Teknik Bercerita

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan Firman Tuhan yang sering digunakan oleh guru Sekolah Minggu. Tuhan Yesus semasa hidup-Nya, menggunakan teknik bercerita dalam mengajarkan kebenaran kepada pengikut dan pendengar-Nya.

Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti, drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah:

1. Lebih Praktis dan Fleksibel

Praktis karena dapat dilakukan seorang diri tanpa koordinasi dengan orang lain (seperti drama), dan juga fleksibel karena cerita dapat disampaikan hampir di segala tempat maupun situasi, baik di dalam atau di luar kelas, kepada orang dalam jumlah banyak atau sedikit.

2. Lebih Murah (Tanpa atau dengan Alat Peraga)

Bercerita merupakan alat pengajaran yang sangat murah karena, dapat digunakan dengan atau tanpa alat peraga. guru Sekolah Minggu dapat bebas memilih dan mengembangkan sendiri alat peraga yang bervariasi, baik membawa gambar, peraga, boneka sebagai partner, membuat sketsa selama bercerita, menciptakan gerak-gerik tertentu dan melibatkan anak dalam cerita, dan variasi-variasi yang lain.

3. Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai Cerita

Teknik Bercerita

Untuk anak yang lebih kecil, cerita yang sudah dikenal pun tetap memiliki daya tarik bila guru dapat mengemasnya dengan variasi cerita yang menarik, dan disertai adegan-adegan pengulangan pada bagian tertentu. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, keahlian guru membangkitkan rasa ingin tahu anak terhadap kelanjutan cerita akan memikat perhatian mereka selama proses bercerita disampaikan.

Sayangnya, teknik bercerita sering kali dianggap sebagai teknik yang paling "mudah" sehingga sebagian guru merasa tidak perlu melakukan persiapan karena mereka tinggal "menceritakan ulang" bahan persiapan mengajar yang telah dibaca atau didapatnya dari kelompok persiapan guru. Padahal dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benar-benar memiliki persiapan yang cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan yang ingin dicapai benar-benar sampai pada sasaran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik bercerita antara lain:

1. Pendengar Harus Terlibat

Seorang guru Sekolah Minggu biasanya menyampaikan cerita lengkap dengan berbagai inti sari pengajarannya tanpa melibatkan anak-anak yang diajarnya. Sebenarnya, keterlibatan anak secara aktif akan semakin mendorong pemahaman anak akan arti cerita. Dalam beberapa kesempatan pelayanannya, Tuhan Yesus tidak hanya menyampaikan cerita, khotbah atau perumpamaan saja, tetapi juga membuat para pendengarnya memberikan respons/tanggapan. Dari berbagai tanggapan tersebut, Tuhan Yesus mengemasnya sedemikian rupa untuk melanjutkan apa yang ingin disampaikan-Nya pada orang banyak. (Luk. 20:9-19; Luk. 17:1-6; Luk. 14:12-14; Luk. 14:15-24)

2. Cerita Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna bagi Pendengarnya

Bercerita merupakan alat pengajaran yang sangat murah, karena dapat digunakan dengan atau tanpa alat peraga.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Dalam menyampaikan cerita, guru juga harus jeli melihat kebutuhan rohani anak yang dilayaninya, keadaan dan situasi di mana anak tersebut tinggal, serta pengetahuan anak tentang dunianya. Misalnya, cerita Alkitab mengenai "Perumpamaan Bendahara yang Tidak Jujur" akan kurang mengena bila disampaikan kepada anak balita, tetapi kisah "TuhanYesus Memberkati Anak-Anak" akan jauh lebih mengena dan kontekstual bagi kehidupan mereka. Tuhan Yesus sendiri dalam menyampaikan perumpamaan, menggunakan tempat dan situasi yang sudah akrab dengan para pendengarnya, seperti: seorang penabur dengan tanah garapannya, seorang ayah dan anaknya, seorang tuan dan hamba, para pekerja di kebun anggur, dan sebagainya.

3. Guru Benar-Benar Memahami Cerita yang Akan Disampaikan

Seorang pembawa cerita yang baik dapat membawa anak-anak serasa masuk ke dalam tempat dan suasana cerita yang sesungguhnya, dan dapat membuat karakter dalam cerita menjadi lebih hidup. Hal ini bisa terjadi apabila guru benar-benar memahami cerita yang akan disampaikan. Hal-hal yang perlu dipahami dengan benar antara lain:

- Tempat Kejadian

Dalam menggambarkan tempat kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas untuk memudahkan anak-anak menggambarkan dan memahami tempat terjadinya peristiwa tersebut.

- Kejadian/Peristiwa

Dalam bercerita pada anak-anak kecil, sebaiknya anda menyampaikan alur kejadian secara urut, dari awal, pertengahan hingga akhir. Cerita yang menggunakan alur flashback tidak banyak membantu anak-anak dalam memahami dan mengerti cerita yang disampaikan. Jika suatu cerita merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya, sebelum bercerita berilah pertanyaan pada anak-anak untuk mengingatkan cerita sebelumnya. Usahakan anda menceritakan terjadinya peristiwa secara kronologis.

- Karakter

Dalam bercerita jelaskan karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut, siapa namanya, bagaimana kepribadiannya? bagaimana bentuk wajahnya? penakut, pemalu atau pemberani. Bagaimana bentuk badannya? tinggi, kurus, pendek, gemuk. Apa status sosialnya? raja, penduduk, pendatang, pedagang atau pemungut cukai. Apa motivasi yang dimiliki tokoh tersebut? Apa keistimewaannya? dan kembangkanlah karakternya dengan jelas.

Ada sebagian orang yang disebut "berbakat" atau "berkharisma" sehingga dengan mudah orang-orang ini memikat perhatian para pendengarnya. Namun sebagai pelayan Tuhan, janganlah kita berkecil hati dan terkecoh oleh penampilan luar seseorang. Ingatlah bahwa dalam menyampaikan Firman Tuhan tugas kita sebagai guru Sekolah Minggu adalah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Selanjutnya, Roh Kudus yang akan bekerja untuk memberikan buah-buah pertobatan.

Sumber

Judul Buku : The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation
Pengarang : Dr. Robert J. Choun & Dr. Michael S. Lawson
Halaman : 308 - 309
Penerbit : Thomas Nelson Publishers
Kota : Nashville
Tahun : 1993

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar