Komik Yesus Hidup

Komik 'Dia Hidup di Antara Kita' menampilkan ilustrasi menakjubkan disertai dengan dialog. Ilustrasi ini akan menjamah hati, mengubah hidup, dan mengubah kehidupan pembacanya di masa depan.
Dapatkan di PlayStore
Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia, semua staf SABDA melakukan Pendalaman Alkitab (PA) dengan visi se-Bangsa dari Yesaya 56:1-8 dan 1 Timotius 2:1-7. Dari dua bagian Alkitab ini, kami melihat kembali panggilan Allah bagi kami untuk menjadi berkat bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi bangsa, bahkan bagi segala bangsa. Selain menggali ayat firman Tuhan, kami juga membaca renungan dari e-Santapan Harapan (e-SH), yaitu bahan saat teduh yang diterbitkan secara teratur oleh Scripture Union Indonesia dan dipublikasikan secara elektronik oleh Yayasan Lembaga SABDA. Yuk, kita pelajari lebih lanjut!
Dari Yesaya 56:1-8, Yesaya memberikan pesan yang tegas bahwa keselamatan itu bukan eksklusif milik orang Israel. Orang asing bahkan orang-orang yang dianggap tidak layak, ternyata juga diundang Tuhan masuk ke rumah-Nya. Syaratnya apa? Taat dengan perjanjian Tuhan dan hidup sesuai kehendak-Nya. Dari ayat 7, saya mendapatkan pesan bahwa Tuhan ingin rumah ibadah jangan menjadi tempat yang eksklusif, tetapi terbuka bagi semua orang.
Dalam konteks era digital dan AI saat ini, pesan Yesaya sangat relevan. Teknologi bisa menjadi sarana Allah untuk mengajak orang dari berbagai bangsa dan latar belakang untuk mengenal Tuhan. Dunia digital telah membuka peluang agar rumah doa bisa menghubungkan orang-orang percaya lintas daerah untuk berdoa, belajar firman, dan bersatu dalam Kristus.
Rasul Paulus juga menasihatkan Timotius dalam 1 Timotius 2:1-7 agar doa tidak hanya berfokus pada diri sendiri, tetapi meluas untuk semua orang termasuk pemimpin, pemerintah, dan bangsa-bangsa lain. Doa sejati mencakup permohonan, syafaat, dan ucapan syukur. Ini menjadi refleksi bagi saya yang seringnya hanya mendoakan keluarga, pelayanan, atau kebutuhan pribadi. Paulus menegaskan bahwa Allah rindu semua orang diselamatkan (ay. 4), dan doa adalah salah satu cara untuk saya bisa mengambil bagian dalam rencana keselamatan itu.
Doa bagi bangsa bukan sekadar kewajiban rohani, tetapi bagian dari misi Allah. Saya juga belajar bahwa mendoakan pemerintah itu penting. Saya belajar untuk tidak hanya mengkritik atau mengeluhkan, tetapi juga menghadirkan bangsa di hadapan Allah. Lebih jauh lagi, saya diingatkan untuk terus mendoakan bangsa ini.
Dari dua renungan tentang se-Bangsa, saya belajar bahwa Allah berdaulat atas semua bangsa. Keselamatan terbuka bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya sehingga gereja dipanggil untuk terbuka dan menjadi rumah doa bagi se-Bangsa. Doa bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga bagi pemimpin, masyarakat, dan bangsa. Pada era digital, kesempatan ini makin luas karena teknologi bisa menjadi sarana menghadirkan doa bersama dan menyebarkan firman Tuhan.
PA se-Bangsa mengingatkan saya bahwa iman sejati berarti hidup bagi Tuhan, mendoakan bangsa, dan terlibat dalam misi Allah bagi se-Bangsa.
Shalom Sahabat SABDA! Bersyukur, saya mendapat kesempatan untuk terlibat dalam tim SABDA yang menjadi fasilitator di salah satu kelas kapita selekta dalam event Indonesian Baptist Youth Conference (IBYC) 2025 di Convention Hall Terminal Tirtonadi pada 27 Juni 2025. Event akbar yang diadakan dua tahun sekali ini melibatkan lebih dari 1.000 pemuda-remaja Gereja Baptis Indonesia dari seluruh Nusantara, dan kali ini mengusung tema besar Let’s Move yang diambil dari Filipi 3:13-14.
Kelas kapita selekta yang dipimpin oleh SABDA bertema AI & Faith: Using Technology for God’s Glory, sebuah topik yang saya rasa sangat relevan pada era digital ini, khususnya bagi generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi. Ada tujuh orang yang bergabung dalam tim SABDA kali ini: Ibu Evie, Sdr. Tian, Sdri. Iyola, Sdri. Melisa, saya sendiri, serta Sdr. Keanrich dan Sdr. Devlin (staf magang dari Calvin Institute of Technology).
Dalam kelas ini, tiga orang dari tim kami menjadi pemateri yang mengajak peserta untuk belajar mengaitkan iman Kristen dengan teknologi AI. Ibu Evie membuka sesi dengan memperkenalkan SABDA serta gerakan AI-4-GOD! yang mengajak peserta untuk memuliakan Tuhan melalui penggunaan teknologi AI. Kemudian, Sdri. Melisa melanjutkan dengan pemaparan teknik prompting menggunakan metode “F.O.K.U.S.” (Format, Objektif, Konteks, User/Usage, Spicy), sebuah pendekatan sistematis agar dapat menghasilkan respons AI yang lebih mendalam. Setelah Sdri. Melisa, giliran saya memperkenalkan dua produk berbasis AI dari SABDA, yaitu Alkitab GPT dan BaDeNo AI, untuk membantu peserta menggali firman Tuhan secara sistematis, interaktif, dan bertanggung jawab. Kelas kami ditutup dengan presentasi AI Squared yang mengajak peserta untuk belajar menggali Alkitab menggunakan bantuan AI oleh Ibu Evie.
Sungguh luar biasa melihat antusiasme sekitar 100 peserta remaja dan pemuda yang hadir di kelas kami. Mereka tidak hanya menyimak dengan penuh perhatian, tetapi juga mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Beberapa dari mereka bahkan bersemangat membagikan hasil generate mereka saat sesi F.O.K.U.S. dan AI Squared (seorang dari mereka, bahkan menyanyikan lagu rap dengan keren yang liriknya dibuat menggunakan ChatGPT). Semua hal ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar menangkap visi dari kelas ini: menggunakan teknologi bukan untuk kesenangan semata, tetapi untuk memuliakan Tuhan dengan cara yang relevan dengan zaman ini.
Kesan saya mengikuti IBYC 2025 ini sangat mendalam. Saya sungguh bersukacita melihat begitu banyak anak muda yang rindu untuk belajar dan bertumbuh dalam iman Kristen dengan memanfaatkan teknologi. Karena itu, mari kita terus bergerak, seperti seruan tema IBYC tahun ini: Let’s Move! — bukan hanya maju dalam iman, tetapi juga dalam menggunakan alat-alat AI yang tersedia untuk semakin mengenal Tuhan dan memberitakan kasih-Nya. Apabila Sahabat SABDA ingin mendapatkan materi AI-4-GOD!, silakan berkunjung ke situs SABDA AI atau bisa juga mengontak kami di 0881-2979-100. Salam AI-4-GOD!
