Rendahkan Diri di Hadapan Tuhan

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Rendah Hati Seperti Kristus 2 Tawarikh 7:14-16; Kolose 3:12; Filipi 2:3-8 Salah satu ajaran dalam Kitab Injil adalah perlunya kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Dalam 2 Tawarikh, Allah memanggil kita untuk melakukan hal ini, "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Pada akhirnya, kerendahan hati adalah

Rendah Hati Seperti Kristus 2 Tawarikh 7:14-16; Kolose 3:12; Filipi 2:3-8

Salah satu ajaran dalam Kitab Injil adalah perlunya kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Dalam 2 Tawarikh, Allah memanggil kita untuk melakukan hal ini, "Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Pada akhirnya, kerendahan hati adalah pilihan yang kita ambil, saat kita memilih untuk mengenal dan mengakui Allah, tentang siapa Dia dan untuk siapa Dia menjadikan kita. Kerendahan hati menunjukkan kepada kita bahwa dunia tidak berpusat kepada diri kita, dan bahwa pandangan kita tidak selalu benar atau penting.

Allah mengajak kita untuk merendahkan hati jika kita sungguh-sungguh ingin menerima Dia. Pertobatan dan kerendahan hati saling terkait, karena saat mengakui dosa kita, saat kita mencari-Nya dan mengalami kekudusan-Nya lebih sungguh dalam hidup kita, kita diingatkan akan siapa Dia dan siapa kita. Kerendahan hati mengingatkan kita akan kebutuhan kita untuk diampuni, bahwa kita tidak bisa mencari atau mengusahakan keselamatan sendiri, dan untuk itu kita harus menyembah- Nya dan melakukan kehendak-Nya. Apakah masih ada keraguan bahwa ayat ini juga relevan untuk kita sekarang? Di mana dan bagaimana Anda hidup?

Menjadi Rendah Hati seperti Kristus

Kerendahan hati merupakan karakter kunci kekristenan. Bahkan, dalam sastra Yunani klasik, tidak ada istilah untuk kerendahan hati yang memuat unsur penghinaan, hal yang memalukan, atau kelemahan. Kerendahan hati dalam Kristen bukan tentang penghinaan atau kelemahan, namun tentang ketidakegoisan dan kerelaan hati menjadi hamba. Sebagai orang-orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi orang yang rendah hati, karena kita bukan Tuhan dan oleh karena salib setiap kita sama- sama dikasihi dan dihargai, dan karena itu tidak ada alasan untuk kita menjadi tinggi hati atau sombong. Dalam Yohanes 13, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus memberi kita teladan yang berkuasa dan yang menggerakkan hati tentang bagaimana menjadi rendah hati. Yesus mengikatkan handuk di pinggang-Nya dan membasuh kaki mereka, kemudian melakukan hal yang kasar dan rendahan yang biasanya hanya dilakukan oleh seorang hamba. Yesus berkata kepada mereka, "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Para murid heran dengan kerendahan hati yang ditunjukkan-Nya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda akan membiarkan kegelisahan atau keterkejutan Anda pada kerendahan hati-Nya mendorong Anda melakukan apa yang Dia kehendaki dalam hidup Anda?

Paulus memberikan teladan kerendahan hati Yesus dalam Filipi 2:2-8, "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia- sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap- tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Kerendahan hati adalah lawan keegoisan. Kita harus peduli dengan keberadaan dan kebutuhan orang lain. Kita harus mengasihi sesama kita seperti ki ta mengasihi diri kita sendiri. Seperti Yesus yang memilih kerendahan hati, seharusnya demikian juga kita, karena kerendahan hati menuntun kita kepada hidup baru di dalam Dia.

Yesus memberikan teladan kerendahan hati dalam Matius 11:29, "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Yesus datang untuk melayani dan mati demi manusia. Jika kita ingin rendah hati seperti Yesus, kita harus memerhatikan hidup kita dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini: apakah kita hanya hidup untuk Tuhan semata? Apakah kita hidup dan mati untuk orang lain? Apakah kita mengikuti kehendak Allah atau menuruti keinginan kita sendiri?

Mengusahakan Gaya Hidup Rendah Hati

Kerendahan hati harus menjadi gaya hidup kita sementara kita belajar untuk hidup, mengasihi, dan menjadi serupa dengan Yesus Kristus, sebagai murid-murid-Nya yang setia. Petrus mengingatkan kita dalam 1 Petrus 5:5-7, "Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya ...." Kita harus merendahkan diri, karena kita percaya Allah akan meninggikan kita saat kita rendah hati. Paulus mengulangi hal ini dalam Efesus 4:2-3, "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera." Kerendahan hati dan kesabaran selanjutnya akan berjalan bersama asalkan kita memilih kerendahan dan beroleh kasih karunia untuk menjadi sabar dan murah hati dalam kas ih. Belajarlah mendengar; bersedialah mengakui kekurangan; belajarlah bahwa hidup ini bukan tentang Anda, pedulilah kepada orang lain. (t/Setya)

Kategori Bahan PEPAK: Sudut untuk Anak

Sumber
Judul Artikel: 
Being Humble Like Christ