Sungguhkah Saya Mengasihi Anak-anak?

Jenis Bahan PEPAK: Tips

Salah satu kasih yang dimiliki Kristus adalah kasih terhadap anak- anak. Contohnya dapat kita lihat dari Markus 10:16, dimana Yesus memeluk anak-anak yang datang kepada-Nya dan meletakkan tangan-Nya atas mereka untuk memberkati mereka. Sudahkah Anda yakin, Anda memiliki kasih yang sama seperti yang Ia miliki untuk anak-anak?

SUNGGUHKAH SAYA MENGASIHI ANAK-ANAK?

Dalam suatu kebaktian sore, seorang pemimpin Sekolah Minggu memberi kesaksian. Ia mengucap syukur kepada Allah bahwa seorang anak laki- laki telah percaya kepada Yesus sebagai Juruselamatnya pada Sekolah Minggu pagi itu. Pemimpin itu mengakhiri kesaksiannya dengan mengatakan, "Saya mencintai anak-anak di Sekolah Minggu kami dan saya suka sekali bekerja dengan mereka."

Pemimpin itu telah bekerja di kalangan anak-anak selama berpuluh- puluh tahun, dan orang bisa tahu bahwa ia sungguh-sungguh mencintai anak-anak. Dan cinta inilah yang dapat kita sodorkan dalam Sekolah Minggu tanpa malu-malu. Pemimpin kami itu telah berulang-ulang mengatakan bahwa ia lebih senang terhadap guru yang sungguh-sungguh mengasihi anak-anak daripada seorang guru yang mempunyai pendidikan sebagai guru, tetapi tidak dapat menyatakan cintanya kepada anak- anak.

Jika Saudara mengajar anak-anak, ujilah cinta kasih Saudara kepada mereka dengan patokan-patokan berikut ini:

  1. Saya ingin memenangkan anak-anak kepada Kristus.

    Anak-anak yang dimenangkan kepada Kristus dapat mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melayani dan mencintai Yesus. Orang dewasa sering berpikir seperti para murid Yesus yang merasa bahwa pelayanan Yesus itu harus ditujukan kepada orang dewasa -- bahwa mereka itu lebih penting daripada anak-anak. Tetapi Yesus mengarahkan perhatian-Nya kepada anak-anak yang datang bersama dengan ibu mereka untuk bertemu dengan Dia.

  2. Saya mengindahkan hak dan perasaan anak.

    Apabila saya berjalan di jalanan, di taman, di dalam sebuah toko, saya tidak berjalan bergegas-gegas melewati anak-anak. Saya tersenyum kepada mereka dan memperlakukan mereka sebagai orang- orang yang mempunyai hak dan perasaan.

  3. Saya memperhatikan anak-anak ketika saya mengunjungi rumah mereka.

    Jika saya mengunjungi rumah teman-teman, saya tidak bersikap acuh tak acuh terhadap anak-anak dalam keterburuan saya untuk bergaul dan bercakap-cakap dengan orangtua mereka. Saya memberi salam kepada anak-anak itu dengan kata-kata yang akrab -- dan dengan demikian, saya memperoleh banyak teman kecil yang baru.

  4. Saya lebih sabar dengan anak-anak.

    Saya tidak mengharapkan supaya anak-anak itu duduk diam seperti orang besar, menulis atau menggambar sebaik orang besar. Anak- anak masih dalam taraf bertumbuh dan belajar. Jika saya kurang sabar terhadap anak-anak, mungkin disebabkan karena saya mengharap terlalu banyak dari mereka.

  5. Saya berusaha hidup sedemikian rupa supaya anak-anak yang mengamati saya itu tak akan tersandung.

    Yesus menasihati orang dewasa tentang akibat-akibat yang hebat, yang menimpa orang-orang yang karena teladannya yang buruk, menyebabkan anak-anak jatuh atau tersesat. Seorang anak meniru kehidupan orang-orang dewasa yang dalam lingkungannya.

  6. Saya tidak mempermalukan atau menggoda anak-anak.

    Seorang dewasa yang sungguh-sungguh mencintai anak-anak tak akan "membangkitkan amarah" mereka. Ada orang-orang dewasa yang tidak mengindahkan perasaan yang lembut dari anak-anak. Mereka mengatai anak-anak itu "malas" atau "nakal" di hadapan anak-anak lain atau di depan orang dewasa.

  7. Saya berdoa untuk anak-anak.

    Anak-anak adalah cukup penting untuk dicantumkan dalam daftar doa saya. Nama mereka dicantumkan bersama pendeta, para pendeta perintis, dan anggota-anggota gereja yang sakit.

  8. Saya mendengarkan anak-anak.

    Saya tidak akan menyuruh mereka pergi dengan mengatakan "ya, ya", tanpa mendengarkan betul-betul apa yang mereka katakan. Kalau kita mencintai mereka, maka kita akan meluangkan waktu untuk mendengarkan perkataan anak-anak itu dan menjawab pertanyaan- pertanyaan mereka serta menunjukkan rasa senang atas hasil yang mereka capai.

  9. Saya senang bergaul dengan anak-anak.

    Baru-baru ini, saya mendengar seorang guru Kelas Pratama berkata, "Saya sungguh senang bergaul dengan murid-murid saya." Apabila saya mencintai anak-anak, waktu yang saya luangkan untuk mereka serasa lari cepat. Saya masuk dalam kesenangan mereka, ke dalam cara berpikir mereka dan cara melakukan ini dan itu, serta menikmati persahabatan mereka.

Apakah rasa cinta Saudara itu memenuhi patokan-patokan di atas ini?

Jika tidak, mohonlah kiranya Yesus memberi cinta kasih yang Saudara butuhkan untuk mengajar anak-anak.

Kategori Bahan PEPAK: Guru - Pendidik

Sumber
Judul Buku: 
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1
Halaman: 
179 - 180
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1997