Halo, Sahabat SABDA. Saya mau berbagi lagi nih tentang pengalaman mengikuti diskusi online Growing Together (GT). Puji Tuhan! Selama Juni, GT membuka diskusi melalui WAG dengan tema Waktunya Healing!, yang didiskusikan pada 2-28 Juni 2025 dengan tujuan peserta dapat menemukan makna healing yang sesungguhnya. Diskusi WA dibagi dalam 2 grup, dan diikuti oleh 57 peserta diskusi. Adapun topik-topik yang digali setiap minggunya adalah Healing Bangsa, Healing Gereja, Healing Keluarga, dan Healing Digital. Semua topik yang didiskusikan ini dilihat dari perspektif iman Kristen.
Saya sangat bersyukur karena peserta dapat terlibat aktif untuk ikut bertumbuh bersama melalui diskusi. Saya menjadi fasilitator pada minggu ke-3 dengan topik Healing Keluarga. Ada banyak berkat rohani yang saya dapatkan dari diskusi ini. Saya yang baru membina rumah tangga mendapatkan banyak insight dari dinamika diskusi yang berlangsung. Saya diingatkan lagi bahwa setiap keluarga perlu pemulihan yang sejati dari Allah agar kasih Kristus selalu nyata dalam keluarga.
Kami juga mendiskusikan tentang bagaimana bahayanya jika ada luka yang tidak disembuhkan dalam keluarga. Dampaknya akan menurun ke generasi berikutnya, baik dalam bentuk pola asuh, perilaku, maupun trauma. Ada banyak saran yang diberikan dalam diskusi bagaimana keluarga bisa dipulihkan, seperti mengampuni secara total, terbuka, membangun komunikasi yang sehat, adakan konseling keluarga, dan yang paling penting adalah datang dengan rendah hati di hadapan Tuhan dan minta agar Dia memulihkan secara total. Ketika keluarga datang dengan kerendahan hati kepada Tuhan, pemulihan sejati akan dimulai.
Ya, ini hanya sebagian kecil dari apa yang saya pelajari dalam diskusi bersama peserta lainnya di GT ini. Saya sangat bersyukur ada tema bagus seperti ini yang pastinya juga akan menolong keluarga Kristen, gereja, bangsa, bahkan kehidupan digital kita tetap sehat dan pulih. Amin.
Saya mengajak Sahabat SABDA untuk mendapatkan berkatnya juga melalui arsip GT di situs: MURID21. Selain itu, Sahabat SABDA juga dapat menyimak testimoni dan berkat yang didapatkan peserta melalui Instagram @sabda_growingtogether. Kami berharap Sahabat SABDA semakin bertumbuh dalam Tuhan. Mari bergabung dalam diskusi GT bulan-bulan berikutnya ya. Kontak kami di 0821-3313-3315 jika ingin bergabung. Sampai jumpa.
Shalom Sahabat SABDA! Sepanjang Juni 2025, saya dan rekan-rekan di YLSA mengikuti PA bertema Healing, yang dibagi dalam tiga bagian besar: Healing Gereja, Healing Keluarga, dan Healing dari Tokoh Alkitab. Setiap orang memilih satu bagian firman Tuhan, menggalinya secara pribadi (boleh pakai AI juga), lalu membagikan hasil penggaliannya dalam kelompok kecil.
Pada minggu pertama, saya memilih Wahyu 3:15–18 tentang jemaat Laodikia yang “suam-suam kuku”. Teguran Yesus terasa tajam, tetapi penuh kasih. Gereja yang setengah hati, tidak panas atau dingin, digambarkan sebagai kondisi yang sakit secara rohani. Namun, Tuhan tidak tinggal diam. Ia menawarkan pemulihan melalui “emas yang dimurnikan”, “pakaian putih”, dan “salep untuk mata”. Ini menjadi simbol pemurnian, pengampunan, dan pencerahan rohani. Dalam diskusi kelompok, kami memperkaya secara rohani satu sama lain. Pelajaran penting yang saya dapat adalah healing gereja dimulai dari kesediaan untuk menerima teguran dari Tuhan.
Minggu berikutnya (17–20 Juni) kami masuk ke tema Healing Keluarga. Saya memilih Hosea 1:4–9 dan Hosea 2:22–23. Awalnya, teks ini terasa berat karena penuh simbol penghakiman, tetapi ternyata di sanalah keindahan kasih Allah terlihat. Nama anak-anak Hosea melambangkan keterputusan, tetapi Allah mengubah semuanya menjadi pemulihan: “Lo-Ami” menjadi “Engkau umat-Ku”. Ini mengajarkan saya bahwa healing dalam keluarga terjadi bukan karena kondisi sempurna, tetapi karena kasih Tuhan yang tidak berubah.
Pada minggu terakhir, saya memilih kisah teman-teman Daniel di Daniel 1 yang menolak makan makanan raja dan tetap setia. Di tengah tekanan budaya dan kehilangan identitas, mereka menunjukkan bahwa healing bisa juga berarti pemulihan prinsip dan karakter, bukan hanya luka fisik.
Selama proses PA ini, saya benar-benar merasakan Tuhan berbicara dan memulihkan secara pribadi. Harapan saya, semoga PA ini bisa menginspirasi Sahabat SABDA lainnya untuk mulai kembali menggali firman Tuhan karena dari sanalah healing sejati dimulai. Yuk, jangan tunggu momen sempurna, tetapi mulai dari mana pun kita berada.
Bersyukur, saya dipercaya untuk menjadi fasilitator diskusi Growing Together (GT) Mei 2025 dengan tema yang sangat penting, yaitu Gereja dan Amanat Agung. Tema ini mengajak kita untuk merenungkan kembali inti dari keberadaan gereja, yaitu melaksanakan Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan dalam Matius 28:18–20. Amanat ini bukan sekadar kutipan yang akrab dalam khotbah misi, tetapi merupakan identitas dan panggilan kita sebagai orang percaya.
Selama empat minggu, kami mendiskusikan empat topik utama. Minggu pertama membahas Amanat Agung dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yang menunjukkan bahwa misi Allah sudah ada sejak awal sejarah keselamatan. Saya sendiri bertugas sebagai fasilitator pada minggu pertama untuk topik 1 di WAG GT 1. Para peserta di GT 1 sangat aktif dalam menjawab dan merespons jawaban satu sama lain. Senin–Selasa, kami membahas tentang Amanat Agung dalam Perjanjian Lama; Rabu–Kamis, kami mulai melihat dari sudut pandang Perjanjian Baru; dan Jumat–Sabtu, kami menelusuri benang merah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Minggu kedua, kami belajar bahwa gereja dipanggil untuk menjadi komunitas pemuridan dan pengutusan, bukan sekadar tempat ibadah. Diskusi minggu ketiga sangat membuka wawasan karena kami membahas bagaimana teknologi digital bisa menjadi sarana untuk menghidupi Amanat Agung. Kami saling berbagi cara memakai media sosial, aplikasi Alkitab, dan platform digital lainnya untuk menyebarkan Injil dan memuridkan. Minggu terakhir bersifat reflektif: bagaimana saya secara pribadi akan menjawab panggilan ini? Apa peran saya dalam misi Allah ke depan?
