Kegiatan Kreatif untuk Anak-Anak

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Kreativitas, kualitas ajaib penuh ilusi yang dianugerahkan Allah bagi sedikit orang dan sangat didambakan oleh yang lain. Dalam kenyataannya, potensi kreativitas terletak di dalam diri kita masing-masing.

Proses kreatif telah ditelusuri oleh seorang penulis melalui tiga tahapan, yaitu hasrat, penemuan, dan tindakan. Dimulai dengan suatu kebutuhan atau hasrat, kemudian berkembang ketika hasrat tersebut menghasilkan penemuan, yang secara luas "ditentukan oleh sumber-sumber yang dimiliki seseorang (kemampuan alami, kemampuan yang diperoleh dengan sengaja, dan sumber-sumber yang ada di luar orang tersebut)". Penemuan diartikan sebagai tindakan yang mungkin melibatkan penelitian, percobaan, pembangunan teknik, dan kemampuan. Kreativitas tidak dipandang sebagai suatu kemampuan yang hanya dimiliki oleh para seniman. Proses yang sama yang menghasilkan patung atau gubahan musik atau suatu puisi secara terus-menerus bekerja dalam setiap individu yang tetap memberi respons pada kebutuhan hidup dan mau menggerakkan sumber-sumbernya baik dari dalam maupun dari luar supaya dapat memenuhi kebutuhan tersebut (Rockness, Miriam H. "A Time to Play". Grand Rapids: Zondervan, 1983, pp. 124-125.).

Kreativitas adalah "suatu sikap, suatu pendekatan, cara pandang". Yang pertama merekam tindakan Allah yang bersumber dari sifat ciptaan-Nya. Pikiran yang kreatif ada di dalam diri Allah karena Roh-Nya "melayang-layang" di atas bumi yang belum terbentuk (Kej. 1:2). Kemudian Dia berfirman dan kekuatan kreatif-Nya bekerja, membentuk suatu dunia dan penghuninya yang menyenangkan.

Allah itu kreatif. "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia" (Yoh. 1:3), dan "di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu" (Kol. 1:16). Manusia merupakan prestasi yang tertinggi dari ciptaan-Nya. Kate Douglas Wiggin menyatakan, "Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini merupakan suatu pemikiran baru Allah, suatu kemungkinan yang selalu segar dan bersinar." Setiap anak diberkati dengan suatu kepribadian individu dan kemampuan, dengan kebutuhan individu dan respons. Meskipun semua anak dilahirkan dengan kemampuan kreativitas mereka masing-masing, penelitian menyatakan bahwa bagian dari kreativitas mereka hilang ketika mereka berusia lima tahun (Abraham, Willard. "Living with Preschoolers". Phoenix, Ariz.: O`Sullivan Woodside, 1976, p. 35.). Tanggung jawab kemudian ada pada orang-orang dewasa di sekitar mereka, yaitu supaya mereka menjaga dan mengembangkan kreativitas itu sedini mungkin. Anak-anak perlu diajari "menggunakan apa yang sudah mereka miliki". Ketika kita membawa murid-murid kita kepada usaha-usaha kreatif di kelas dan dalam kehidupan kita, kita mendorong mereka untuk mempertajam refleksi tentang Pencipta dalam diri mereka (LeFever, Marlene D. "Creative Teaching Methods". Elgin, Ill.: David C. Cook, 1985, p. 20.).

ANAK-ANAK DAN KREATIVITAS

Menurut Webster, menjadi kreatif berarti menjadi produktif. Dan suatu kegiatan dirancang sesuai dengan prosedur yang edukasional guna merangsang pembelajaran dengan mengalami secara langsung. Oleh sebab itu, suatu kegiatan yang kreatif adalah pengalaman yang produktif, langsung dialami, dan dapat dipelajari.

Kegiatan-kegiatan yang kreatif memiliki tempat yang penting dalam suasana pembelajaran total, yang membawa suatu dimensi baru dalam pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan ini memungkinkan para murid untuk menambah kegiatan dengan melihat dan mendengar. Anak-anak dikelompokkan dari peran yang pasif hingga yang aktif di mana mereka dapat melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman belajar. Keikutsertaan mereka memberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka sendiri. Ketika terlibat, mereka belajar sambil melakukannya -- suatu pengalaman belajar langsung yang penting dan yang selalu mereka ingat. Kegiatan-kegiatan yang kreatif menolong anak untuk menemukan sendiri apakah mereka dapat melakukan hal-hal yang mereka anggap dapat dilakukan atau hal-hal yang ingin mereka lakukan. Kegiatan-kegiatan ini memberi kesempatan pada anak untuk menerapkan Alkitab dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Anak-anak menyukai kegiatan kreatif. Secara alami mereka senang menggunakan seluruh anggota tubuh yang mereka miliki untuk bergerak. Mereka senang bermain "make believe" (percayalah) untuk merasakan suara dan kata-kata yang dirangkai, menggunakan bahan-bahan keterampilan, merasakan tekstur yang berbeda -- tanah liat yang lembab, kulit kayu yang kasar. Dunia yang indah ini menjadi hidup karena mereka menggunakan semua indra untuk mencari dan menemukan keindahannya. Ketika anak-anak belajar tentang dunia dan orang-orang di dalamnya, ada pertumbuhan kesadaran terhadap Tuhan, ciptaan-Nya, dan dunia-Nya.

