warning: Creating default object from empty value in /home/drupal/public_html/pepak_sabda_org/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.
Berisi berbagai tulisan dan bahan pengajaran yang dapat digunakan untuk perayaan Hari-hari Raya Kristen khusus, misalnya Natal, Paskah, Kenaikan Kristus, Pentakosta, dan sebagainya.
Lukas 24:13-35
Ketika membaca Injil Sinoptik setelah peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus -- yang kita peringati beberapa minggu lalu -- kita sering lupa bahwa betapa sukarnya murid-murid Yesus untuk mengaminkan atau memercayai apa yang sebenarnya mereka lihat dengan mata kepala sendiri. Peristiwa ajaib sekitar 2000 tahun lalu, tanda kubur yang kosong, belum cukup untuk meyakinkan mereka bahwa Yesus sudah bangkit. Bagi mereka, fakta atau kenyataan ini hanya menunjukkan bahwa Yesus sekarang memang tidak
Sebagai seorang jurnalis, saya bisa membayangkan percakapan dua orang murid yang menuju ke Emaus setelah kebangkitan Yesus seperti yang ditayangkan salah satu jaringan televisi besar. Yang menjadikan peristiwa ini tidak biasa adalah bahwa Yesus berperan sebagai orang yang bertanya (pewawancara).
Oleh: Yulia Oeniyati
"... Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini ...." (Markus 16:6)
Kalau Anda telah membaca keseluruhan Injil Markus, maka Anda akan merasakan bahwa seakan-akan kepentingan Markus menuliskan bukunya hanyalah untuk memaparkan fakta-fakta penting yang pembacanya harus ketahui. Karena itu, terlihat tidak ada usaha untuk menyampaikannya dengan cara yang menarik dan persuasif, apalagi bombastis, seperti layaknya para reporter zaman
Ia Menderita Seumur Hidup-Nya Di Dunia
Berkenaan dengan kenyataan bahwa Yesus mulai membicarakan penderitaan yang akan dialami-Nya menjelang akhir hidup-Nya, kita sering kali cenderung berpikir bahwa penderitaan-Nya di atas kayu salib merupakan penggenapan dari seluruh penderitaan-Nya. Padahal sesungguhnya, keseluruhan hidup-Nya adalah penderitaan. Ia harus mengambil rupa seorang hamba, padahal Ia adalah Allah semesta langit. Ia yang tidak berdosa, setiap hari harus berhubungan dengan manusia berdosa.
Seorang guru yang tidak mengenal Tujuh Hukum Pengajaran Gregory adalah seperti seorang pelajar Perjanjian Baru yang tidak mengenal surat-surat Paulus. Saya menerapkan hukum mengajar tersebut dalam sekolah minggu.
Sebagian besar guru, bahkan mereka yang memiliki pendidikan formal sekalipun, tidak pernah mendengar Tujuh Hukum Mengajar. Ini adalah pengalaman saya setelah meraih gelar doktoral di bidang pendidikan.
Yakobus menulis, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yakobus 3:1). Yakobus tahu betapa mengajar itu penting, tetapi dia ingin semua guru memahami betapa besar tugas mereka.
Mereka yang mengajar adalah orang yang mendapatkan penghakiman yang lebih berat dari orang lain.
Oleh: Doris Swehla
Phyllis bukan anak yang mudah untuk dikasihani. Saya menginginkan yang terbaik baginya dan saya berdoa supaya Tuhan memberkatinya, tetapi kadang-kadang saya memang berharap ia tidak termasuk dalam kelompok sekolah minggu yang saya ajar. Rambutnya berserabut, kuku tangannya kotor, dan hidungnya beringus. Ia menjauhi anak-anak yang lain dan ia biasa berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Selain itu, ia tidak pernah duduk dengan tenang, ia benci disentuh, dan kalau berbicara
Oleh: Tema Adiputra
Perayaan Natal saat aku duduk di kelas 3 SD di Kebayoran Baru, Jakarta, masih terekam kuat dalam benak dan hatiku. Terbukti dengan tetap teringatnya nama guru sekolah mingguku, Ibu Anna, dan nama pembina sekolah minggu, Ibu Wirakotan (istri Pdt. Wirakotan yang melayani GKI Kebayoran Baru). Itulah Natal pertamaku dan juga tahun pertamaku sebagai murid sekolah minggu di Jakarta, sejak aku datang dari Sibolga, Tapanuli Tengah, dan merantau ke ibu kota negara RI ini. Aku tinggal bersama
Pada masa kanak-kanak saya, Natal berarti orang lain -- Sinterklas, orang tua, om, tante, dan semua orang yang mencintai saya -- memberi, dan saya menerima, taking. Sekarang, pada masa dewasa saya, Natal berarti saya memberi, dan orang lain menerima, giving. ... baca selengkapnya »
Pernah ada sebuah sandiwara Natal remaja. Di atas pentas, tampak Yusuf dan Maria berpakaian tambalan, berjalan dari rumah penginapan yang satu ke rumah penginapan yang lain. Dan cerita selanjutnya sudah dapat Anda tebak sendiri. Semua manajer rumah penginapan menolak Yusuf dan Maria dengan pandangan yang menghina. Mengapa? Menurut sandiwara itu, karena Yusuf dan Maria tidak beruang.
Sandiwara itu memberi gambaran yang agak berlebihan. Ditolaknya Yusuf dan Maria belum tentu disebabkan karena mereka