi gembala bagi anak-anak kita? Siapakah kita? Kuasa apakah yang kita miliki? Bahkan, sering kali karena hal-hal sederhana telah mengganggu, kita dapat melukai hati anak-anak kita. Sebaliknya, bagaimana anak-anak mengerti dan mengenal Gembala Agung kita jika orang tua tidak menghadirkan dan mewakili Gembala Agung itu sendiri?

    Tetapi, puji Tuhan! Ada iman yang memberi pengharapan di dalam Kristus. Kepada seorang Petrus yang pernah menyangkal Yesus tiga kali, Dia memberikan tugas dan panggilan yang mulia, "Gembalakan domba-dombaKu." (Yohanes 21:15-19) Sebagaimana kita mengenal Dia sebagai Gembala yang baik, ada tugas dan panggilan yang mulia untuk menjadi Gembala bagi anak-anak kita. Melalui iman, kita sambut panggilan itu. Dengan meneladani Gembala Agung kita, kita akan mengerjakannya. Anak-anak kita, membutuhkan kita sebagai wakil Gembala Agung untuk melewati tahun-tahun kehidupan mereka. Anak-anak kita, membutuhkan kita sebagai gembala yang baik seperti Kristus, bukan orang upahan. Anak-anak kita, membutuhkan kita sebagai gembala yang belajar dan berjalan bersama Allah yang menggembalakan umat-Nya .... "Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya." (Yehezkiel 34:15-16). Orang tua yang dikasihi Kristus, belum terlambat bukan?

    Doa: Ya Bapa di surga, ajarlah kami menjadi gembala yang baik bagi anak-anak yang Engkau berikan, tambahkanlah iman, pengharapan, dan kasih kami kepada-Mu. Amin.

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Eunike
    Alamat URL : http://www.oocities.org/~eunike-net/15/index.html
    Penulis : Ev. ALS S.Th
    Tanggal Akses : 8 Januari 2012
  • "Panggilan yang tertinggi bagi guru-guru sekolah minggu adalah menjadi gembala bagi anak-anak yang Tuhan percayakan di sekolah minggu." (ALS)

  • "Seorang gembala domba mendapat pertanyaan tentang bagaimana ia bisa memiliki domba-domba yang memiliki kualitas sangat bagus. 'Itu mudah,' jawabnya, 'hanya dengan memberikan perawatan ekstra kepada anak-anak domba.'" (NN)

  • Aku sedang bersiap membawakan firman di sekolah minggu.

    Sudah kubaca buku panduan sampai 4 kali.

    Sudah kuhafal lagu baru yang akan kunyanyikan.

    Sudah kurancang semua peraga yang akan kupakai.

    Sudah kususun kerangka bercerita yang akan kusampaikan.

    Rasanya semua sudah siap, tinggal menunggu hari Minggu tiba.

    Tinggal menyiapkan diri untuk hadir tepat waktu.

    Tinggal menanti anak-anak datang untuk mendengar.

    Tinggal ikut bernyanyi sebelum firman.

    Tinggal membawakan persiapanku ketika saatnya tiba.

    Nyatanya "sudah" dan "tinggal" belumlah cukup, sebab...

    belum kuisi hatiku dengan besar cinta-Nya pada anak-anak.

    Belum kuberi diriku tenggelam dalam urapan-Nya.

    Belum kuserahkah hatiku untuk dilayakkan dalam kesucian-Nya.

    Belum kulatih diriku menerima firman yang seperti pedang bermata dua.

    Nyatanya, tiada hal akan terjadi...

    bila kutabur firman pada telinga terbuka...

    tanpa Allah membuka hati,

    bila kuberitakan Kabar Baik...

    tanpa Allah berbicara dan bekerja,

    bila kuberikan hanya tubuhku dan akalku...

    tanpa Allah mengurapi dan menyertai.

    Yesus, ingatkanku selalu bahwa...

    pelayananku tidak akan berhasil oleh kepandaian manusia,

    melainkan hanya oleh kuasa Allah yang tiada terbatas.

    Lewat orang-orang terbatas yang rela menyerahkan diri sepenuhnya.