Dengan dilibatkannya anak dalam berbagai pengalaman belajar yang dihubungkan dengan pengajaran ajaran Alkitab seperti menolong (2Kor. 1:11), berbagi (Ibr. 13:16), memerhatikan orang lain (Mat. 7:12), dan menjadi pelaku firman, mereka pun bukan hanya menjadi pendengar saja (Yak. 1:22).

Tuhan membangun pola dasar pertumbuhan anak-anak, yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus sendiri ketika Dia menjadi manusia. "Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk. 2:52). Yesus tumbuh menjadi seorang anak, bersekolah, bermain dengan anak-anak lainnya, tinggal bersama keluarga, mematuhi orang tua-Nya, beribadah, dan belajar tentang Tuhan. Fakta bahwa Dia hidup dan tumbuh seperti anak-anak lain adalah bukti bahwa dia mengalami produktivitas, pengalaman belajar secara langsung (kegiatan-kegiatan kreatif).

TUJUAN KEGIATAN-KEGIATAN KREATIF

Kegiatan kreatif merupakan suatu metode mengajar yang dapat digunakan dan yang dapat memberikan keuntungan dalam mengadakan kegiatan belajar. Kegiatan-kegiatan ini memberikan cara-cara yang menyenangkan bagi anak-anak untuk lebih dalam lagi menyatukan kepribadian, kesempatan untuk menunjukkan kasih dan hormat pada orang lain, dan motivasi untuk mengekspresikan hubungan mereka dengan Tuhan dan firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa tujuan dan nilai dalam mengunakan kegiatan-kegiatan kreatif adalah sebagai berikut.

  1. Membuat proses belajar lebih menyenangkan, mudah diingat, dan berarti.
  2. Memberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dan membangun kreativitas.
  3. Menanamkan kebanggaan dalam berprestasi dan membangun kepercayaan diri.
  4. Memberikan kontribusi dalam pembangunan konsep diri yang benar.
  5. Memberi kesempatan berpartisipasi dalam suasana kelompok dan bereaksi untuk membangun persetujuan kelompok dan tingkah laku.
  6. Memperdalam kepekaan anak terhadap orang lain dan memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan perhatian dalam bentuk kata-kata dan tindakan.
  7. Merupakan terapi bagi kebutuhan anak untuk ekspresi individu.
  8. Mengurangi kegelisahan fisik dengan kegiatan yang berarti dan mengoordinasikan pikiran dan otot.
  9. Mengajarkan rasa hormat baik kepada orang dewasa maupun pemimpin yang sebaya.
  10. Membangun kemampuan memimpin dan kepekaan untuk mengemban tanggung jawab.
  11. Memberikan kesempatan untuk melakukan prinsip-prinsip kehidupan Kristen.
  12. Membantu anak menghormati barang-barang milik orang lain.
  13. Mengajarkan kerja sama, berbagi, dan bergantian.
  14. Dapat menekankan konsep Alkitab atau mengilustrasikan kebenaran.
  15. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan hubungannya dengan Tuhan dan tanggung jawabnya terhadap ajaran Alkitab.

Ingatlah terus tujuan dan nilai-nilai ini, guru dan pemimpin akan mendapat kesempatan untuk mengamati perkembangan konsep teologis anak dan respons mereka dalam bertingkah laku. Ini akan membantu menuntun para pemimpin dalam mengajar dan menjalin hubungan dengan anak-anak dan dalam pemilihan kegiatan-kegiatan kreatif yang dapat memberi pengaruh pengalaman belajar yang sukses. (t/Ratri)

Kategori Bahan PEPAK: Aktivitas dan Ketrampilan Anak

Sumber
Judul Buku: 
Childhood Education in the Church
Pengarang: 
Robert E. Clark, Joanne Brubaker, & Roy B. Zuck
Halaman: 
557 -- 560
Penerbit: 
Moody Press
Kota: 
Chicago
Tahun: 
1986