Dampak dari Dosa

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Berikut beberapa butir mengenai dampak dosa yang dapat kita pelajari terlebih dahulu sebelum kita menjelaskan dosa kepada anak-anak. Kita juga dapat menguraikan butir-butir tersebut ke dalam bahasa yang lebih sederhana disertai contoh dalam Alkitab atau alat peraga kreativitas kita sendiri.

DAMPAK DARI DOSA

  1. Terpisah dari Allah.

    Fakta bahwa Yesus datang mencari mereka yang hilang membuktikan bahwa manusia jauh dari Allah. Manusia dijauhkan karena dosanya, terpisah dari Allah Bapa. Perumpamaan tentang dirham yang hilang, domba yang hilang, dan anak yang hilang (Lukas 15), meskipun pada intinya menunjukkan bahwa Allah mencari yang terhilang, perumpamaan-perumpamaan tersebut benar-benar membuktikan bahwa manusia itu terhilang.

  2. Terpisah dari manusia lainnya.

    Tetapi dosa melakukan lebih banyak lagi selain memisahkan manusia dari Allah. Karena penolakan Allah menyebabkan manusia memikirkan dirinya sendiri, manusia kemudian menjadi terpisah dengan manusia lainnya pula. Satu dari tiga pernikahan di Amerika berakhir di sidang perceraian. Satu dari setiap sepuluh orang Amerika akan menderita penyakit mental. Kita mengonsumsi berton-ton obat, bergalon-galon alkohol, dan kita menyebabkan munculnya awan asap. Manusia dapat terus menceritakan akibat dari dosa. Negara satu berperang dengan negara lain. Kejahatan semakin menjadi-jadi. Mengapa? Dosa telah memisahkan manusia satu dari manusia lainnya.

  3. Kepribadian yang terpisah.

    Sebenarnya masih ada masalah dosa sebagai dorongan atas keterpisahan manusia. Kekuatan dari dalam telah meninggalkan manusia saat manusia terpisah dari Allah sehingga ia kehilangan kemampuan untuk memahami dirinya sendiri dan takdirnya. Kesepian mulai datang; kecemasan muncul; semua hal menjadi kacau; kemudian manusia menyerang sesamanya. Mereka meminumi diri mereka sendiri, mabuk, atau mencoba tidak melakukan apa-apa untuk melarikan diri dari ketidakpuasan dalam diri mereka sendiri. Yesus mengatakan bahwa Dia diutus datang untuk "menyelamatkan" yang hilang. Kata "menyelamatkan" berarti menyembuhkan, menyatukan kembali (membuat menjadi utuh). Dosa membawa manusia kepada penyakit rohani.

  4. Kehidupan yang rusak.

    Penyakit rohani, dosa, menyebabkan rusaknya kehidupan. Yesus menunjukkan bagaimana manusia yang tumbuh dengan mementingkan diri sendiri akan mengidolakan kekayaan. Dia menggambarkannya sebagai petani kaya yang menyimpan kekayaannya (Lukas 12:16-19). Dia menantang orang kaya muda ini untuk menjual seluruh hartanya! Dia mengingatkan kita bahwa "tipu daya kekayaan" bisa menghambat tumbuhnya benih Firman Allah yang ada dalam hidup seseorang (Matius 13:22). Tetapi kekayaan juga merupakan salah satu jenis berhala. Dosa bisa menyebabkan seseorang mengasihi "tempat terhormat dalam rumah ibadat" (Matius 23:6). Dia mungkin ingin "menerima penghormatan di pasar" (Matius 23:7), dia ingin dilihat orang bila memberikan sedekah (Matius 6:5). Yesus pun mengajar tentang orang yang "berdoa untuk dirinya sendiri", yang dengan bangganya memohon kepada Tuhan dan mengkritik tetangga-tetangganya (Lukas 18:10-12).

    Tentu saja sensualisme dan materialisme pada saat ini merupakan akibat dari dosa. Manusia jauh dari rupa Allah dan melakukan kejahatan. Kesadarannya rusak seperti kompas kapal yang dirusak oleh suatu medan magnet lokal sehingga tidak dapat bereaksi terhadap medan magnet kutub yang lebih besar. Kesadaran yang dikalahkan oleh dosa tidak bisa lagi merespons tuntunan dari Allah. Kesadaran tidak bisa menuntun manusia untuk taat kepada Allah karena telah dibingungkan oleh daya tarik kekuatan setan.

    Orang yang berdosa adalah orang yang tidak diselamatkan. Yesus berkata, "setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa" (Yohanes 8:34). Dia datang untuk memutuskan ikatan ini. Misi-Nya adalah, "menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas" (Lukas 4:18). Dari pengalaman dan pengamatan, kita semua tahu betapa kuatnya rantai dosa membelenggu hidup kita. Perbudakan itu benar-benar nyata!

  5. Menyebabkan perasaan bersalah.

    Dampak yang lebih jauh dari keadaan terhilang, yang disebabkan oleh dosa, adalah rasa bersalah. Tindakan yang salah menyebabkan perasaan bersalah. Adam dan Hawa bersembunyi dari Allah segera setelah mereka melanggar hukum-Nya. Rasa bersalah itu nyata. Rasa bersalah ini tidak hanya dibebaskan dengan menyebutnya sebagai ilusi. Rasa bersalah tidak dijelaskan sebagai suatu hasil dari penolakan sosial; rasa bersalah merupakan hasil terlepasnya manusia dari Allah. Usaha-usaha untuk mengambil hati yang Allah yang dilakukan manusia dalam ketakutannya dengan memberikan hal-hal, persembahan, latihan-latihan rohani yang baik atau bahkan dengan menyiksa dirinya sendiri atau membuat dirinya kekurangan menunjukkan dampak dari dosa. Jiwa yang merasa bersalah juga mencoba melarikan diri dari Allah atau membeli Allah.

  6. Menyebabkan penghukuman kekal.

    Akhirnya, kita harus mengakui bahwa Yesus dengan jelas mengajarkan bahwa dosa menghancurkan dan memisahkan manusia dari Allah di masa yang akan datang. Kita bisa membaca nubuatan-Nya tentang penghakiman akhir di Matius 25. Dia menjadikannya benar-benar jelas bahwa ketika Ia kembali, Ia akan duduk di takhta penghakiman. Dan pada saat penghakiman itu selesai, beberapa akan menuju pada hukuman yang kekal dan beberapa akan mendapatkan hidup yang kekal. Kemudian dosa tidak akan pernah bisa dilihat sebagai sesuatu yang berbeda. Dosa telah mati; mati dalam kekekalan.

    Yesus datang untuk menyelesaikan masalah dosa ini. Dia menuntaskan masalah ini. Dia tidak pernah meremehkan apa yang dosa lakukan terhadap hidup manusia. Tetapi Ia tahu jawabannya. Ia memunyai jawabannya. Dialah jawabannya. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Pengajaran - Doktrin

Sumber
Judul Artikel: 
What Jesus Taught About Sin
Judul Buku: 
What Jesus Taught
Pengarang: 
George Alder
Halaman: 
40 -- 42
Penerbit: 
The Standard Publishing
Kota: 
Ohio
Tahun: 
1965