GT Mei ditutup pada 30 Mei dengan memberikan overview untuk diskusi GT Mei dan sesi pengarahan untuk GT Juni. Namun, pesan utamanya masih membekas bagi saya, yaitu bahwa Amanat Agung bukan hanya tugas misionaris atau pemimpin gereja, tetapi panggilan bagi kita semua. Gereja, termasuk kita di dalamnya, dipanggil untuk setia melaksanakan misi Allah di mana pun kita berada, termasuk dalam dunia digital. Kiranya kita sungguh-sungguh menjawab Amanat Agung dengan setia. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Shalom, Sahabat SABDA! Beberapa waktu lalu, saya menyimak diskusi super menarik melalui seminar #AITalks dari SABDA bertajuk AI dan Roh Kudus. Ini merupakan topik yang relevan pada saat ini mengingat perkembangan teknologi AI sangat cepat dan terkadang membuat saya cukup gentar karena ada rasa takut digantikan oleh AI. Namun, sebagai orang beriman, kita yakin Roh Kudus sebagai penuntun hidup kita. Nah, sekarang apa hubungan AI (kecerdasan buatan) dengan Roh Kudus? Benak saya sempat bertanya-tanya, tetapi setelah mendengarkan presentasi ini, pandangan saya jadi lebih terbuka.
Pada sesi awal, ada pembahasan tentang perbandingan antara AI dan Roh Kudus. Poin ini sangat membantu saya mengerti bahwa AI adalah ciptaan manusia, sebuah alat yang tidak hidup, bukan pribadi, dan pengetahuannya terbatas pada data yang diprogramkan. Ibaratnya, AI itu seperti alat yang beroperasi sesuai instruksi kita. Sebaliknya, Roh Kudus adalah pribadi ilahi yang hidup, bagian dari Tritunggal Maha Kudus. Roh Kudus memiliki pengetahuan tak terbatas dan kehendak untuk menjalin hubungan pribadi, membimbing, serta menghibur manusia.
AI hanyalah alat, tidak memiliki kehendak dan dapat digunakan untuk kepentingan duniawi maupun rohani, tergantung siapa yang menggunakannya. Roh Kudus adalah pribadi yang bisa memakai alat AI untuk tujuan-Nya yang kekal untuk memuliakan nama-Nya melalui kita sebagai umat percaya. Roh Kudus tidak bisa digantikan oleh AI, atau kekuasaan-Nya tidak berkurang karena kehadiran AI. Keduanya jauh berbeda, seperti membandingkan ciptaan dengan Penciptanya.
Melalui materi ini, saya belajar pentingnya Roh Kudus dalam hidup ini yang dapat menerangi dan memberi pemahaman yang benar dalam menyikapi perkembangan teknologi dan penggunaan AI. Gunakan setiap teknologi untuk melayani-Nya. Tuhan Yesus memberkati.
Apabila Sahabat SABDA tidak sempat untuk mengikuti seminar #AITalks ini, silakan menyimak arsip videonya di situs SABDA AI. Sampai jumpa pada tulisan saya selanjutnya. Terima kasih.
Oleh: Devlin Manuel
Halo Sahabat SABDA. Kenalin nama saya Devlin Manuel, mahasiswa semester 4 dari jurusan IT & Big Data Analytics (IBDA) di Calvin Institute of Technology. Saya akan sharing terkait kesan saya terlibat melayani di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) dalam rangka kerja sosial (biasanya, SABDA menyebutnya dengan magang).
Saat pertama kali datang ke SABDA, saya disambut dengan hangat oleh teman-teman staf di YLSA. Mereka sangat ramah, dan ketika bekerja pun saling mendukung. Selama masa magang ini, saya bergabung di tim SABDA Labs sebagai Web Developer. Dengan begitu, saya memiliki kesempatan untuk melatih keterampilan IT yang saya miliki, sekaligus menambah pengetahuan dan pengalaman baru di luar dari yang telah saya pelajari selama kuliah.
Di tim SABDA Labs, saya mendapat tugas untuk mengembangkan website lama YLSA agar tampil lebih modern dan lebih ramah untuk pengguna (user friendly). Meskipun saya merasa kebingungan dan kesulitan dalam beradaptasi dengan tugas-tugas baru, saya bersyukur memiliki supervisor dan rekan kerja yang siap membimbing serta mengarahkan saya dengan memberi masukan/saran yang jelas dalam pengerjaannya.
Di SABDA, saya belajar banyak hal, mulai dari kedisiplinan, tanggung jawab, proaktif, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sampai memecahkan masalah. Selain itu, saya juga tertarik dengan kegiatan harian di YLSA, seperti persekutuan doa setiap Senin dan Jumat, dan pendalaman Alkitab setiap Selasa-Kamis. Selain menolong pertumbuhan iman, hal ini juga mendorong kepedulian dan keterbukaan terhadap sesama rekan kerja melalui sharing dan doa bersama. Menurut saya, hal inilah yang menjadi keunikan dari budaya kerja di YLSA.
Saya berharap bisa belajar melayani dengan lebih baik, berkontribusi bagi masyarakat, dan mengembangkan keterampilan IT saya untuk melayani Tuhan. Secara khusus, saya bersyukur bisa menjadi bagian dari YLSA. Saya yakin bahwa pengalaman ini sangat berharga untuk masa yang akan datang. Bagi teman-teman yang penasaran dengan pelayanan SABDA dan cerita-cerita di balik layar pelayanan ini, yuk baca blog-blog yang lainnya juga ya di situs ini. Jika ada yang ingin ditanyakan seputar pelayanan SABDA, bisa menghubungi via WA di 0881-2979-100. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati!.
Hai, Sahabat SABDA! Senang sekali bisa menyapa Sahabat SABDA lagi. Cerita yang akan saya bagikan kali ini tentang serunya diskusi dalam SABDA Youth. Pastinya Sahabat SABDA sudah pernah gabung ‘kan? SABDA Youth adalah program obrolan live yang ngebahas topik-topik kekinian yang lagi ramai di kalangan anak muda, tetapi semuanya dikupas dari sudut pandang Alkitab. Buat saya pribadi, ini tuh pas banget, karena sering kali kita bingung bagaimana caranya supaya iman kita tetap relevan di tengah dunia digital.
Nah, selama Juni 2025, SABDA Youth membahas tema besar terkait Healing. Topik ini dibahas dalam beberapa sesi bareng host dan para guests yang keren-keren. Ada Kak Rei, Kak Santi, Kak Evie, juga teman-teman lainnya, seperti Kak Ribka, Kak Aldo, Kak Michael, Kak Yola, Kak Ditus, Kak Oci, Kak Elan, dan Kak Lidia. Nggak hanya mereka yang belajar dari sesi-sesi ini, saya juga ikut banyak belajar dan diberkati lewat setiap pembahasannya.
Sesi pertama ngebahas tentang Inner Wounds. Pada zaman sekarang, apalagi dengan maraknya dunia digital, kita jadi makin rentan merasa cemas, stres, dan haus validasi. Media sosial bisa menjadi tempat kita mencari pengakuan, tetapi malah makin merasakan kekosongan. Di sinilah, pentingnya menyadari bahwa identitas sejati kita ada dalam Kristus. Menjaga pikiran tetap sehat, melakukan detoks digital, mengutamakan firman Tuhan dan doa, jadi langkah penting untuk hidup dengan hati yang terjaga dan bijak.
