Kategori Bahan PEPAK: Kesaksian Guru
Pada tahun 1994, saya mendapati diri saya berada dalam tahap akhir kecanduan alkohol. Selama 15 tahun, setiap hari saya selalu berada dalam keadaan mabuk. Saya adalah contoh dari apa yang orang sebut sebagai "alkoholik fungsional". Kebanyakan orang tidak pernah tahu bahwa saya masih mengonsumsi alkohol, dan mereka yang tahu pun tidak bisa menduga berapa banyak yang sudah saya minum setiap harinya. Saya mengonsumsi alkohol sebanyak 5,5 unit per hari (di Amerika, batas wajar dalam mengonsumsi alkohol selama satu hari adalah di bawah 5 unit untuk pria dan 4 unit untuk wanita. Yang disebut unit atau "minuman standar" adalah minuman yang mengandung 18 ml/14 g alkohol -- red.).
Saya menderita stres pascatraumatik yang disebabkan oleh kekerasan yang saya alami ketika masih anak-anak. Dan, di kemudian hari, kekerasan yang saya alami dalam pernikahan justru membuat apa yang sudah saya alami saat masih kecil tidak ada apa-apanya. Saya kabur dari pernikahan itu dengan menderita dislokasi pada tulang belakang di leher saya, masalah pada punggung saya, dan parut pada wajah saya yang diakibatkan oleh luka tembak.
Saya pernah mendengar tentang Injil. Saya adalah salah satu dari orang-orang yang menilai Kristus dengan melihat mereka yang mengaku sebagai orang Kristen, tetapi tidak menyatakan Kristus dalam tindakan mereka. Sejak ayah meninggalkan kami ketika saya masih berusia 11 tahun, saya juga membuat asumsi bahwa Tuhan juga telah meninggalkan saya. Saya menyimpan sakit hati berkaitan dengan keberadaan Tuhan.
Saya terus merawat ibu saya, yang menganiaya saya sepanjang hidup saya. Selain itu, saya juga merawat kakak perempuan saya yang menderita Schizophrenia. Dahulu, kami berdua sering dianiaya oleh ibu kami. Saat saya merawat mereka berdua, sebenarnya saya merasa bahwa saya terjebak dalam posisi itu. Anehnya, saya merasa bahwa Tuhanlah yang menempatkan saya di sana sehingga sekalipun saya ingin pergi meninggalkan mereka, saya tetap tidak sanggup melakukannya.
Saya Mulai Berdoa
Saya merasakan kesakitan yang luar biasa karena kecanduan saya terhadap alkohol, tetapi saya tidak sanggup melepaskan kebiasaan itu. Alkohol adalah satu-satunya kekuatan saya untuk menjalani kehidupan, tanpa harus merasakan penderitaan mental dan emosional. Akan tetapi, kesakitan yang harus saya derita pada tubuh saya semakin menjadi dan tak tertahankan. Saya pun mulai berdoa. Waktu itu, doa saya lebih seperti sebuah permohonan, saya memohon agar Tuhan mengizinkan saya untuk mati.
Saat malam hari, saya sering mencoba menghentikan jantung dan paru-paru saya agar kehabisan napas. Saya menderita insomnia dan tidak dapat tidur selama berminggu-minggu. Saya sering kali berpikir untuk bunuh diri, tetapi tidak berhasil. Seharusnya, saya sudah mati bertahun-tahun yang lalu, tetapi selalu saja selamat dari hal-hal yang tak dapat dibayangkan.
Suatu saat, saya berusaha jujur kepada Allah, dan dengan marah saya berkata, "Baiklah, jika seharusnya Engkau adalah Allah yang penuh belas kasihan dan penuh kasih, jika ada setitik kasih yang Engkau miliki, ambillah penderitaan ini. Biarkanlah aku mati dan terbebas dari kesakitan ini."
