Apakah Artinya Mempersembahkan Kepada Tuhan?

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Alkitab bukanlah semacam kitab tuntunan, yang memuat peraturan- peraturan tentang apa yang harus dikerjakan manusia. Kita tidak akan menemukan daftar dari berbagai tujuan yang harus disumbang. Tidak akan terdapat juga suatu tabel, yang menyatakan berapa persembahan yang menjadi tanggungan jika kita mempunyai gaji Rp 800.000. Tuhan hanya meminta kasih kita kepada-Nya dan berdasarkan besarnya kasih itulah kita memberi.

Namun, Dia juga mau menunjukkan jalan, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, agar kita bebas memilih dan memberi.

Tentang orang Israel, kita baca bahwa mereka dapat memberikan persembahannya kepada Tuhan dengan tiga cara.

  1. Untuk kebaktian.

    Untuk itu yang terutama diperlukan ialah sebuah tempat pertemuan, mula-mula berbentuk kemah dan kemudian rumah atau bait. Pembangunan kedua tempat kebaktian itu terlaksana karena pemberian orang Israel yang spontan dan sukarela. Untuk mendirikan kemah pertemuan, orang Israel memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan. Laki-laki dan perempuan membawa emas, perak, tembaga, kain kasa yang halus, bulu kambing, kayu akasia, minyak untuk pelita. Kaum wanita memintal bulu kambing. Semua orang menyerahkan sesuatu sebagai persembahan sukarela untuk Tuhan (Kel. 35:4-29). Di samping itu, harus selalu tersedia minyak untuk pelita, roti persembahan, kemenyan di atas mezbah dan binatang-binatang untuk korban.

  2. Untuk hamba-hamba Allah, para imam dan orang Lewi.

    Orang itu dapat mengerjakan pekerjaannya, apabila mereka dibebaskan dari tanggungan mencari makan. Setelah Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa Israel, tiap-tiap suku mendapat bagian dari tanah itu. Tetapi orang-orang Lewi dan para imam tidak menerima bagian. Karena mereka menjalankan kebaktian setiap hari di hadapan Tuhan maka tiap orang Israel harus menyerahkan sebagian dari penghasilannya kepada mereka. Tuhan menganggap persembahan itu sebagai persembahan kepada Dia sendiri. Di dalam Bilangan 18:21-24 kita baca antara lain: "Sebab kepada orang Lewi kuberikan sebagai bagiannya persepuluhan, yang harus dikumpulkan oleh orang Israel sebagai kewajibannya", dan dalam Ulangan 18:1-5 ditambahkan pula hasil yang pertama dari gandum, minyak dan anggur, dan bulu domba yang pertama.

  3. Untuk orang miskin.

    Orang miskin juga mempunyai hak dari pemberian orang Israel. Jika ada suatu perayaan, orang Israel harus membagi-bagikan pemberian kepada anak-anak yatim piatu, janda-janda, dan orang miskin. Jika ada seikat gandum tertinggal di ladang, orang tidak boleh mengambilnya kembali, melainkan harus dibiarkan di sana untuk orang miskin. Begitu juga dengan buah zaitun, orang tidak perlu memeriksa kembali apakah masih ada beberapa buah yang tertinggal di pohon. Buah yang tertinggal itu menjadi bagian orang yang kekurangan (Im. 19:9, 10). Dalam Ulangan 26:12, Tuhan berkata kepada orang Israel: "Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim, dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang."

    Jadi dengan dasar selalu adanya orang miskin, Yesus Kristus pun berkata: "orang miskin selalu ada padamu." Meski kita bekerja keras untuk perbaikan keadaan sosial dan ekonomi, kita akan selalu diingatkan, bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Keadaan ini tidak meniadakan tugas dari Tuhan untuk memelihara orang yang kekurangan. Hal ini bukan untuk memperlihatkan betapa baik hati kita, melainkan untuk mengembalikan apa yang telah kita terima kepada-Nya melalui orang miskin.

Bagi tiap anggota jemaat juga ada tiga jalan untuk memberi seperti tersebut di atas.

  1. Untuk rumah gereja.

    Tuhan meminta kita untuk membuat tempat di mana Dia dapat disembah. Tidakkah penyembahan dapat dilakukan tanpa rumah? Tentu saja dapat, karena Tuhan tidak terikat pada suatu tempat. Tetapi pertemuan-pertemuan di suatu tempat tertentu, di mana kita dapat mendengarkan Firman Tuhan, dapat memperkuat persekutuan orang suci. Lagi pula sebuah rumah gereja dapat menjadi suatu peringatan bagi mereka yang belum percaya kepada-Nya; sebagai suatu peringatan, meskipun sangat sederhana, bahwa Tuhan sedang mendirikan Gereja-Nya di dunia ini.

    Di India-Selatan orang berkata: "Janganlah mendirikan rumah di dusun yang tidak ada kuilnya." Mendirikan gereja adalah satu dari hal yang nyata, yang dapat dilakukan bersama oleh orang Kristen. Sesuatu yang dapat dilihat itu menarik perhatian. Oleh karena itu, orang gemar mengerjakannya. Dan apa yang harus kita kerjakan dengan kasih dan sukacita harus kita dorong, lebih-lebih karena hal itu membutuhkan pengorbanan dari manusia.

