Merancang Kurikulum Sekolah Minggu yang Komprehensif

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu Saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan yang merupakan bagian dari organisasi ataukah suatu organisme yang hidup? Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan, di mana masa-masa usia penting dan berharga ada di tangan guru-guru sekolah minggu. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum

Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu Saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan yang merupakan bagian dari organisasi ataukah suatu organisme yang hidup?

Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan, di mana masa-masa usia penting dan berharga ada di tangan guru-guru sekolah minggu. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum (apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar), sangat menentukan pembentukan dalam diri anak-anak yang dilayaninya.

Lois E. LeBar mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas yang direncanakan dengan baik untuk membawa anak-anak selangkah lebih dewasa dalam Kristus. Aktivitas yang dirancang untuk menghubungkan kehidupan anak dengan firman Tuhan dan menghadirkan firman Tuhan sebagai Roti Hidup dalam kehidupan riil yang dialami oleh anak-anak akan menolong pertumbuhan mereka semakin menjadi seperti Kristus; hal ini merupakan inti dari sebuah kurikulum.

Kurikulum sekolah minggu yang hidup tidak sekadar memberikan pengetahuan tentang Alkitab kepada anak-anak, namun membiarkan anak-anak menikmati firman Tuhan sebagai Air Hidup dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya belajar dari tulisan yang tertera, tapi belajar dari mengalaminya dalam kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, kurikulum sekolah minggu perlu dirancang secara lengkap dan tepat untuk dapat dipakai sebagai alat mengajar anak-anak agar bertumbuh optimal di dalam rencana Allah.

Perkembangan Anak Holistik (Holistic Child Development)

Anak bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik dan intelektual saja, tetapi juga secara emosi, moral, dan spiritual. Dalam penelitian tentang kecerdasan disebutkan bahwa kemampuan intelektual bukan lagi merupakan satu-satunya tolok ukur dalam menentukan tingkat kecerdasan. Seseorang dikatakan cerdas ketika dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Itu berarti selain kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan moral (AQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang. Manusia tidak pernah statis, sejak terjadinya pembuahan, perkembangan/perubahan terus berlangsung. Tidak ada satu individu pun yang sama, namun tahap perkembangan secara umum dapat diprediksi.

Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa "kematangan" dan "belajar" memegang peranan penting dalam perkembangan. Kematangan adalah terbukanya sifat bawaan individu. Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha pada pihak individu. Setiap individu tidak dapat belajar sampai dirinya siap dan sebaliknya kesempatan belajar harus diberikan bila individu itu telah siap. Ketidaktepatan pada satu sisi akan mengurangi pengembangan potensi maksimal dalam diri seseorang.

Pembentukan Karakter (Character Building)

Ketika Tuhan Yesus menyatakan agar kita bertumbuh semakin serupa dengan Dia, Yesus tidak berbicara mengenai tampilan fisik, tapi sesuatu di dalam diri kita yang dapat disebut sebagai "karakter". Kemajuan karakter akan semakin menampakkan "karakter ilahi", dan hal ini sangatlah penting. Semakin dini kita menanamkan dan menumbuhkannya di dalam diri seorang anak, maka hasilnya akan semakin kokoh, karena berarti kita sudah meletakkan dasar/fondasi yang kuat.

Misi dan Kepedulian Sosial (Mission and Social Concern)

Salah satu ciri kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dampak sosial yang dihasilkan. Tidak ada batasan usia untuk seseorang menjadi misionaris atau pekerja sosial yang menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Tak ada seorang anak yang terlalu muda untuk dibentuk dan dilatih untuk menjadi alat Tuhan bagi pekerjaan-Nya.

Setidaknya ada tiga hal yang perlu ditumbuhkan dalam diri seorang anak untuk memiliki hati misi dan kepedulian kepada orang lain, yaitu "Passion", "Motivation", dan "Compassion".

Pendidikan yang hanya menekankan pada intelektual semata telah menghasilkan pemimpin-pemimpin yang gagal membawa bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya bagi sekolah minggu untuk berperan lebih lagi dalam pelayanan holistik bagi anak, agar nilai-nilai Injil, karakter, dan jiwa misi dapat melekat kuat dalam diri sang anak.

Kurikulum sekolah minggu yang komprehensif akan:

  • membawa anak mengenal Kristus secara pribadi,

  • mendorong pertumbuhan iman,

  • mengembangkan semua aspek dan potensi dalam diri anak,

  • menanamkan dan menumbuhkan karakter Illahi, dan

  • menghasilkan anak-anak yang memiliki hati misi dan peduli pada orang lain.

Kriteria untuk Mengevaluasi Kurikulum Sekolah Minggu

  1. Apakah materi tersebut menggunakan firman Tuhan sebagai sumber utama dari pengajaran?

  2. Apakah materi tersebut mengajarkan kesetiaan dan kemahakuasaan Tuhan melalui keajaiban-keajaiban yang dibuat-Nya?

  3. Apakah firman Tuhan digunakan dalam setiap pemecahan masalah sebagai yang terutama?

  4. Apakah materi tersebut mengajarkan nilai-nilai yang terdapat dalam Alkitab?

  5. Apakah materi tersebut mendorong anak-anak untuk menerima Krisrus sebagai Juru Selamat pribadi dan tumbuh dalam imannya?

  6. Apakah ada tujuan yang jelas?

  7. Apakah materi yang digunakan sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan anak-anak yang diajar?

  8. Apakah melalui materi yang digunakan, anak-anak akan terpacu untuk mengingat hal-hal penting dan memiliki pengalaman yang sama dengan apakah materi yang digunakan memberi berbagai kemungkinan diadakannya stimulasi dalam pengajaran?

  9. Apakah ada alat-alat peraga pembantu dalam pengajaran?

  10. Apakah semua aspek dalam diri seorang anak diasah dan digunakan dengan menggunakan materi kurikulum tersebut?

  11. Apakah guru baru akan mudah menggunakan dan mengajarkan materi tersebut?

  12. Apakah "buku petunjuk bagi Guru" benar-benar membantu pengajar secara sederhana dan efektif?

  13. Apakah dengan menggunakan materi tersebut para pengajar semakin bertumbuh dalam cara mengajar?

*) Diadaptasi dari daftar kriteria untuk mengevaluasi materi kurikulum garapan Ronald C. Doll di buku Children's Ministry karya Lawrence O.Richards.

Kategori Bahan PEPAK: Kurikulum - Pedoman Mengajar

Sumber
Judul Artikel: 
Refleksi Diri