Aku Tertidur Seperti Seorang Bayi
Setelah doa itu, hal yang aneh terjadi. Saya mulai tertidur dengan nyenyak, seperti seorang bayi, untuk pertama kalinya sejauh yang dapat saya ingat. Akan tetapi, ketika saya bangun keesokan harinya, saya merasa seperti habis dihajar. Saya ingat, dengan kedua tangan menutupi wajah, saya berkata, "Ya, Allah, aku tidak sanggup menghadapi satu hari lagi. Aku tidak sanggup menanggungnya." Setelah itu, saya berjalan ke kamar mandi dan bertumpu pada wastafel untuk membasahi wajah saya dengan air. Tiba-tiba, saya merasa bahwa ada orang lain di situ selain saya. Saya membalikkan badan untuk menengok, tetapi tidak ada orang di sana. Namun, perasaan itu semakin kuat hingga membuat saya tidak dapat bernapas.
Kemudian, saya mendengar sebuah suara, seperti bisikan dalam benak saya. Suara itu berkata, "Lihatlah ...." Saya berpaling ke cermin secara perlahan, dan saat itu, saya mengenali siapa yang memandang ke arah saya dari cermin itu; upah dari segala dosa saya.
Apa Pun yang Tersisa dariku Adalah Milik-Mu
Saya berlari kembali ke kamar dan mengunci pintu. Saya mengira bahwa saya dapat terhindar dari perasaan itu. Namun, saya ingat. Setelah tiga langkah ke belakang, saya pun berlutut dan meminta agar Allah mengampuni saya. Saya yakin bahwa saya akan mati, saya berkata kepada-Nya, "Tuhan, aku tidak tahu mengapa Engkau harus menyelamatkan seseorang sepertiku. Aku sudah menyia-nyiakan hidup yang Engkau berikan kepadaku. Namun, aku ingin berkata kepada-Mu saat ini, 'Apa pun yang tersisa dari diriku adalah milik-Mu. Aku tahu, tidak banyak yang tersisa, tetapi terjadilah padaku sesuai kehendak-Mu. Sekarang, aku adalah kepunyaan-Mu.'"
Kemudian, saya mulai menuangkan setiap tetes minuman keras yang saya miliki di rumah ke dalam tempat pembuangan air, dan sejak itu, saya tidak pernah menyentuhnya lagi. Anehnya lagi, saya tidak pernah merasa ketagihan lagi sejak hari itu.
Biasanya, saya juga mengonsumsi rokok setidaknya tiga bungkus per hari, tetapi sejak hari itu, saya juga tidak pernah menginginkannya lagi. Jadi, inilah yang saya alami: saya memohon kepada Allah untuk mati dan itulah yang Ia berikan kepada saya. Saya yakin, saya telah mati pada pagi itu. Saya menaruh hidup saya pada kaki salib Yesus. Ia juga mengulurkan tangan-Nya untuk mengangkat beban saya dan memikulnya bagi saya. Pagi itu, seorang wanita telah mati dan mengalami lahir baru.
Ia Juga Menyembuhkan Saya
Rasa sakit yang dahulu ada, kini tidak pernah saya alami. Seperti halnya Ia menyelamatkan saya, Ia juga menyembuhkan saya. Saya hanya ingin berkata, "Terpujilah Allah! Terima kasih Tuhan Yesus karena Engkau mengambil tempat saya dan memberi saya belas kasihan yang tidak layak saya dapatkan!" (t/Yudo)
Dipublikasikan di: Publikasi KISAH Edisi 340 < http://www.sabda.org/publikasi/kisah/340 >
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | christianity.about.com |
Alamat URL | : | http://christianity.about.com/od/depressionandsuicide/a/sarahtestimony.htm |
Judul asli artikel | : | Sarah's Pain - From Misery to Mercy |
Penulis | : | Sarah Pain |
Tanggal akses | : | 12 Agustus 2013 |
- Login to post comments
- Printer-friendly version