  2. Untuk para pemuka, pendeta, guru Injil, dan orang yang mencurahkan hidupnya ke dalam pekerjaan jemaat.

    Jika sepanjang hari mereka sibuk mengurus jemaat atau mengabarkan Injil kepada mereka yang tidak mengenalnya, maka mereka harus dipelihara oleh jemaat. Tidak hanya dengan uang yang sedikit, sehingga orang lain tidak mau mengerjakannya. Yakobus berkata, bahwa seorang pekerja harus seharga dengan upahnya dan seorang pendeta harus dapat hidup dengan cukup. Ia harus dapat menerima kedatangan orang, dapat memberikan pendidikan yang cukup kepada anak-anaknya, pendeknya dapat hidup patut sebagai manusia.

    Sebaliknya kita dapat minta daripadanya sesuai dengan apa yang diberikan oleh jemaat kepadanya. Ia harus menyediakan seluruh waktunya untuk kepentingan pekerjaan gereja dan pekabaran Injil. Ini bukan suatu peringatan yang tidak perlu. Kerap kali kita jumpai, bahwa ada pendeta atau pekerja gereja lainnya, yang mempunyai sawah sendiri, mempergunakan sebagian besar dari waktunya untuk kepentingan sawahnya. Hal itu tak boleh terjadi, dan hal itu harus kita cegah.

  3. Untuk orang-orang miskin.

    Umumnya pengertian orang miskin di Indonesia hanya terdapat di kota-kota saja. Orang miskin di desa-desa mungkin ada juga, tetapi mereka selalu ditampung oleh keluarganya atau oleh masyarakat yang ada di situ. Jika ia lepas dari ikatan sosial tersebut, barulah ia menjadi orang yang seharusnya minta pertolongan jemaat. Meski demikian, pengertian pemeliharaan orang-orang miskin itu tidak hanya harus kita batasi pada orang yang tidak mempunyai harta saja. Ada pula orang yang membutuhkan pertolongan kita dengan cara yang lain, misalnya, karena mereka itu buta atau lumpuh. Orang yang membutuhkan pertolongan kita akan selalu ada di sekitar kita. Bukan pertolongan dengan sikap congkak yang datang dari orang yang sekali-kali berbuat kebajikan, melainkan dari orang yang mau menolong karena kasihnya kepada Tuhan, yang memberikan yang terbaik kepadanya, bahkan sampai memberikan Anak-Nya.

  4. Untuk pekabaran Injil.

    Pemberitaan Injillah yang menjadi alasan bagi berdirinya jemaat. Apabila jemaat itu berhenti mengerjakan pekabaran Injil, maka jemaat itu sudah tidak berdiri sebagai gereja lagi, melainkan menjadi suatu perkumpulan keagamaan biasa. Injil itu tidak hanya harus dikabarkan di sekeliling kita, melainkan harus sampai ke ujung dunia. Itu tidak berarti, bahwa kita harus pergi sendiri- sendiri. Kalau demikian malahan kita tidak akan saling bertemu. Tetapi tiap orang Kristen harus berdoa, bekerja, dan berkorban bagi semua umat manusia yang belum mengenal Kristus sekaligus memberi untuk pengutusan penginjil ke luar negeri. Ini tidak hanya berlaku bagi gereja-gereja di negeri Barat, melainkan bagi gereja-gereja di negeri Timur juga. Pengutusan bukanlah merupakan kegemaran segelintir manusia, tetapi menjadi tugas semua orang yang menjunjung nama Kristus.

    Jika kita sudah tahu untuk apa kita memberi maka bersama itu pula timbul pertanyaan: "Berapa yang harus kita beri?"

Marilah kita kembali sebentar kepada bangsa Israel, mereka memberikan:

  1. sepersepuluh dari hasil ladang dan kebunnya,
  2. anak yang pertama dari lembu dan biri-biri, termasuk hasil yang pertama dari gandum, minyak, anggur, dan dari bermacam-macam buah-buahan ladang, dan
  3. pemberian sukarela pada hari raya tertentu, kelahiran, sakit dan sebagainya.

Kita tidak lagi hidup di bawah peraturan-peraturan yang khusus mengenai hal memberi, seperti sepersepuluh dari tanah atau hasil buah-buahan. Jadi, tidak seorang pun dapat dipaksa atau diharuskan untuk memberikan persepuluhan itu. Kalau orang mau berbuat begitu secara sukarela, itu bagus sekali.

Sejak itu semua pemberian itu sukarela. "Semua itu kepunyaanmu," kata Paulus, "tetapi kamu milik Kristus dan Kristus milik Allah." Itu artinya, hubungan kita dengan Tuhan terdiri dari rasa syukur dan kasih. Tuhan telah memberikan segalanya kepada kita. Tuhan telah menganugerahkan Putera-Nya kepada kita. Dan siapa yang banyak diampuni, ia juga harus banyak mengasihi. Hal itu dengan sendirinya akan menggerakkan dia untuk mengembalikan kepada Tuhan apa yang telah diterimanya daripada-Nya.

Jadi satu-satunya ukuran ialah: "Tuhan, apa yang Kau kehendaki supaya aku beri." Masihkah saudara menganggap sukar untuk menentukan sendiri apa yang harus saudara persembahkan dengan sukarela? Tentunya tidak! Hal itu akan senantiasa memberi dorongan lebih besar kepada saudara untuk mempersembahkan barang-barang itu ke hadapan Tuhan sekaligus akan memperkaya hidup saudara karena lebih mendekatkan saudara kepada Kristus.

Kategori Bahan PEPAK: Pelayanan Anak Umum

Sumber
Judul Artikel: 
Apakah Artinya Mempersembahkan Kepada Tuhan?
Judul Buku: 
Penuntun Sekolah Minggu
Pengarang: 
J. Reginald Hill
Halaman: 
26 - 30
Penerbit: 
Yayasan Komunikasi Bina Kasih