Minggu berikutnya dilanjut dengan tema Healing or Escaping? yang menurutku cukup menampar. Soalnya, banyak dari kita menganggap healing itu cuma tentang liburan, ngopi sendirian, atau me time. Padahal hal-hal itu bukanlah penyembuhan, tetapi hanya sebagai pelarian. Healing yang sejati itu hanya bisa ditemukan dalam Kristus, saat kita berani mengakui luka dan kesalahan, menerima pengampunan dari Tuhan, dan berjalan dalam hidup yang baru bersama Dia.
Topik selanjutnya yang nggak kalah menarik adalah Restore Me, O GOD. Di sini, kita diingatkan bahwa luka batin, seperti stres dan kekecewaan, walau tak terlihat, tetap sebenarnya nyata dan bisa sangat menguras tenaga. Dunia sering menawarkan solusi instan, tetapi hanya Tuhan yang bisa memberi pemulihan sejati. Yesus adalah Dokter Jiwa Sejati yang bisa menyentuh bagian terdalam hidup kita. Berelasi dengan Tuhan nggak bisa instan, tetapi kita perlu membangun hubungan yang sungguh-sungguh dan intim, bukan datang waktu butuh saja … hehe.
Terakhir, kita diajak merenungkan bahwa ketika kita sudah dipulihkan, perjalanan kita belum selesai. Ada panggilan agar kita juga menjadi pemulih bagi orang lain. Tema Healed to Be a Healer mengajak kita membuka mata terhadap kebutuhan banyak orang di sekeliling kita, terutama di dunia digital, yang penuh tekanan dan informasi negatif. Kita nggak bisa sendirian; kita butuh Kristus sebagai pusat hidup kita, dan juga bimbingan dari mentor rohani. Di tengah dunia yang semakin bising, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan terang.
Sekian sharing dari saya tentang serunya SABDA Youth sepanjang Juni. Teman-teman bisa tonton arsipnya di Instagram @sabdaresources. Terima kasih sudah membaca. Tuhan Yesus memberkati!
Shalom Sahabat SABDA, saya bersyukur bisa menulis blog lagi di sini. Kali ini, saya akan berbagi cerita tentang salah satu seminar seri #AITalks yang SABDA adakan. Namun sebelumnya, kita semua tentu akrab donk ya dengan kegiatan Pendalaman Alkitab (PA), baik secara pribadi maupun kelompok. PA dilakukan untuk memahami firman Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat yang taat kepada firman Tuhan, PA menjadi bekal penting agar kita tidak mudah goyah oleh godaan dunia.
Seiring perkembangan teknologi, kini ada cara kreatif yang bisa kita lakukan ketika PA. Kita bisa memanfaatkan teknologi AI dalam proses PA kita. Melalui seminar #AITalks yang berjudul AI dan Prompting untuk PA yang diselenggarakan oleh SABDA, saya mendapatkan beberapa pelajaran penting, seperti dasar prompting. Prompt adalah instruksi yang kita berikan kepada AI agar menghasilkan jawaban yang relevan dan sesuai kebutuhan kita. Namun, tidak semua prompt yang kita buat efektif atau mudah dipahami oleh AI. Karena itu, SABDA mengembangkan rumus F.O.K.U.S. untuk membantu kita membuat prompt yang efisien, jelas, dan tepat dalam konteks PA.
Selain itu, ternyata juga diperlukan creative prompting, yang diperkenalkan juga contoh-contoh prompt kreatif untuk PA yang disusun dengan rumus FUN (FOKUS Untuk Nikmati). Apa yang dinikmati? Melalui dialog dengan AI, kita bisa meminta berbagai bentuk respons, seperti FAQ, kuis, gambar, modul Sekolah Minggu, rangkuman, lirik lagu, dan lainnya tidak terbatas pada format percakapan saja.
Systematic atau bisa juga disebut Strategic Prompting, menjadi topik yang membahas alat dan metode dalam PA. Selain Alkitab, baik digital maupun cetak, kita bisa menggunakan tafsiran, leksikon, dan tentunya AI untuk memperdalam pemahaman. SABDA dan mitra juga mengembangkan metode-metode PA, seperti Baca Gali Alkitab (BGA), Walking with God (WWG), OIA (Observasi, Interpretasi, Aplikasi), S.A.B.D.A., BaDeNo, dan AI Squared. Metode-metode ini membuat PA lebih interaktif dan kreatif.
Lalu, ada Conversational Prompting, meskipun dibahas singkat karena keterbatasan waktu, poin utama dari bagian ini adalah pentingnya menggunakan prompt dan tools AI yang spesifik (atau yang telah “di-grounding“) untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat. SABDA sendiri mengembangkan tools, seperti Alkitab GPT dan Christian Counseling GPT, yang dirancang khusus untuk penggalian Alkitab dan konseling.
Melalui seminar ini, saya terinspirasi untuk menggunakan AI sebagai partnerku dalam ber-PA dan belajar menyusun prompt yang efektif. Meski AI sangat membantu, kita tetap harus bijak dalam menggunakannya agar tidak bergantung secara berlebihan. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk senantiasa memohon bimbingan Roh Kudus dalam mempelajari firman Tuhan.
Hai, Sahabat SABDA. Melalui blog ini, saya membagikan cerita ketika menyimak acara Kenal Produk sepanjang April tentang Kartu Tokoh Misi dan Komunitas Discord AI-4-GOD!. Kenal Produk yang pertama, yaitu Kartu Tokoh Misi, dengan narasumber Sdr. Nehemia dari tim SABDA Resources dan yang terlibat langsung dalam pengerjaan produk ini. Acara ini dipandu oleh Ibu Evie yang menggali dengan baik informasi penting yang perlu disampaikan dengan cara yang fun. Saya antusias ketika mengikuti acara ini karena sebelumnya melihat dari produk serupa dari SABDA, yaitu Kartu Doa Suku, yang memberkati banyak orang.
Saya akan bagikan sedikit cerita yang saya dapat dari acara ini. Kartu Tokoh Misi memuat informasi penting seputar tokoh-tokoh misi yang dilengkapi dengan gambar dan berbentuk seperti kartu, tetapi dalam format digital. Tujuan SABDA membuat kartu ini adalah untuk mengingat kembali tokoh-tokoh iman Kristen, profil pelayanan, dan dampak pelayanannya. Harapannya, semangat para tokoh ini bisa ditularkan ke generasi digital saat ini. Nehemia juga membagikan proses pembuatan Kartu Tokoh Misi ini. Sebanyak 59 tokoh misi sudah diproses, tetapi masih akan terus bertambah.
Setelah mengikuti acara ini, saya mengunjungi situs Bio-Kristi dan membaca beberapa kartu tokoh yang sudah di-upload. Sahabat SABDA juga bisa mengakses serta mendapatkannya di situs SABDA Misi. Di akhir acara, Sdr. Nehemia menyampaikan kerinduannya agar peserta bisa membagikan Kartu Tokoh Misi ini serta menggunakannya sebagai pembelajaran/diskusi/untuk kuis/game di gereja/komunitas. Mohon dukungan Sahabat SABDA agar Kartu Tokoh Misi ini dapat dipakai oleh banyak orang, dapat terus dikembangkan, serta bisa mengobarkan semangat misi generasi saat ini.
