Wed, 08/21/2002 - 00:00 — admin
1. Mendengarkan (Listening)
Pelajaran dasar yang penting dalam proses belajar anak adalah bagaimana anak dapat mendengar atau memberi perhatian. Guru yang ingin mengawali proses belajar pertama-tama harus dapat mencari cara untuk menarik perhatian anak, antara lain dengan memotivasi anak melalui ruangan kelas maupun aktivitas-aktivitas sehingga anak tertarik dengan materi yang harus dipelajarinya. Misalnya saja, sebuah poster sederhana dengan beberapa pertanyaan di dalamnya dapat digunakan bersama dengan suatu permainan yang membuat anak menemukan definisi kosa kata kunci yang dimaksudkan. Poster dan permainan tersebut merupakan kombinasi efektif yang dapat digunakan untuk memperoleh perhatian anak dan memotivasi anak di awal proses belajarnya. Pada umumnya anak-anak akan memperhatikan sesuatu yang spesifik yang mereka rasa perlu untuk dengarkan, misalnya: "Ada tiga hal yang harus kalian lakukan dalam permainan ini. Dengarkan baik-baik supaya kalian tidak lupa!"
2. Meneliti (Exploring)
Meneliti, tahap kedua dalam proses belajar, meliputi penelitian yang serius terhadap suatu masalah atau subyek. Anak-anak perlu dilibatkan dalam penelitian tentang sesuatu yang belum pernah mereka ketahui atau mereka alami. Dengan demikian anak tidak lagi menjadi pendengar pasif atau penonton tetapi menjadi pelaku yang aktif berpartisipasi dalam penelitian. Alkitab maupun alat- alat bantu belajar lainnya dapat digunakan dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian anak-anak dapat mengajukan pertanyaan, mendefinisikan masalah atau memberikan usulan tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin dapat digunakan untuk menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
3. Menemukan (Discovering)
Dari mendengarkan dan penelitian yang dilakukannya, anak sekarang mampu menemukan sendiri apa yang dikatakan dalam Alkitab dan dengan bimbingan Roh Kudus, anak merasakan pengaruh yang ditimbulkan oleh Alkitab dalam dirinya sendiri.
Menemukan kebenaran sejati Tuhan melalui firman-Nya adalah suatu hal yang menarik. Namun, seringkali satu-satunya orang yang menemukan kebenaran tersebut adalah guru itu sendiri. Meskipun guru akan dengan senang hati membagikan kebenaran tersebut dengan murid-muridnya, tidak ada salahnya jika sukacita yang diperoleh saat menemukan kebenaran sejati Tuhan tersebut juga dapat dirasakan oleh anak-anak di bawah bimbingan gurunya yang terampil. Keterbatasan waktu mungkin akan mengurangi jumlah pengungkapan kebenaran yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, tetapi seharusnya hal ini tidak dijadikan alasan untuk guru mengungkapkan kebenaran Firman Tuhan seorang diri tanpa melibatkan anak-anak. Tujuan dari penemuan ini adalah agar anak belajar dan menerapkan kebenaran Alkitab, bukan untuk menutupi kebenaran tersebut.
4. Mencocokan (Appropriating)
Setelah anak menemukan arti suatu ayat dalam Alkitab, anak perlu merenungkan kebenaran yang ada dalam ayat tersebut. Anak perlu menghubungkan arti-arti dan nilai-nilai yang telah diungkapkannya dengan pengalaman pribadinya. Pengetahuan Alkitab yang tidak diujikan dalam kehidupan pribadi berarti tidak memenuhi tujuan yang dimaksudkan oleh Allah yang membuatnya.
