Bermain dalam Sekolah Minggu

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Bermain dalam sekolah minggu adalah proses pengajaran yang menggunakan alat permainan, sumber belajar, dan kegiatan tanpa menggunakan peralatan. Tujuannya memberi informasi, cerita, kabar kebenaran, dan menumbuhkan iman kristiani anak-anak yang dapat diterima dengan rasa senang.

Berdasarkan pengalaman penulis, praktik pengajaran di sekolah minggu hanya bercerita kepada anak sekolah minggu. Mereka tidak banyak dilibatkan secara aktif partisipatif tetapi hanya sebagai pendengar saja. Dengan adanya alat permainan dan sumber belajar, anak-anak diharapkan akan memahami pelajaran dengan santai dan tanpa paksaan karena asyik bermain.

Beberapa pendapat dari para ahli dan tokoh pendidikan tentang bermain dan belajar.

  1. Montessori (1966) Ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

  2. Frobel (1782 ­ 1852) Imajinasi merupakan dunia anak-anak. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi anak. Misal, garisan yang dipegang dapat dianggap sebagai pedang atau pesawat.

  3. Mayke (1995) Belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, dan mendapat bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

  4. Jane M. Healy (1994) Jaringan serabut syaraf akan terbentuk apabila ada kegiatan mental yang aktif dan menyenangkan anak. Setiap respons terhadap penglihatan, bunyi, perasaan, bau, dan pengecapan akan memperlancar hubungan antarneuron (jaringan syaraf). Ibarat "jalan setapak di hutan belantara", serabut syaraf pada awalnya menunjukkan jejak yang belum jelas. Namun dengan terjadinya pengulangan, jalan setapak tersebut akan semakin jelas dan mudah ditempuh serta dilewati. Makin sering otak bekerja, otak akan semakin mahir dan terampil. "Setiap anak akan menganyam jaringan intelektualnya," tegas Healy.

  5. Piaget (1977) Pada usia 2 tahun seorang anak sudah mulai bermain. Permainan ini jelas terlihat dalam gerakan-gerakan tubuh, kaki, tangan, dan bagian tubuh lain untuk menyelidiki dunia sekitarnya dan berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya. Periode ini adalah periode kehidupan motor sensorik seorang anak manusia, untuk menerima dan menyesuaikan objek-objek yang berhubungan dengan mereka, sesuai waktu dan tempat. Mereka menggunakan segala sarana permainan untuk menyatakan imajinasi, pikiran, perasaan, dan fantasi mereka.

  6. Armytage (1992) Hidup adalah suatu permainan. Pernyataan ini merupakan refleksi dari kristalisasi hidup manusia dari tahap ke tahap, yang pada prinsipnya mengakui bahwa permainan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

  7. Lerner (1982) Dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Faktor mendengarkan dan membaca termasuk ketrampilan berbahasa yang menerima (reseptif), sedangkan berbicara dan menulis merupakan ketrampilan aktif (ekspresif).

  8. Hughes (1995) Pada hakekatnya, bermain meningkatkan daya kreativitas dan citra diri anak yang positif. Unsur-unsur yang merupakan daya kreativitas adalah kelancaran, fleksibel, pilihan, orisinil, elaborasi.

Pemahaman tentang bermain juga akan membuka wawasan dan menjernihkan pendapat kita sebagai pelayan sekolah minggu sehingga menjadi luwes terhadap kegiatan bermain di sekolah minggu dan mendukung setiap aspek perkembangan anak. Proses pengajaran yang dimaksudkan adalah pelayan sekolah minggu, yang memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep dan pengertian dasar akan membuat anak-anak mengerti firman Tuhan sejak usia dini karena dapat dipahami dengan lebih mudah.

Peran Pelayan Sekolah Minggu ketika Anak Bermain

  1. Partisipasi aktif dari pelayan sekolah minggu ketika mendampingi akan sangat bermanfaat bagi anak dalam bermain. Misal permainan balok berwarna untuk membuat menara Babel. Pelayan sekolah minggu dapat menjadi asisten (membantu anak).

  2. Pelayan sekolah minggu berperan sebagai fasilitator.

  3. Intonasi yang tidak meninggi dan berbicara dengan lembut dapat digunakan untuk menghadapi anak yang perilakunya kurang baik. Dengan kelembutan, kita akan lebih mudah menyentuh perasaan anak.

  4. Pelayan sekolah minggu dapat memerhatikan bahasa tubuh anak ketika berkomunikasi dengan anak-anak, sebab bahasa tubuh merupakan ungkapan diri anak ketika anak sulit untuk mengatakannya.

  5. Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam bermain. Pelayan sekolah minggu dapat melihat berbagai keunikan itu secara nyata. Misalnya ada anak yang dengan mudah menangkap dan memberi respons yang baik tentang apa yang disampaikan para pelayan sekolah minggu.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Sekolah Minggu

Sumber
Judul Artikel: 
Pengertian Bermain dalam Sekolah Minggu
Judul Buku: 
20 Peraga Sekolah Minggu Asyik
Pengarang: 
Igrea Siswanto
Halaman: 
13 -- 19
Penerbit: 
Penerbit ANDI
Kota: 
Yogyakarta
Tahun: 
2006