Jenis Bahan PEPAK: Artikel
Edisi PEPAK: e-BinaAnak 740 - Teknologi Mobile dan Pelayanan Sekolah Minggu (I)
Jika Anda ingin melihat dunia pada masa depan, lihatlah setiap anak yang ada di sekitar Anda. Segala hal yang mereka terima dan alami saat ini merupakan cikal bakal dunia masa mendatang. Bagaimana mereka merespons orang lain, memakai teknologi dalam kehidupannya, bahkan bagaimana mereka memandang Tuhan, tergantung dari cara kita membentuk mereka. Dunia masa depan sedang dibentuk di dalam pikiran mereka. Namun, yang ikut mengambil bagian terbesar dalam pembentukan tersebut justru bukanlah mereka, melainkan kita.
Bagaimana respons Anda ketika melihat seorang anak mengemis di pinggir jalan? Atau, apa yang akan Anda perbuat jika melihat seorang anak yang dengan sengaja diberi sebuah gadget supaya ia bisa diam dan tidak memedulikan keadaan sekitarnya? Bagaimana dengan seseorang yang tidak sengaja membuat Anda terjatuh saat Anda sedang berada di jalan? Apakah reaksi yang biasanya Anda berikan saat hal-hal tersebut terjadi? Ingatlah, ketika anak melihat setiap reaksi Anda, mereka akan meresponsnya dengan melakukan reaksi yang sama ketika mereka sedang dalam posisi Anda. Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah ilustrasi menarik dari YouTube dengan judul "Children see, children do". Video berdurasi 1 menit 48 detik ini memperlihatkan reaksi anak-anak yang akan menyalin segala yang dilihatnya dari orang-orang terdekat sebagai pengalaman wajar untuk mereka terapkan. Oleh sebab itu, setiap respons yang diberikan dunia saat ini (atau lebih tepatnya, respons kita) kepada mereka adalah benih-benih yang akan tumbuh dan saling terkait satu dengan yang lain dan menjadi bagian dasar dari dunia mereka pada masa depan.
Salah satu hal terdekat saat kita membicarakan tentang kehidupan anak-anak pada zaman sekarang adalah keberadaan teknologi mobile. Setiap anak yang lahir pada tahun 2000 ke atas, tentu tidak akan canggung saat mereka disodori sebuah gawai, baik itu dalam bentuk smartphone, tab, smartwatch, dsb. Bagi mereka, teknologi digital bukanlah hal baru yang membuat mereka harus membaca buku panduan untuk mempelajarinya. Dalam dunia mereka, itu sudah merupakan bagian kehidupannya. Android, iOS, dan platform-platform yang lainnya sudah bukan hal asing yang harus dipertanyakan. Bahkan, YouTube dan Google pun sudah menjadi teman mainnya semasa kecil yang akan memberikan segala informasi yang mereka inginkan. Karenanya, jangan heran saat mereka lebih memprioritaskan gawainya untuk terus on atau kuota internet yang terus ada (sampai-sampai mencari Wi-Fi gratis), daripada kebutuhan lain yang bagi orang-orang di atasnya (orang-orang tua) adalah kebutuhan dasar.
Lalu, bagaimana dengan pandangan mereka terhadap keberadaan Tuhan? Apakah kita juga harus ikut bertanggung jawab tentang hal itu? Ya. Setiap perilaku kita merupakan cerminan bagi mereka tentang bagaimana sikap dunia melihat keberadaan Tuhan. Contoh kecil yang paling sering kita jumpai adalah pemakaian teknologi (khususnya smartphone) di dalam pelayanan. Kelekatan mereka dengan smartphone seakan-akan harus terpisahkan saat mereka berada di gereja. Hal ini membuat mereka terlatih untuk tidak melihat teknologi sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang seharusnya juga dipakai untuk memuliakan nama-Nya. Di sinilah, kita dapat memberikan cerminan bahwa teknologi seharusnya dikembalikan kepada Tuhan.
Bagi Anda yang adalah pelayan anak, memanfaatkan smartphone mereka dalam pelayanan sekolah minggu bukanlah hal yang tidak mungkin, bahkan sangatlah masuk akal dan memungkinkan pada era mobile ini. Anda dapat membiasakan mereka untuk membuka Alkitab melalui gawainya. Membuat kuis daring (online) di media sosial (medsos) dan meminta mereka menjawabnya dalam durasi waktu yang sudah ditentukan. Mengajak mereka belajar memberikan kesaksian dengan membuat video pendek tentang kebaikan Tuhan dalam kehidupan mereka, kemudian diunggah ke YouTube dengan channel tersendiri. Atau, dengan membuat grup pada platform chat tertentu untuk membaca Alkitab bersama-sama. Wah, begitu banyak ide yang bisa kita terapkan untuk melibatkan gawai anak-anak dalam sekolah minggu. Dengan memberikan kebiasaan seperti pada contoh-contoh tersebut, kita secara tidak langsung sedang memperkenalkan teknologi sebagai salah satu cara untuk mengenal Tuhan dan memuliakan nama-Nya.
Memang, akan ada pendapat bahwa toh di negara Indonesia tidak semua anak memiliki HP, toh masih banyak anak di pedesaan, bahkan di pedalaman, yang tidak punya akses untuk HP, bahkan internet. Jadi, belum terlalu perlu bagi para pelayan anak untuk terlalu memikirkan tentang penggunaan teknologi mobile dalam sekolah minggu. Besok akan ada waktunya. Saat ini, saya tidak hanya bicara tentang hari ini, saya berbicara tentang 3, 5, hingga 10 tahun mendatang. Apakah kita tidak perlu mempersiapkannya ketika tiba saatnya anak-anak kita di pedalaman pun akan hidup sesuai natur mereka, yaitu generasi digital native? Kalau tidak kita mulai dari sekarang, kapan lagi?
Namun, tanggung jawab ini tidak hanya berlaku pada pelayan anak saja. Orangtua, hamba Tuhan, anggota tubuh Kristus, saat kita melihat seorang anak di sekitar Anda, baik dikenal maupun tidak, Anda sudah terlibat untuk memikul tanggung jawab yang sama, yaitu melayani digital native, generasi masa depan gereja pada era digital ini. Children see, children do. Sudahkah kita memberikan respons atau benih yang benar kepada mereka untuk menjadi generasi mobile yang memuliakan Tuhan? Salam IT 4 God!
Sumber bacaan:
|
Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar
- Login to post comments
- Printer-friendly version