Berikan anak-anak bimbingan untuk mencocokkan atau membuat kebenaran Alkitab menjadi miliknya. Angkat suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan menggunakan kebenaran Alkitab. Misalnya saja,
5. Mempertanggungjawabkan (Assuming Responsibility)
Tahap ini adalah puncak dari proses belajar, tempat di mana tahap-tahap sebelumnya -- mendengar, meneliti, menemukan, dan mencocokan -- mencapai titik kulminasi/klimaks. Di sini, kebenaran Tuhan yang sebenarnya mengubah dan membentuk pola pikir anak serta sikap dan perilakunya. Pada tahap inilah usaha kita mengkomunikasikan kebenaran Tuhan kepada anak-anak menghasilkan perubahan hidup pada anak-anak tersebut. Anak-anak harus kita bimbing untuk melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan apa yang telah mereka alami (dari tahap-tahap proses belajar yang telah mereka pelajari). Ujian yang sesungguhnya terjadi ketika anak dengan kemauannya sendiri menggunakan apa yang telah ia pelajari tersebut untuk menghadapi situasi baru yang ia alami. Anak juga dapat mempraktekkan apa yang telah ia pelajari tersebut saat ia sedang melakukan aktivitas bersama dengan teman-temannya yang lain (bersikap baik, ramah, mau berbagi, memaafkan, dsb.). Guru dapat juga menggunakan rencana proyek pelayanan atau kesempatan- kesempatan lain agar anak dapat menerapkan kebenaran Alkitab dalam tindakan nyata. Pada kesempatan lain, anak dapat diberikan kesempatan untuk merencanakan tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk minggu yang akan datang.
Proses belajar dan pemahaman manusia dapat diringkas dalam langkah- langkah belajar seperti di atas. Mendengarkan, meneliti, menemukan, mencocokkan, dan mempertanggungjawabkan bukan sekedar aktivitas di mana anak ikut terlibat, tetapi juga merupakan satu kesatuan dengan pendidikan Kristen/tujuan dan sasaran pendidikan. Melalui bimbingan Roh Kudus dari guru yang perhatian, aspek rohani dalam kepribadian anak dapat tumbuh dan berkembang.
Jenis Bahan PEPAK: Tips
Pelayanan kepada anak-anak akan semakin berkembang jika kita memahami dan merencanakan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan dalam tahap-tahap dasar proses belajar anak di bawah ini.1. Mendengarkan (Listening)
Pelajaran dasar yang penting dalam proses belajar anak adalah bagaimana anak dapat mendengar atau memberi perhatian. Guru yang ingin mengawali proses belajar pertama-tama harus dapat mencari cara untuk menarik perhatian anak, antara lain dengan memotivasi anak melalui ruangan kelas maupun aktivitas-aktivitas sehingga anak tertarik dengan materi yang harus dipelajarinya. Misalnya saja, sebuah poster sederhana dengan beberapa pertanyaan di dalamnya dapat digunakan bersama dengan suatu permainan yang membuat anak menemukan definisi kosa kata kunci yang dimaksudkan. Poster dan permainan tersebut merupakan kombinasi efektif yang dapat digunakan untuk memperoleh perhatian anak dan memotivasi anak di awal proses belajarnya. Pada umumnya anak-anak akan memperhatikan sesuatu yang spesifik yang mereka rasa perlu untuk dengarkan, misalnya: "Ada tiga hal yang harus kalian lakukan dalam permainan ini. Dengarkan baik-baik supaya kalian tidak lupa!"
2. Meneliti (Exploring)
Meneliti, tahap kedua dalam proses belajar, meliputi penelitian yang serius terhadap suatu masalah atau subyek. Anak-anak perlu dilibatkan dalam penelitian tentang sesuatu yang belum pernah mereka ketahui atau mereka alami. Dengan demikian anak tidak lagi menjadi pendengar pasif atau penonton tetapi menjadi pelaku yang aktif berpartisipasi dalam penelitian. Alkitab maupun alat- alat bantu belajar lainnya dapat digunakan dalam penelitian. Selain itu, dalam penelitian anak-anak dapat mengajukan pertanyaan, mendefinisikan masalah atau memberikan usulan tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin dapat digunakan untuk menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
3. Menemukan (Discovering)
Dari mendengarkan dan penelitian yang dilakukannya, anak sekarang mampu menemukan sendiri apa yang dikatakan dalam Alkitab dan dengan bimbingan Roh Kudus, anak merasakan pengaruh yang ditimbulkan oleh Alkitab dalam dirinya sendiri.
