Role Play (Bermain Peran)

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Dalam "role play", anak-anak berperan sebagai orang lain -- mereka memainkan suatu peran. Namun, permainan ini tidak perlu latihan dan tidak untuk hiburan. Role play biasanya menyampaikan suatu masalah sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang mainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan -- bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi. Karena kekristenan berkaitan dengan hubungan pribadi, role play akan sangat efektif bila digunakan untuk

Dalam "role play", anak-anak berperan sebagai orang lain -- mereka memainkan suatu peran. Namun, permainan ini tidak perlu latihan dan tidak untuk hiburan. Role play biasanya menyampaikan suatu masalah sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang mainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan -- bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi. Karena kekristenan berkaitan dengan hubungan pribadi, role play akan sangat efektif bila digunakan untuk mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab mengenai perilaku.

Tidak seperti beberapa metode mengajar lainnya, guru pemula seharusnya tidak memutuskan, "Hari ini kita akan mencoba bermain role play." Guru yang menggunakan metode ini harus memahami metode dan bagaimana menggunakannya sebelum mencobanya di kelas. Role play digunakan oleh beberapa psikolog dan psikiater, tetapi guru tidak boleh menggunakan role play untuk menyelesaikan masalah-masalah psikologis! Role play yang dimainkan di dalam kelas harus sebatas pengalaman-pengalaman sehari-hari dari anak-anak yang terlibat di dalamnya.

Sebelum menggunakan role play, guru harus belajar sebanyak mungkin mengenai role play ini. Guru harus membaca, mengamati role play yang dimainkan di dalam kelas, dan bila memungkinkan, melihat film mengenai role play ini dan mendiskusikan metodenya dengan guru lain. Kemudian dia mungkin bisa siap untuk melakukan role play ini. Ketika seorang guru menggunakan role play ini, dia akan membentuk suatu pandangan terhadap peluang-peluang atas metode ini.

Seorang guru kelas dua telah memutuskan untuk mencoba role play ini. Dia juga telah memutuskan untuk menggunakannya dalam memecahkan masalah-masalah di rumah. Dia mengatakan, "Ada masalah di rumah Smith. Bobby dan Betty ingin menonton acara TV yang berbeda. Menurutmu apa yang akan terjadi?" Kemudian setelah beberapa sukarelawan memberikan pendapat tentang apa yang akan terjadi, guru bisa mengatakan, "Maukah kamu menunjukkan pendapatmu tentang apa yang akan terjadi?" Guru harus memilih anak-anak yang dengan cepat mau menjadi sukarelawan karena anak-anak ini telah merasakan beberapa tanda tentang Bobby dan Betty. Guru mengulangi situasi yang terjadi sehingga semuanya bisa mengerti.

"Sekarang Ronnie dan Jannet, tunjukkan apa yang menurutmu akan terjadi. Bagaimana Bobby dan Betty menyelesaikan masalah mereka?" Setelah anak-anak ini menunjukkan penyelesaian masalah, guru bisa memanggil sukarelawan lainnya. Mungkin beberapa anak ada yang ingin menjadi ayah atau ibu dalam permainan ini. Adegan ini bisa diulang beberapa kali dengan pemain sukarelawan yang berbeda. Guru akan menghentikan permainan bila pemainnya telah memberikan penyelesaian masalah, telah mengeluarkan semua ide mereka, atau karena guru ingin memberikan beberapa informasi tambahan atas masalah tersebut.

Di akhir role play, atau setelah setiap adegan selesai, guru harus memimpin suatu diskusi tentang penyelesaian atas masalah itu. Namun, guru harus selalu sangat berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa hanya ada satu penyelesaian. Bila hal ini terjadi, maka di permainan role play berikutnya anak-anak akan cenderung mencari persetujuan guru terlebih dahulu. Guru harus membimbing melalui evaluasi untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat. Atau dia bisa juga mengumpulkan berbagai penyelesaian sebagai referensi di masa yang akan datang, berusaha menjelaskan apakah mereka melanggar prinsip-prinsip Alkitab atau tidak. Bila Ronnie menyarankan supaya Bobby boleh menonton acara TV kesukaannya karena ada campur tangan dari orang tuanya setelah Betty memukulnya, maka ini bukanlah penyelesaian yang sesuai dengan prinsip Kristen. Namun, guru harus menolong anak-anak supaya bisa sampai pada keputusan ini. Guru tidak boleh mengatakan kepada mereka apa yang seharusnya mer eka rasakan atau pikirkan.

Guru pemula bisa menggunakan pantomim sebagai cara yang mudah untuk mengadakan role play. Pantomim, melakukan gerakan-gerakan tanpa berkata-kata, bisa dikenalkan sebagai suatu permainan. Mainkan situasi-situasi yang sering dialami oleh anak-nak, tanyakan, "Apa yang kamu lakukan sebelum ke sekolah minggu? Setelah sekolah minggu? Saat mau tidur? Minggu sore?" Anak-anak yang masih kecil pun bisa mengikuti role play ini. Namun, penyelesaian masalah atau penggunaan beberapa peran mungkin lebih efektif bila dilakukan pada anak-anak kelas tiga ke atas. Role play memberi kesempatan kepada guru untuk melihat tindakan penyelesaian masalah. Hasilnya, anak- anak biasanya menjadi lebih perhatian satu dengan yang lain.

Guru yang ingin mempelajari metode ini bisa mendapatkan materi-materi mengenai role play melalui berbagai artikel/teks. Dalam artikel ini, dijelaskan metode dan beberapa manfaat dari role play. Diperlukan informasi yang lebih lengkap lagi supaya bisa berhasil menggunakan metode ini. Namun, rangkaian langkap ini dapat menjelaskan apa saja yang mungkin diperlukan dalam suatu permainan role play yang bagus.

  1. Jelaskan tujuannya; supaya bisa mendapatkan akhir dari cerita.
  2. Bacalah secara berurutan.
  3. Tentukan peran.
  4. Pilihlah "tokoh-tokoh" dari mereka yang telah tahu peran-peran yang ada.
  5. Buatlah panggung: "Ini ruang keluarga", dll..
  6. Pekalah terhadap penonton dan siapkan mereka untuk pengamatan yang tepat dan berkaitan.
  7. Mulailah adegannya.
  8. "Stop" di saat yang tepat.
  9. Ulangi adegan bila masih ada waktu dan menarik.
  10. Ajaklah anak-anak untuk berdiskusi dan mengevaluasi secara berkelompok. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Artikel: 
Role Play
Judul Buku: 
Childhood Education in the Church
Pengarang: 
Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck
Halaman: 
548 -- 550
Penerbit: 
Moody Press, Chicago 1986
Kota: 
Chicago