Untuk Kenal Produk berikutnya, kami menghadirkan komunitas baru dari SABDA, yaitu Komunitas Discord AI-4-GOD! yang dikupas tuntas bersama Sdr. Aldo dan Sdri. Aurel. Dalam momen ini, saya juga terlibat sebagai admin, sehingga bisa mengikuti dengan lebih detail acaranya dari awal hingga akhir. Komunitas Discord AI-4-GOD! ini adalah pengembangan setelah tingginya antusias Sahabat SABDA di komunitas WAG AI-4-GOD! dan merambah ke platform Discord
Dalam perbincangan, Sdr. Aldo dan Sdri. Aurel menyampaikan informasi penting mengapa SABDA perlu menggunakan platform Discord dan apa kelebihannya. Di antaranya, ada bot dari SABDA yang terhubung langsung dengan AI. Nah, bagian-bagian yang ada di Discord antara lain tempat diskusi umum, tempat sharing hasil penggunaan AI, dll. sehingga diskusi lebih terarah dan fokus. Selain itu, ada juga renungan yang dikirim tiap pagi. Wah, sangat menarik ya! Selain bisa mendapatkan pengetahuan tentang penggunaan AI, kita juga dapat bertumbuh dalam iman.
Sahabat SABDA yang belum bergabung dalam komunitas ini tidak perlu khawatir karena cara join-nya mudah, tinggal masuk ke situs SABDA AI dan klik logo Discord. Saya sendiri sudah bergabung di komunitas ini. Walau masih sebagai penyimak, saya tetap bisa mendapatkan info-info terkait AI dan pelayanan di komunitas ini.
Bagi Sahabat SABDA yang belum sempat mengikuti 2 Kenal Produk SABDA ini, bisa berkunjung ke akun Instagram @sabda_ylsa atau situs SABDA Live dan simak siaran ulangnya. Yuk follow IG @sabda_ylsa dan aktifkan notifikasinya agar bisa mengikuti acara Kenal YLSA lainnya. Salam AI-4-GOD!
Oleh: Keanrich
Halo, saya Keanrich Cordana, mahasiswa dari Calvin Institute of Technology. Saya melakukan kerja sosial di Yayasan Lembaga SABDA selama 2 bulan (Juni – Juli) sebagai web developer di tim SABDA Labs. Hari pertama saya bergabung di SABDA, saya mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Ketika berada di SABDA, saya merasa lingkungannya berbeda dengan yang selama ini saya rasakan di kampus. Saya merasakan adanya atmosfer pelayanan yang hangat, penuh semangat, penuh kebersamaan, dan terarah kepada satu tujuan: memberitakan firman Tuhan melalui teknologi.
Meski belum lama saya bergabung, saya sudah mendapat pelajaran berharga. Saya belajar hal-hal baru dalam konteks web developer seputar penggunaan tools, seperti Drupal dan PHP aplikasi AI dalam membangun website. Selain itu, saya juga belajar dari aspek yang lain, yaitu rohani dan sosial. Setiap pagi, semua staf melakukan pendalaman Alkitab (PA) dengan bacaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Oh ya, setiap Senin, semua staf SABDA mengikuti persekutuan doa untuk mendoakan pokok-pokok doa pribadi, bangsa/negara, dan pelayanan SABDA. Dari aspek sosial, saya banyak belajar dalam kehidupan sehari-hari, seperti saling menyapa, senyum, dan saling peduli.
Hal yang saya sukai dari SABDA adalah suasana kerja sama tim yang erat dan penuh semangat rohani. Setiap pagi, kami memulai hari dengan PA (Pendalaman Alkitab), diskusi, dan doa bersama. Bagi saya, ini bukan sekadar rutinitas, tetapi fondasi yang kuat dalam melayani, membentuk karakter, dan menjalankan visi pelayanan dengan pimpinan-Nya. Selain itu, saya juga menyukai lingkungan pertemanan staf SABDA yang cukup solid dan ramah.
Harapan saya selama melayani di SABDA adalah supaya saya tidak hanya bertumbuh dalam keterampilan, tetapi juga dalam iman dan karakter. Saya berharap setiap hal yang saya lakukan di sini bisa menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan yang lebih besar untuk menjangkau jiwa-jiwa melalui teknologi. Selain itu, saya juga berharap dengan menjadi bagian dalam tim SABDA Labs, pengetahuan saya mengenai programming semakin baik dan kuat ke depannya.
Jika Sahabat SABDA penasaran dengan cerita pelayanan lainnya di SABDA, silakan membaca blog-blog yang lainnya juga ya! Ada banyak kisah inspiratif dan pengalaman menarik dari teman-teman staf yang juga melayani di ladang Tuhan ini. Yuk, lanjutkan membaca blog yang lainnya juga ya. Apabila ingin magang di SABDA seperti saya, silakan cek situs lowongan SABDA atau kontak SABDA di 0881-2979-100. Mari ikut terlibat dalam pelayanan digital bagi kemuliaan Tuhan!
Oleh: Imanuel Eka Adi Prasetya
Halo Sahabat SABDA. Saya senang bisa menyapa Sahabat SABDA semua melalui tulisan ini. Paskah tahun ini memberi kesan berbeda bagi saya, soalnya saya berkesempatan mengikuti Pendalaman Alkitab (PA) Online Bareng Alki-TOP pada April tahun ini.
Alki-TOP sepanjang April 2025 membahas seputar “Jalan Salib” dengan berbagai judul yang berbeda setiap minggunya, yaitu Pemberitahuan Pertama Penderitaan Yesus (Matius 16:21-25), Taat sampai Mati di Kayu Salib (Filipi 2:5-11), Puncak Penderitaan Yesus (Matius 27:45-55), dan Mati dengan Kristus (Roma 6:5-11). Pembahasan dari semua sesi ini sangat menarik dan sifatnya berkelanjutan.
Ada banyak pelajaran yang saya tangkap dari sharing PA-nya. Bagaimana Yesus sudah memberi tahu murid-murid-Nya bahwa Dia akan menderita dan mati di kayu salib. Di sini, saya sadar betapa saya harus bersyukur karena kematian Yesus membawa kehidupan yang baru kepada saya sehingga saya harus selalu siap untuk menyangkal diri dan memikul salib-Nya. Selain itu, saya juga diingatkan dari Filipi ini bagaimana Yesus yang sangat taat dengan mengosongkan diri-Nya untuk menjadi tebusan bagi dosa-dosa manusia, termasuk saya. Betapa saya juga harus selalu taat mengikuti kehendak-Nya dalam kehidupan saya.
Nah, pada minggu ketiga membahas seputar alur Tuhan Yesus mati dikayu salib. Di sini menjelaskan bahwa Tuhan menderita sampai mati sehingga umat manusia memperoleh jalan keselamatan kepada Bapa. Ia mau mengalami penderitaan yang hebat itu karena Ia memiliki kasih yang besar kepada saya dan Ia mau umat manusia mendapatkan keselamatan dari darah-Nya yang mahal. Saya sangat bersyukur. Untuk minggu terakhir, saya belajar dan semakin diteguhkan bahwa “manusia lama kita telah mati disalibkan” dengan Kristus. Ini artinya bahwa orang percaya harus hidup bagi Kristus dan senantiasa memuliakan nama-Nya.
Inilah sedikit sharing yang saya dapatkan dari Alki-TOP sepanjang April. Kiranya pembelajaran ini dapat menjadi pedoman dan pengingat bagi saya bahwa Tuhan Yesus rela menderita demi menyelamatkan hidup saya dan kita semua. Kiranya damai sejahtera dari Tuhan Yesus menyertai kita semua. Amin!
