Ada banyak alasan untuk bercerita, dan kita perlu menghilangkan
anggapan seolah-olah bercerita itu hanya sebagai kegiatan anak-anak.
Secara tradisional, hal itu belum pernah terjadi.
Cerita-cerita menegaskan identitas kelompok. Mereka memenuhi
kebutuhan untuk mengetahui dan merasakan keberadaan kita sebagai
bagian dari suatu keluarga, bersatu melawan kesepian dan kerasnya
kehidupan.
Cerita membantu untuk menjawab pertanyaan fundamental kehidupan:
Siapakah saya? Di mana Tuhan berada?
Bila seseorang berkata: "Saya mau bercerita kepadamu" atau "Pada
zaman dahulu", kita langsung merasa tertarik, ada sesuatu yang
menarik perhatian kita. Bila kata-kata ini diungkapkan dalam acara
formal, kita melihat orang-orang menjadi santai dan kita bisa
merasakan adanya suatu harapan. Seperti yang dikatakan oleh J.R.R.
Tolkien, bahwa suatu cerita bisa "... membuat anak atau orang yang
mendengarnya ... menahan nafas, jantungnya berdebar-debar ...". Ini
memang benar, tetapi mengapa?
Yesus sering menggunakan cerita untuk menyampaikan ajaran-Nya.
Dengarkan cerita tentang talenta berikut ini. Hamba yang pertama
diberi uang lima talenta oleh tuannya. (Talenta bukanlah suatu koin,
melainkan suatu logam berharga, misalnya perak dan satu talenta
nilainya lebih dari seribu dolar. Jadi, hamba ini menerima uang
sebesar lebih dari lima ribu dolar.)
Hamba ini langsung bekerja dengan menggunakan uangnya sampai dia
mendapatkan hasil dua kali lipat. Sekarang dia memunyai sepuluh
talenta, tidak lagi lima talenta.