Mengapa Anak Harus Belajar Memberi?

Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Alkitab bukan saja berisi pengajaran-pengajaran doktrin yang bersifat teori, tetapi juga hal-hal praktis, seperti misalnya bagaimana kita harus hidup sebagai orang Kristen yang sudah diciptakan baru oleh Tuhan. Berikut ini adalah beberapa ayat Firman Tuhan yang memberikan petunjuk praktis tentang bagaimana orang Kristen harus menunjukkan kebaikan hatinya dengan memberi:

"Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, SUKA MEMBERI DAN MEMBAGI." (1 Tim 6:18)

"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah LEBIH BERBAHAGIA MEMBERI dari pada menerima." (Kis 20:35)

"HENDAKLAH KAMU MURAH HATI, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:36)

"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab ALLAH MENGASIHI ORANG YANG MEMBERI DENGAN SUKACITA." (2 Kor 9:7)

Oleh karena itu sebagai guru-guru Sekolah Minggu kita juga harus mengajarkannya kepada anak-anak SM. Namun demikian kita harus menyadari bahwa pada usia di bawah 10 tahun anak-anak masih memiliki sifat "self-centered" dan "egoisme" yang cukup kuat, sehingga hal memberi/berbagi sering tidak mudah untuk dilakukan oleh anak tanpa petunjuk dan dorongan dari orang dewasa.

Bagi anak, memberi/berbagi apa yang telah menjadi haknya kepada orang lain merupakan suatu ketidakadilan, karena berarti ia harus melepaskan apa yang seharusnya menjadi miliknya dan dia tidak mendapat apa-apa lagi. Perhatikan contoh di bawah ini:

Seorang anak kecil sedang bermain dengan suatu mainan yang disediakan oleh guru Sekolah Minggu. Kemudian ada seorang anak kedua yang juga ingin bermain dengan mainan yang sama. Lalu anak pertama berkata: "Tidak bisa, aku kan yang dapat mainan ini pertama." Lalu guru SM datang dan berkata: "Kalian harus gantian bermainnya. Sekarang giliran temanmu yang bermain dengan mainan itu." Anda pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan anak yang pertama. Ketika mainannya itu diberikan kepada anak yang kedua, anak yang pertama pasti akan menangis.

Untuk orang dewasa, bergantian menggunakan barang berarti bekerjasama dan berbagi kesempatan. Tapi tidak demikian untuk anak-anak, karena anak mengganggap bahwa berbagi berarti merampas kesempatannya dan dia tidak dapat bermain lagi. Namun, sesulit apapun, anak harus belajar sejak kecil bagaimana berbagi barang atau makanan dengan orang lain. Dalam hal ini peranan orang dewasa atau guru SM sangat memegang peranan penting, yaitu dengan menciptakan suasana dan kesempatan yang sehat untuk anak bisa berbagi atau memberi dan bekerjasama dengan anak lain. Misalnya:

  • Ajarkan teladan yang diberikan Allah sendiri bagaimana Ia mengasihi manusia dan rela memberikan Anak-Nya yang tunggal agar manusia beroleh selamat.
  • Berikan pengajaran-pengajaran (melalui cerita-cerita pendek) tentang pentingnya kita saling memberi, khususnya untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
  • Di dalam SM usahakan agar ada fasilitas-fasilitas yang mengharuskan anak untuk berbagi barang, seperti sekotak pensil warna/crayon, lem, gunting, dll. Jangan berikan masing-masing anak satu, tapi biarkan mereka saling bergantian menggunakan, sehingga anak harus belajar menunggu giliran menggunakannya. Rasio pembagiannya jangan terlalu besar, karena hal ini akan menimbulkan suasana kacau. Jadi misalnya berikan 5 anak 1 lem/ 1 gunting/ 1 kotak crayon untuk digunakan bersama.
  • Buatlah aktivitas-aktivitas/tugas-tugas kelompok dimana anak tidak bisa mengerjakannya sendiri kecuali bekerjasama dengan anak lain.
  • Buatlah permainan dalam kelompok-kelompok supaya anak-anak dapat belajar "rasa memiliki" dalam kelompok dan bekerjasama dengan anak-anak yang lain.
  • Adakan acara-acara dimana anak-anak bisa berbagi makanan, misalnya perjamuan kasih, ulang tahun Sekolah Minggu, dll. Bisa juga anak-anak diminta untuk mengumpulkan hadiah dan diberikan kepada anak-anak yatim piatu atau anak-anak miskin. Atau mengadakan warung murah, dimana dijual makanan-makanan yang bergizi hanya untuk anak-anak dengan harga yang sangat murah, dll.
[Ide-ide lain dapat dilihat di Kolom Tips]

Seperti yang telah kita bahas pada edisi minggu yang lalu bahwa sifat-sifat baik dari seseorang tidak dapat datang dengan sendirinya, tapi harus dilatih dan dikembangkan. Sifat memberi pun juga demikian. Jika tidak dilatih sejak dini maka sifat murah hati dalam diri anak tidak akan dapat berkembang dengan baik. Jika guru-guru SM berhasil memberikan landasan pengajaran yang benar dari Firman Tuhan tentang hal memberi dan bermurah hati maka niscaya anak-anak SM akan bertumbuh menjadi seorang Kristen yang hidup menyenangkan hati Tuhan.

Kategori Bahan PEPAK: Pengajaran - Doktrin