Shalom Sahabat SABDA semua. Saya bersyukur karena pada 3 Mei 2025, saya berkesempatan untuk ambil bagian dalam roadshow AI-4-GOD! di Kediri. SABDA diundang untuk memberikan seminar AI-4-GOD! di aula SDK Petra Kediri yang dihadiri oleh para guru dan staf Yayasan Perguruan Kristen Petra dan perwakilan dari 60 gereja daerah Kediri.
Selain saya, dari tim SABDA ada Sdr. Aldo, Sdr. Salomo, Ibu Evie, Ibu Yulia, dan Pak Max yang terlibat dalam acara ini. Tak hanya itu, Kak Rei yang berdomisili di Kediri juga ikut membantu pelayanan ini. Nah, topik-topik presentasi yang disampaikan meliputi: Pengenalan AI, Dasar Prompting dengan F.O.K.U.S, Bahaya AI, Biblical Foundation, AI Squared, Alkitab GPT, AI & Pendidikan, dan Literasi AI.
Dalam roadshow kali ini, saya bertugas untuk urusan teknis, mulai dari rekaman video, persiapan booth, mempersiapkan device untuk presentasi, dan dokumentasi selama seminar berlangsung. Saya cukup terbantu dengan Sdr. Salomo dalam segi persiapan rekaman dan dokumentasi. Seminar yang berlangsung kurang lebih selama 5 jam, dari pkl. 08.00 — 13.00 WIB, ini dihadiri peserta yang rentang usianya merata dan tidak menyangka bahwa peserta yang senior memiliki antusiasme yang luar biasa daripada yang muda. Saat mengamati para peserta yang mulai hands-on untuk mempraktikkan prompt F.O.K.U.S., saya menyadari bahwa mereka sebelumnya sudah menggunakan AI dan tetap menunjukkan antusiasmenya. Bahkan, ketika mereka praktik membuat lagu dengan platform Suno.
Saya belajar bahwa semakin hari AI semakin berkembang. Banyak platform, seperti website, aplikasi, dan sistem operasi sudah mulai mengintegrasikan AI untuk mendukung produktivitas. Ketika mendampingi peserta saat praktik, saya mengarahkan mereka untuk belajar menggunakan teknologi AI dan saya sendiri juga belajar hal baru, salah satunya adalah image-to-text recognition. Teknologi ini digunakan untuk mengambil tulisan dari gambar yang telah difoto untuk dapat diekstrak teks yang terdapat di dalamnya.
Kesan saya, sebagian besar dari staf, guru YPK Kediri, serta perwakilan hamba Tuhan dari gereja daerah Kediri sudah beradaptasi dengan adanya teknologi AI ini sebagai asisten yang dapat membantu mereka tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga Pendalaman Alkitab (PA), meskipun belum sepenuhnya maksimal. Jadi, mari kita semua mengadopsi teknologi ini untuk memaksimalkan pendidikan Kristen, studi Alkitab, dan pelayanan/gereja Anda. Apabila Sahabat SABDA ingin mengakses arsip-arsip materi roadshow SABDA, silakan kunjungi situs SABDA AI. Apabila gereja atau komunitas Anda rindu untuk mendapatkan seminar AI-4-GOD!, silakan menghubungi kami melalui WhatsApp di 0821-3313-3315. Sekian tulisan saya kali ini, Tuhan Yesus memberkati. Salam AI-4-GOD!
Oleh: Salomo
Halo Sahabat SABDA! Saya ingin menceritakan pengalaman saya saat menjadi tim teknis dalam acara SABDA pada 10 Mei 2025. Acara ini cukup spesial karena SABDA mendapat kunjungan dari GKI Bintaro. Acara ini berlangsung secara on site di gedung Griya SABDA. Saya tidak sendiri, ada beberapa staf SABDA yang ikut serta, ada Ibu Yulia, Ibu Elly, Pak Yudo, Kak Christian, Kak Melisa, dan Kak Ryan.
Saya sangat senang terlibat dalam pelayanan ini. Bersyukur, banyak peserta, yang adalah guru Sekolah Minggu, berkesempatan belajar tentang AI-4-GOD!. Tentunya, mereka mendapat banyak pelajaran berharga dan merasa terbantu dengan adanya teknologi AI sebagai asisten untuk mempersiapkan bahan ajar. Antusiasme peserta untuk belajar juga bisa saya lihat saat mereka datang 15 – 20 menit lebih awal dibandingkan perkiraan kami. Karena itu, tim teknis yang masih mempersiapkan hal-hal terkait teknis terkejut dengan kedatangan peserta. Bersyukur, saya berkesempatan untuk berelasi juga dengan mereka.
Dalam acara ini, saya banyak membantu dalam teknis dan perlengkapan. Saya membantu Kak Christian dan Kak Ryan untuk mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan selama acara berlangsung, seperti kamera, laptop, speaker, dan monitor. Walaupun ada beberapa masalah teknis saat mengatur perlengkapan, bersyukur saat acara berlangsung tidak ada masalah teknis yang mengganggu.
Saat sesi materi dimulai, saya melihat bahwa para peserta sangat serius untuk belajar materi yang diberikan. Selain itu, saat melakukan sesi praktik menggunakan AI dengan prompt F.O.K.U.S. dan menggunakan AI untuk Pendalaman Alkitab (PA) dengan metode AI Squared (AI2), peserta sangat aktif berinteraksi dengan pemateri maupun AI. Setelah acara selesai, peserta memberikan testimoni bahwa mereka berkomitmen untuk ke depannya menggunakan AI sebagai asisten dalam proses mempersiapkan bahan ajar Sekolah Minggu.
Saya sendiri sangat bersyukur karena bisa menjadi bagian dari acara kunjungan GKI Bintaro ini dan berharap kedepannya juga bisa selalu membantu acara SABDA lainnya. Apabila Sahabat SABDA ingin mengakses arsip-arsip roadshow SABDA, silakan kunjungi situs SABDA AI. Apabila gereja atau komunitas Anda rindu untuk mendapatkan seminar AI-4-GOD!, silakan menghubungi kami melalui WhatsApp di no. 0821-3313-3315. Sekian pengalaman yang saya dapat ceritakan. Tuhan Yesus memberkati kita semua!
Tahun ini, saya berkesempatan mengikuti seminar GoPaskah! Paskah dan Sekolah Minggu secara live via Zoom. Pengalaman ini benar-benar membuka wawasan saya tentang bagaimana mengajarkan makna Paskah kepada anak-anak. Sebagai seseorang yang terlibat dalam pelayanan anak, saya menyadari bahwa menyampaikan kisah kematian dan kebangkitan Yesus secara menarik dan bermakna bukanlah hal yang mudah. Namun, lewat acara ini, saya memperoleh banyak wawasan dan inspirasi yang sangat berguna untuk diterapkan dalam Sekolah Minggu.
Anak-anak perlu memahami bahwa Paskah bukan sekadar perayaan, melainkan tentang kasih Allah yang besar, pengorbanan Yesus di kayu salib, dan kemenangan-Nya atas dosa serta maut. Tantangannya adalah bagaimana menyampaikan pesan ini dengan cara yang relevan, menyenangkan, dan menyentuh hati. Banyak anak justru lebih familiar dengan simbol-simbol sekuler, seperti telur dan kelinci, daripada makna inti dari Paskah itu sendiri. Dalam seminar GoPaskah!, para narasumber tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga berbagi cara/metode konkret dan kreatif yang bisa diterapkan secara langsung dalam pelayanan anak.
