Tanggung Jawab Besar Menjadi Seorang Guru

warning: Parameter 1 to phptemplate_comment_submitted() expected to be a reference, value given in /home/sabdaorg/public_sabda/pepak/includes/theme.inc on line 668.

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Yakobus menulis, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yakobus 3:1). Yakobus tahu betapa mengajar itu penting, tetapi dia ingin semua guru memahami betapa besar tugas mereka. Mereka yang mengajar adalah orang yang mendapatkan penghakiman yang lebih berat dari orang lain. Mereka telah mendapat pengetahuan yang jelas tentang tugas ini; mereka lebih terikat untuk hidup sesuai

Yakobus menulis, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yakobus 3:1). Yakobus tahu betapa mengajar itu penting, tetapi dia ingin semua guru memahami betapa besar tugas mereka.

Mereka yang mengajar adalah orang yang mendapatkan penghakiman yang lebih berat dari orang lain. Mereka telah mendapat pengetahuan yang jelas tentang tugas ini; mereka lebih terikat untuk hidup sesuai dengan yang mereka ajarkan. Gagal mengajar berarti menciptakan batu sandungan bagi orang lain.

Saat ini beberapa orang, seperti orang-orang pada masa Yakobus, ingin menjadi "guru kebenaran". Keinginan itu kadang-kadang lebih didasarkan pada keinginan untuk mendapatkan peringkat atau penghargaan, bukan suatu keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Kata-kata Yakobus ini menjadi peringatan yang jelas bagi para calon guru supaya melakukan tugas ini dengan suatu peringatan -- tanggung jawab mengajar itu sangat besar.

Mendisiplin Lidah

Seorang guru harus mengungkapkan pendapatnya atas berbagai persoalan. Berbagai percakapan tentu saja akan menghasilkan berbagai pelanggaran atas lidah dan, akibatnya, penghukuman atau penghakiman yang lebih berat. Yakobus menulis, "Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya." (Yakobus 3:2)

Sebelum memberikan tugas pengajaran Kristen, seseorang perlu dengan cermat mengevaluasi disiplin pribadinya. Menjadi seorang guru Kristen memerlukan disiplin lidah yang ketat. Hanya orang yang memiliki kedewasaan disiplin pribadi yang dapat menghindari pelanggaran.

Disiplin untuk Memiliki Hidup yang Konsisten

Paulus menunjukkan masalah ketidakkonsistenan saat dia menggambarkan guru-guru Yahudi yang tidak bisa hidup sesuai dengan ajaran mereka sendiri. Dia menuliskan, "Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: 'Jangan mencuri,' mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: 'Jangan berzinah,' mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: 'Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain.'" (Roma 2:21-24)

Kata-kata Paulus itu mengandung peringatan bahwa setiap orang yang mau mengajar harus menjaga hidupnya agar tetap konsisten dengan apa yang diajarkannya. Ketidakkonsitenan apa yang diajarkannya dengan hidupnya akan mengurangi nilai dari pelajaran kebenaran yang disampaikan dan merendahkan Tuhan kita Yesus Kristus.

Tanggung Jawab untuk Membuktikan Sesuatu yang Berharga

Nikodemus memberikan rahasia menjadi guru yang hebat saat dia menghampiri Yesus pada malam hari. Dia berkata kepada Tuhan, "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya" (Yohanes 3:2). Meskipun guru Kristen modern tidak bisa melakukan mukjizat, pelajaran yang diberikan dan cara hidup mereka menjadi contoh yang seharusnya menghasilkan mukjizat perubahan hidup dalam diri orang yang diajar. Bila usaha mengajar ini tidak berarti apa-apa bagi pendengarnya, pengajaran itu mungkin merupakan suatu tanda bahwa guru itu bukan seorang rabi (guru) yang "dikirim oleh Tuhan".

Para pengkhotbah sering kali dituduh "berkhotbah untuk mendapatkan uang". Menjadi seorang pengkhotbah yang dimotivasi oleh kerakusan merupakan tindakan yang menyedihkan. Demikian juga bila pengkhotbah itu termotivasi oleh keinginan supaya mendapatkan pengakuan dan pujian, bukan misi mengabarkan Injil. Seorang guru Kristen harus dikirim oleh Tuhan. Jika tidak, orang itu tidak boleh menjadi guru. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Perayaan Hari Raya Kristen

Sumber
Judul Artikel: 
The Awesome Responsibility of Being A Teacher
Situs: 

http://www.geocities.com/Athens/Delphi/8297/mccann.htm (Sunday School Teachers and the Ministry of Sunday School)

Comments

Pendidikan, seorang guru

Pendidikan, seorang guru adalah seseorang yang mendidik orang lain. Seorang guru yang mendidik siswa seorang individu juga dapat digambarkan sebagai guru pribadi. Peran guru sering formal dan berkelanjutan, dilakukan dengan cara dari pekerjaan atau profesi di sekolah atau tempat pendidikan formal. Di banyak negara, seseorang yang ingin menjadi seorang guru di sekolah-sekolah yang dibiayai negara harus terlebih dahulu memperoleh kualifikasi profesional atau surat-surat dari sebuah universitas atau perguruan tinggi. Kualifikasi profesional ini dapat mencakup studi pedagogi, ilmu mengajar. Guru dapat menggunakan rencana pelajaran untuk memfasilitasi belajar siswa, menyediakan suatu program studi yang meliputi kurikulum standar. Peran Seorang guru mungkin berbeda antar budaya. Guru mengajarkan melek huruf dan menghitung, atau beberapa mata pelajaran sekolah lain. Guru-guru lain dapat memberikan instruksi dalam pengerjaan terbaik atau pelatihan kejuruan, Seni, agama atau spiritualitas, kewarganegaraan, peran masyarakat, atau keterampilan hidup. Di beberapa negara, pendidikan formal dapat terjadi melalui home schooling.