Menemukan kebenaran sejati Tuhan melalui firman-Nya adalah suatu hal yang menarik. Namun, seringkali satu-satunya orang yang menemukan kebenaran tersebut adalah guru itu sendiri. Meskipun guru akan dengan senang hati membagikan kebenaran tersebut dengan murid-muridnya, tidak ada salahnya jika sukacita yang diperoleh saat menemukan kebenaran sejati Tuhan tersebut juga dapat dirasakan oleh anak-anak di bawah bimbingan gurunya yang terampil. Keterbatasan waktu mungkin akan mengurangi jumlah pengungkapan kebenaran yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, tetapi seharusnya hal ini tidak dijadikan alasan untuk guru mengungkapkan kebenaran Firman Tuhan seorang diri tanpa melibatkan anak-anak. Tujuan dari penemuan ini adalah agar anak belajar dan menerapkan kebenaran Alkitab, bukan untuk menutupi kebenaran tersebut.
4. Mencocokan (Appropriating)
Setelah anak menemukan arti suatu ayat dalam Alkitab, anak perlu merenungkan kebenaran yang ada dalam ayat tersebut. Anak perlu menghubungkan arti-arti dan nilai-nilai yang telah diungkapkannya dengan pengalaman pribadinya. Pengetahuan Alkitab yang tidak diujikan dalam kehidupan pribadi berarti tidak memenuhi tujuan yang dimaksudkan oleh Allah yang membuatnya.
Berikan anak-anak bimbingan untuk mencocokkan atau membuat kebenaran Alkitab menjadi miliknya. Angkat suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan dengan menggunakan kebenaran Alkitab. Misalnya saja,
"Josh sangat menyukai bola basket. Ia sedang menyelesaikan ining terakhir ketika ia menyadari bahwa ia telah melanggar jam makan malam. Josh tahu orangtuanya di rumah pasti sudah menunggunya tetapi ia merasa sayang untuk meninggalkan permainannya. Apa yang seharusnya Josh lakukan untuk menyelesaikan pergumulan hatinya? Apa yang dikatakan Alkitab tentang masalah seperti yang dialami Josh ini?"Mengajak anak mencocokkan kebenaran Alkitab dengan suatu pelajaran akan memudahkan anak untuk mengenali arti yang sesungguhnya yang dapat ia terapkan dalam perasaannya maupun dalam perilakunya. Melalui tahap mencocokkan ini, anak dapat mengetahui apa yang diharapkan Tuhan darinya jika menghadapi suatu keadaan atau situasi yang hampir sama dengan kebenaran tersebut.
5. Mempertanggungjawabkan (Assuming Responsibility)
Tahap ini adalah puncak dari proses belajar, tempat di mana tahap-tahap sebelumnya -- mendengar, meneliti, menemukan, dan mencocokan -- mencapai titik kulminasi/klimaks. Di sini, kebenaran Tuhan yang sebenarnya mengubah dan membentuk pola pikir anak serta sikap dan perilakunya. Pada tahap inilah usaha kita mengkomunikasikan kebenaran Tuhan kepada anak-anak menghasilkan perubahan hidup pada anak-anak tersebut. Anak-anak harus kita bimbing untuk melakukan hal-hal tertentu sesuai dengan apa yang telah mereka alami (dari tahap-tahap proses belajar yang telah mereka pelajari). Ujian yang sesungguhnya terjadi ketika anak dengan kemauannya sendiri menggunakan apa yang telah ia pelajari tersebut untuk menghadapi situasi baru yang ia alami. Anak juga dapat mempraktekkan apa yang telah ia pelajari tersebut saat ia sedang melakukan aktivitas bersama dengan teman-temannya yang lain (bersikap baik, ramah, mau berbagi, memaafkan, dsb.). Guru dapat juga menggunakan rencana proyek pelayanan atau kesempatan- kesempatan lain agar anak dapat menerapkan kebenaran Alkitab dalam tindakan nyata. Pada kesempatan lain, anak dapat diberikan kesempatan untuk merencanakan tindakan tertentu yang harus dilakukan untuk minggu yang akan datang.
Proses belajar dan pemahaman manusia dapat diringkas dalam langkah- langkah belajar seperti di atas. Mendengarkan, meneliti, menemukan, mencocokkan, dan mempertanggungjawabkan bukan sekedar aktivitas di mana anak ikut terlibat, tetapi juga merupakan satu kesatuan dengan pendidikan Kristen/tujuan dan sasaran pendidikan. Melalui bimbingan Roh Kudus dari guru yang perhatian, aspek rohani dalam kepribadian anak dapat tumbuh dan berkembang.
Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar
- Login to post comments
- Printer-friendly version