Jenis Bahan PEPAK: Artikel
Ya, anak-anak kita perlu mengenal Tuhan secara pribadi dalam hidup mereka. Ini berarti bahwa kita sendiri harus mengenal Tuhan karena Tuhan bisa menjadi lebih nyata bagi mereka jika Tuhan sudah nyata bagi kita. Ada orang-orang yang menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Kristen karena mereka ingin anak-anak mereka memeroleh pendidikan Kristen meskipun mereka sendiri bukan orang Kristen. Dulu saya pernah mengirim sebuah e-mail berbau Kristen kepada orang seperti itu -- dan e-mail itu dikembalikan kepada saya. Saya sangat terkejut. Saya hanya berharap jika putrinya bersekolah di sekolah Kristen, setidaknya ibu itu sendiri harus mau membuka diri terhadap pesan-pesan kristiani. Ternyata saya salah. Saya rasa ini cukup tragis.
Anak-anak membutuhkan lebih dari sekadar nilai-nilai Kristen. "Mengkristenkan" mereka tidaklah cukup. Apa pun itu tidak akan benar-benar cukup, kecuali pengalaman Kristen yang dialami secara pribadi dan sungguh-sungguh. Mereka membutuhkan persekutuan dengan Tuhan, Pribadi yang menciptakan mereka. Tuhan jauh lebih mengenal dan mengasihi mereka daripada kita. Hal itu memang sulit dipahami jika kita sangat mengasihi mereka -- tapi jika ada Pribadi yang lebih mengasihi mereka, maka tentu saja mereka harus mengenal-Nya, bukan?
Kita hidup di dunia yang begitu menakutkan. Ada banyak sekali pengaruh-pengaruh buruk di luar sana yang dapat menghancurkan anak-anak kita, baik secara fisik, mental, emosional, atau secara spiritual. Ada banyak hal yang menakjubkan juga di dunia ini -- dan semuanya berasal dari Tuhan, Pencipta segala yang baik. Cara yang paling bisa diandalkan untuk melindungi anak-anak kita supaya tidak menjadi sasaran pengaruh buruk dan supaya mereka memeroleh hal-hal yang baik adalah dengan membimbing mereka kepada Pribadi yang akan memberikan fondasi yang kuat dalam hidup mereka.
Selama bertahun-tahun, saya mengetahui banyak orang tua yang membiarkan anaknya memutuskan sendiri saat mereka dewasa nanti apakah mereka akan pergi ke gereja atau tidak. Hal ini hanyalah usaha untuk menghindari kewajiban dan itu tidak akan berhasil. Mungkin hanya ada sedikit anak yang tumbuh tanpa pengaruh Kristen yang kemudian mencari Tuhan sendiri. Namun, Anda sama saja dengan berjudi jika melakukan hal itu, pasalnya ada banyak kemungkinan yang mungkin akan terjadi. Mereka membutuhkan peran orang tua untuk menunjukkan jalannya. Bahkan, mengirim anak-anak Anda ke sekolah minggu atau kegiatan-kegiatan gereja yang lain pun tidaklah cukup. Mereka perlu tahu bahwa kekristenan adalah sesuatu yang Anda yakini dan seriusi -- bahwa kekristenan adalah sesuatu yang bukan hanya bermanfaat di masa kecil, tapi juga di sepanjang hidup seseorang. Jika tidak, mereka hanya akan percaya pada Tuhan seperti halnya mereka percaya pada sinterklas, kelinci Paskah, dan peri gigi.
Kita menemukan hikmat lagi di dalam kitab Amsal, di mana kita
diperintah untuk "mendidik orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu" (
Jelas, tidak ada kebijakan asuransi dalam mendidik anak. Kita tidak dapat menjamin bahwa anak-anak kita tidak tersesat meski kita telah dengan setia menuntun mereka di jalan yang benar. Akan tetapi, kesempatan mereka untuk berjalan di jalan yang benar akan meningkat tajam jika kita mau dengan konsisten menujukkan mereka jalan kepada Tuhan dan mendorong mereka untuk menjadikan Allah sebagai Tuhan dalam hidup mereka. Tuhan akan memberi mereka petunjuk hidup, makna, dan pemenuhan hidup. Tanpa Tuhan, hidup akan menjadi sebuah jalan simpang-siur yang mustahil untuk dilalui, yang terlalu membingungkan sehingga anak-anak berjalan kian-kemari tanpa tujuan, dan dengan mudahnya menjadi mangsa orang-orang yang berniat jahat, yaitu mereka yang sudah tercengkeram dalam lingkaran musuh Allah.
Tanpa Tuhan juga, apa pun yang ditawarkan dunia seakan-akan hampa dan tak berarti. Bahkan anak-anak yang sepertinya memiliki banyak potensi dan masa depan yang cerah dapat merasakan adanya jurang kehampaan yang besar dalam jiwa mereka. Ada sebuah kutipan yang terkenal, yang saya yakini keluar dari mulut Pascal, yang mengatakan bahwa ada kekosongan yang diciptakan Tuhan dalam jiwa manusia yang hanya bisa diisi oleh Tuhan sendiri.
Jika Tuhan tidak disertakan dalam kehidupan anak-anak, mereka mungkin mencoba mengisi hidup mereka dengan banyak hal -- baik dan jahat -- dalam usaha untuk mencapai kepuasan atas kebutuhan mereka. Tapi pada akhirnya, tidak ada yang lebih berarti daripada Tuhan yang adalah pusat dari segalanya.
Mungkinkah itu yang menjadi alasan mengapa banyak anak muda pada zaman ini sangat tidak bahagia, bahkan sangat tertekan? Mungkinkah hal itu ada hubungannya dengan sikap mereka yang cenderung merusak diri? Mungkinkah hal itu yang menjadi alasan mengapa bunuh diri menjadi hal umum di kalangan para remaja dan muda dewasa?
Jika kita tidak berhasil memberikan makna paling pokok yang mereka butuhkan dalam hidup mereka, berarti kita membiarkan mereka jatuh terperosok, tak peduli seberapa banyak kesenangan duniawi, pengetahuan, kesempatan, dan keberuntungan yang mungkin kita berikan kepada mereka. Sudah menjadi tanggung jawab kita sendiri untuk membuat anak-anak kita mengenal Tuhan. Dia adalah Batu Karang yang teguh di mana semua kehidupan harus dibangun di atasnya supaya bisa bertahan dari badai hidup dan menjadi cahaya yang memberi inspirasi kepada sesama yang menjalani kehidupan di masa yang akan datang. (t/Setyo)
Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid
- Login to post comments
- Printer-friendly version