Narasumber utama dalam acara ini adalah Ibu Choi C.H.. Beliau telah melayani di Indonesia selama lebih dari 20 tahun dan memimpin lembaga pendidikan Kristen bernama J-RICE Jakarta Research Institute for Christian Education, yang secara khusus membantu gereja dalam menyiapkan bahan ajar kreatif dan kontekstual. Beliau mengajarkan konsep unik dan sangat mengena: Injil harus “dimasak” layaknya nasi, disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak agar dapat dicerna dengan baik dan memberi pertumbuhan rohani.
Selain itu, tim SABDA juga ikut ambil bagian dalam membagikan berbagai bahan, ide kreatif, dan pendekatan praktis untuk menolong guru Sekolah Minggu mempersiapkan pengajaran selama masa pra-Paskah. Semuanya dikemas dengan semangat kolaboratif demi memajukan pelayanan anak yang bertumbuh dalam Tuhan.
Salah satu bagian yang paling membekas bagi saya adalah pentingnya mengajak anak-anak berdialog dan berdoa. Anak-anak diajak merenung dan menjawab pertanyaan, “Apa arti kebangkitan Yesus bagiku?” Ini bukan sekadar menghafal cerita atau ayat Alkitab, tetapi undangan untuk membangun relasi pribadi dengan Tuhan sejak usia dini.
Lebih dari itu, saya juga semakin menyadari bahwa pengajaran Paskah tidak boleh berhenti di gereja. Peran orang tua sangat besar dalam memperkuat pemahaman anak akan karya penebusan Kristus. Beberapa saran praktis yang saya dapatkan dari acara ini antara lain: membacakan kisah Paskah sebelum tidur, menonton film Alkitab bersama, serta memanfaatkan momen sehari-hari untuk membicarakan kasih Kristus secara alami.
GoPaskah! benar-benar memberikan pemahaman baru bahwa mengajarkan Paskah kepada anak-anak bisa menjadi pengalaman yang hidup, menyenangkan, dan membekas di hati. Ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai kekal sejak dini melalui kreativitas, kedekatan, dan kasih.
Saya mengajak Sahabat SABDA untuk menjadikan Paskah sebagai momen yang bermakna, bukan hanya bagi kita sebagai orang dewasa, tetapi juga bagi anak-anak yang sedang bertumbuh dalam iman. Dengan metode yang segar dan penuh kasih, kita dapat membawa mereka lebih dekat kepada Tuhan. Sahabat SABDA bisa menyimak materi selengkapnya di YouTube: GoPaskah! Paskah dan Sekolah Minggu.
Paskah selalu menjadi momen yang begitu spesial di SABDA. Tahun ini, tepatnya pada 17 April 2025, kami kembali berkumpul sebagai keluarga besar SABDA untuk memperingati kasih Tuhan yang begitu besar, kasih yang dibuktikan melalui salib dan kemenangan kebangkitan-Nya.
Kami memulai acara Paskah dengan menyanyikan lagu pujian dan berdoa. Kemudian, dilanjutkan dengan praise and worship dari staf SABDA. Banyak di antara staf SABDA yang memilih lagu rohani yang paling berkesan dan memberkati hidupnya, lagu-lagu yang berbicara tentang penyaliban, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus. Saya sendiri memilih untuk menyanyikan lagu Above All (versi Nikita). Lagu ini selalu membuat hati saya remuk. Bait demi bait mengingatkan saya bahwa Yesus memilih jalan salib, memikul penderitaan, dan menyerahkan nyawa-Nya — above all powers, above all thrones — karena kasih-Nya kepada kita, kepada saya.
Setiap lagu yang dinyanyikan membawa kami semua merenungkan betapa tidak layaknya kita menerima pengampunan sebesar itu. Betapa tak terbayangkannya cinta yang bersedia menanggung dosa seluruh dunia. Pada momen-momen ini, saya bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam hati teman-teman juga. Ada air mata, ada senyum syukur, dan ada keheningan yang penuh makna.
Setelah itu, ada beberapa teman yang berbagi ayat-ayat dan perikop Alkitab yang “berbicara” secara pribadi dalam kehidupan mereka. Salah satu ayat yang terus membekas dalam hati saya adalah Roma 5:8, “Akan tetapi, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Ayat ini selalu menampar saya, bahwa kasih Tuhan tidak menunggu kita menjadi layak, tetapi justru diberikan saat kita belum pantas.
Beberapa teman berbagi kisah pribadi — pengalaman-pengalaman hidup yang sulit, tetapi justru di sanalah mereka merasakan pelukan kasih Kristus yang menguatkan dan memulihkan. Ada yang pernah merasa gagal total, ada yang pernah kehilangan arah, tetapi pada akhirnya mereka menemukan harapan dalam salib dan kebangkitan Tuhan.
Sebagai penutup, kami merenungkan firman Tuhan melalui renungan Paskah yang mengajak kami untuk tidak hanya mengenang karya salib, tetapi juga hidup dalam kuasa kebangkitan-Nya setiap hari. Kristus bangkit, dan hidup kita pun seharusnya menjadi kesaksian nyata dari kemenangan itu, hidup yang diubahkan, hidup yang membawa terang.
Paskah tahun ini bukan hanya perayaan tahunan. Bagi saya, hal ini sebagai pengingat kembali bahwa Yesus telah mengalahkan maut demi saya. Hal ini lebih dari cukup untuk menguatkan langkah saya setiap hari.
Hai Sahabat SABDA. Kali ini, saya mau berbagi berkat lagi tentang pelayanan Alki-TOP yang kami lakukan sepanjang Mei. Bagi Sahabat SABDA yang belum tahu apa itu Alki-TOP, Alki-TOP adalah satu seri Pendalaman Alkitab (PA) yang dilakukan untuk membahas pasal-pasal yang terkenal yang kami sebut pasal TOP dalam Alkitab dari sudut pandang yang baru. Nah, sepanjang Mei, kami mengangkat tema Amanat Agung dan ayat-ayat/topik yang digali adalah Matius 9:35-38 (Hati yang Penuh Belas Kasihan), Lukas 15:1-7 (Hati yang Mencari Jiwa Terhilang), dan Kisah Para Rasul 1:6-11 (Hati yang Sampai ke Ujung Bumi). Selain saya dan kak Yudo sebagai host, ada 6 tamu kita yang terlibat dalam penggalian Alki-TOP Mei ini, yaitu: Ernavina, Salomo, Agnes, Joseph, Joice, dan Hizkia.
Sepanjang Mei ini, atmosfer dalam penggalian yang kita lakukan melalui Instagram @ayo.pa terasa hangat sekali. Meskipun ada beberapa ayat yang lumayan sulit, tetapi karena dibahas secara bersama-sama, bisa menghasilkan penggalian yang cukup mendalam. Ditambah lagi dengan guest (tamu) yang berbeda-beda setiap minggunya, maka pembawaannya pun berbeda, bahkan dari daerah yang berbeda pun kita bisa saling melengkapi melalui setiap penggalian firman Tuhan.
