Dari ajaran dan tindakan Tuhan Yesus Kristus, dapat ditemukan
konsep-konsep yang mengandung prinsip-prinsip dasar kepemimpinan
yang cemerlang. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat dilihat pada
penjelasan berikut. Dari Injil Matius 20:20-28 dan Injil Markus
10:35-45, Tuhan Yesus menjelaskan prinsip/falsafah dasar
kepemimpinan yang dapat diuraikan sebagai berikut.
Yesus adalah seorang yang ahli menanamkan kebenaran rohani kepada para pengikut-Nya. Ketika ingin memberikan ide-ide yang revolusioner, Yesus paham bahwa murid-murid-Nya membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar penjelasan tentang kebenaran. Mereka perlu melihat penjelasan itu dalam bentuk tindakan termasuk membahas apa yang telah mereka saksikan. ... baca selengkapnya »
Suatu hari Yesus sedang berjalan-jalan di kota Yerikho ketika
beberapa orang buta mulai memanggil-manggil Dia. Alkitab menulisnya
demikian, "Ada dua orang buta yang duduk di pinggir jalan mendengar,
bahwa Yesus lewat, lalu mereka berseru: `Tuhan, Anak Daud,
kasihanilah kami!` Tetapi orang banyak itu menegur mereka supaya
mereka diam. Namun, mereka makin keras berseru, katanya: `Tuhan,
Anak Daud, kasihanilah kami!` Lalu Yesus berhenti dan memanggil
mereka.
Injil menuliskan empat keadaan di mana Yesus mengajarkan bahwa kasih
merupakan prinsip utama dari semua hukum. Dalam Khotbah di Bukit
kita mendapatkan contoh pertamanya. Seperti yang telah ditunjukkan
bahwa hukum yang berkaitan dengan kutuk, perzinahan, dan
penganiayaan kepada orang lain tidak hanya sekadar kata-kata saja
dan harus dihargai lebih daripada itu.
Selama Yesus melakukan pelayanan-Nya di dunia, banyak pelajaran kasih yang Dia berikan kepada kita. Kasih kepada Tuhan, sesama, saudara, murid-murid, anak-anak, dan lain sebagainya. Banyak hal dari tindakan kasih Yesus kepada anak-anak maupun murid-murid-Nya yang dapat kita terapkan dalam pelayanan. Berikut ini beberapa di antaranya.
Dalam percakapan Yesus sebelum Ia naik ke surga, kita mendapatkan pernyataan yang paling jelas mengenai fungsi dari Roh Kudus. Pernyataan Yesus yang paling kita kenal adalah, "Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku" (Yoh. 16:14). Kita memberi penekanan pada pernyataan, "Ia akan memuliakan Aku". ... baca selengkapnya »
Manusia yang lemah selalu diikat dengan berbagai keterbatasan, baik
itu keterbatasan stamina tubuh, intelegensia, kekayaan, dan
lain-lain. Sering kali pekerjaan Tuhan terhambat oleh adanya
berbagai keterbatasan itu.
Semua agama, kecuali empat agama besar, didasarkan pada filsafat.
Dari empat agama besar yang didasarkan kepada kepribadian
pendirinya, hanya agama Kristen yang menyatakan kubur kosong bagi
pendirinya.
Tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul.
Murid-murid-Nya hanya menjadi simbol kekalahan dan kehancuran.
Mungkin mereka akan mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka
dan penyaliban hanya akan melenyapkan harapan akan Mesias.
Yesus mengajarkan bahwa tindakan nyata untuk membawa manusia kepada
keselamatan harus melibatkan diri-Nya sendiri melalui kematian-Nya
di kayu salib. Hal ini merupakan pernyataan yang sangat mengejutkan
yang Ia sampaikan kepada murid-murid-Nya. Ia menyampaikan kabar ini
untuk pertama kalinya kepada Petrus yang baru saja memberikan
pernyataan, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius
16:16).
Kegiatan membaca dan menulis merupakan salah satu metode mengajar
yang berguna, meskipun terkadang kedua metode tersebut digunakan
secara berlebihan oleh guru yang membutuhkan lebih banyak variasi
saat mereka mengajar. Pada umumnya, anak usia sekolah bisa memproses
informasi yang mereka dapatkan melalui bacaan dan menulis jawaban
dari pertanyaan yang ada di sebuah kertas kerja -- tetapi bagi
anak-anak yang mempunyai kesulitan membaca, kegiatan ini justru
membuat mereka frustasi.