    Diambil dari:

    Judul buku : Loving Kids Like Jesus
    Penulis : Agustina Wijayani
    Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
    Halaman : Tidak dicantumkan
  • "Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar." (1 Tesalonika 1:9)

    Tuhan kita adalah Tuhan yang memunyai rencana. Semua yang dikerjakan Tuhan dari kekekalan lampau sampai kekekalan yang akan datang adalah sesuai dengan rencana-Nya. Rencana Tuhan sangat erat hubungannya dengan manusia karena rencana Tuhan akan dirampungkan, melalui manusia dan juga di dalam manusia.

    Jangan beranggapan bahwa apa yang Tuhan lakukan terhadap kita hari ini adalah kebetulan saja. Semuanya sudah Tuhan atur sesuai dengan rencana-Nya. Setiap orang yang telah dilahirkan kembali memunyai kedudukan dan potensi untuk dipakai oleh Tuhan. Sebenarnya, Tuhan sudah mengonfirmasi hal ini, bukan hanya melalui menciptakan manusia, menebus manusia, tetapi juga melalui memanggil manusia.

    Mungkin kamu merasa bahwa Tuhan tidak bisa memakai kamu karena kamu kurang punya bakat, kurang bisa bicara, kurang mengerti Alkitab, kurang .... Tetapi, siapa pun kamu, Tuhan sudah memanggil kamu. Sekarang, kamu mungkin akan berkata, "Kapan Tuhan memanggil aku? Aku tidak pernah merasakan panggilan-Nya." Mungkin, kamu mengira bahwa panggilan Tuhan itu adalah masalah yang amat rumit. Sebenarnya, kamu cuma perlu bertanya pada dirimu sendiri, sejak kamu menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat sampai hari ini, apakah kamu pernah punya keinginan untuk dipakai oleh Tuhan? Memunyai sedikit saja keinginan untuk dipakai Tuhan, adalah bukti dari pekerjaan Tuhan yang luar biasa atas diri kita. Pekerjaan Tuhan yang satu ini lebih besar daripada pekerjaan penciptaan-Nya atas diri kita.

    Pekerjaan Tuhan menciptakan diri kita, tidak sehebat dan sebesar pekerjaan-Nya ketika membuat kita punya keinginan untuk dipakai oleh-Nya. Tuhan bisa membuat kita punya hati yang ingin dipakai oleh-Nya karena Dia sudah mengunjungi kita. Dengan kata lain, ini bisa terjadi karena Dia datang kepada kita. Tuhan sudah datang memanggil kita berkali-kali, sayang sekali kita sering mengabaikan kunjungan Tuhan. Kita tidak seharusnya berpikir bahwa Tuhan memanggil kita dengan suara seperti guntur dari surga, atau dengan melihat cahaya besar seperti Paulus dalam perjalanannya ke Damsyik. Kalau Tuhan tidak datang mengunjungi kamu, mana mungkin kamu bisa punya keinginan untuk dipakai Tuhan?

    Dulu, jangankan ingin dipakai Tuhan, kamu bahkan tidak peduli pada Tuhan, tetapi sekarang kamu ingin dipakai oleh Tuhan. Ini adalah bukti bahwa Tuhan sudah mengunjungi kamu dan kasih karunia Tuhan sudah datang kepadamu. Jangan abaikan kunjungan Tuhan dan panggilan-Nya. Mari kita segera respons! Saya mau berdoa mempersembahkan diriku lebih serius, agar Tuhan bisa memakai aku untuk saluran berkat-Nya.

    Doa: Tuhan Yesus, pakailah aku sesuai dengan rencana-Mu. Pakailah aku segera. Ya Tuhan Yesus, aku rindu jadi saluran berkat-Mu.

    Download Audio

    Diambil dan disunting seperlunya dari:

    Nama situs : Rumah Gembira
    Alamat URL : http://www.rumahgembira.or.id/kristal/semangat-melayani/suplai-firman/berguna-untuk-tuhan
    Penulis : Tidak dicantumkan
    Tanggal akses : 7 Agustus 2012
  • "Guru yang mengajar tanpa persiapan adalah seorang guru yang sedang mempersiapkan kegagalan."