Secara pribadi, saya paling terkesan dengan Alki-TOP pada 26 Mei. Saat itu, kami membahas tentang Kisah Para Rasul 1:6-11. Meskipun ayat ini terasa familiar, tetapi ketika digali, wah ada banyak hal yang diingatkan, direnungkan, bahwa ditegur lewat kebenaran firman Tuhan ini. Di ayat 8 misalnya, diingatkan tentang tugas saya untuk menjadi saksi sampai ujung bumi. Namun, istimewanya, ada janji Tuhan Yesus yang memberi kuasa (dunamos) untuk menggerakkan saya bersaksi. Saya diingatkan untuk menjadi saksi Yesus, yang berarti menjadi alat Allah untuk menyampaikan Injil dan menunjukkan kasih serta kuasa Kristus di dunia ini, mulai dari lingkungan terdekat sampai ke seluruh dunia, dengan kuasa Roh Kudus. Itu adalah panggilan utama setiap pengikut Kristus, termasuk saya. Bersyukur untuk panggilan Tuhan.
Tulisan ini mungkin sedikit dari apa yang bisa saya bagikan. Mari Sahabat SABDA simak arsipnya di Instagram @ayo.pa. Ngomong-ngomong, apakah Sahabat SABDA juga rindu untuk menjadi guest dalam PA Online Bareng Seri Alki-TOP selanjutnya? Silakan kontak kami di WA 08812979100 atau melalui Instagram @ayo.pa ya. Jangan lupa untuk gabung dalam PA ini setiap Senin, pkl. 19.30 WIB, untuk belajar Alkitab bersama. Salam #Ayo_PA!
Oleh: Nuel
Shalom Sahabat SABDA! Bertemu lagi dengan saya Nuel, staf magang di YLSA dari Universitas Kristen Teknologi Surakarta, melalui tulisan ini. Selama magang di SABDA, saya banyak terlibat di tim SABDA Resources (SR). Tim SR berfokus mengolah berbagai bahan/konten yang alkitabiah dan multimedia, dan mendistribusikannya melalui berbagi platform SABDA.
Di tim ini, saya mendapatkan berbagai tugas, seperti editing video, editing audio, membuat blog, dan masih banyak lagi. Namun, tugas yang menarik buat saya adalah Desain Grafis, karena kita bisa menyampaikan pesan melalui media visual grafis berupa gambar-gambar. Untuk pembuatannya, saya menggunakan aplikasi Canva pro. Pada awalnya, saya masih kurang memahami beberapa fitur di Canva pro. Soalnya, versi Canva yang sering saya pakai itu berbeda sekali dengan yang dipakai oleh teman-teman di tim SR. Mungkin karena versi pro dan gratis, jadi itulah yang memengaruhi beberapa fitur yang disediakan. Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit saya dapat memahami fitur-fitur yang tersedia di Canva pro dan siap membuat karya media dengan alat tersebut. Puji Tuhan!
Saya sangat bersyukur atas kesempatan dan berkat yang Tuhan berikan sehingga saya bisa magang di YLSA. Saya belajar banyak dari pengalaman magang di tempat ini. Saya bisa belajar memakai aplikasi yang lebih profesional. Kiranya pengalaman dan pelajaran yang saya dapatkan ini bisa saya kembangkan lagi untuk melayani Tuhan dengan lebih baik lagi. Oh ya, semoga tulisan ini menginspirasi dan memberkati Sahabat SABDA sekalian. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca blog ini. Tuhan Yesus memberkati.
Sepanjang Mei, seluruh staf Yayasan Lembaga SABDA melakukan pendalaman Alkitab dari kitab Roma. Setiap hari, kami membahas satu pasal dengan kelompok Pendalaman Alkitab (PA) kami masing-masing. Kelompok saya terdiri dari Kak Pio, Sdr. Aldo, Sdr. Nuel, dan saya sendiri.
Sebelum memulai PA pasal 1, kami menonton bersama dua video dari The Bible Project tentang pengantar kitab Roma. Video ini sangat membantu memberikan gambaran besar isi kitab Roma sehingga kami bisa melihat kaitannya dari pasal ke pasal.
Selama PA, kami mengikuti langkah-langkah yang sudah ditetapkan agar diskusi lebih fokus dan mendalam. Berikut langkah-langkah PA yang kami pakai:
1. Baca pasal sehari sebelumnya: Kami membaca pasal yang akan dibahas sehari sebelum PA. Ini membantu supaya saat diskusi, kami sudah siap dengan pemahaman awal dan pertanyaan pribadi.
2. Berdoa sebelum mulai PA: Kami selalu memulai PA dengan doa, meminta pertolongan Roh Kudus untuk memimpin, dan membuka hati kami terhadap firman Tuhan.
3. Me-review ulang pasal hari itu dalam waktu yang singkat: Sebelum mulai sharing, kami diberi waktu sekitar 5 menit untuk membaca ulang atau mengingat kembali isi pasal yang akan didiskusikan.
4. Fokus pada pelajaran tentang Hidup dan Iman: Dalam setiap pasal, kami mencari pelajaran utama tentang bagaimana hidup yang benar dan bagaimana iman yang sejati itu digambarkan.
5. Gunakan metode PA S.A.B.D.A. atau AI Squared: Metode ini membantu kami menggali isi pasal secara terstruktur dan mendalam, bukan hanya berbagi pendapat.
6. Sharing-kan pelajaran yang didapat: Setiap anggota berbagi pelajaran yang mereka tangkap dari pasal tersebut. Sharing ini memperkaya hasil penggalian firman Tuhan karena setiap orang bisa melihat firman dari sudut pandang yang berbeda.
7. Cari aplikasi praktis untuk bisa diterapkan dalam hidup sehari-hari.
8. Terakhir, PA ditutup dengan doa, termasuk mendoakan pokok-pokok doa pribadi dari setiap anggota.
Sahabat SABDA dapat menggunakannya langkah-langkah ini ketika PA di tempat pelayanan masing-masing atau PA pribadi. Boleh juga lho langkah-langkah ini dibagikan ke rekan-rekan yang lain supaya bisa mempraktikkannya juga.
Selama pendalaman kitab Roma, saya sangat dikuatkan dengan penggalian tentang iman dan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa saya dibenarkan oleh iman, bukan oleh usaha saya sendiri (Roma 1; 3; 4; 5; 10). Kita diselamatkan karena percaya kepada Yesus, seperti Abraham yang percaya pada janji Allah. Keselamatan adalah anugerah, bukan hasil kerja keras saya, dan tersedia bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus.
Namun, iman itu tidak berhenti di “percaya” saja. Paulus menjelaskan bahwa iman sejati akan terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Roma 2; 6; dan 12–15 menekankan pentingnya hidup dalam ketaatan, kasih, rendah hati, dan saling membangun. Kita seharusnya hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk Tuhan. Meski dalam kenyataan, saya sendiri masih bergumul dengan dosa (Roma 7), saya punya pengharapan karena Roh Kudus menolong saya untuk hidup benar (Roma 8). Hidup Kristen berarti mempersembahkan diri sebagai persembahan hidup bagi Allah, dan melayani satu sama lain dalam kasih.
Belajar kitab Roma bukan hanya soal tahu banyak ayat, tetapi tentang bagaimana saya hidup berdasarkan kebenaran itu. Saya bersyukur untuk kesempatan menggali surat Roma bersama teman-teman. Saya belajar bahwa iman yang sejati akan membentuk hidup yang sejati dan hidup yang taat, penuh kasih, dan terarah kepada Tuhan. Kiranya tulisan ini bisa memberkati Sahabat SABDA semua.