Anda berdiri di depan kelas. Seluruh mata anak-anak menatap wajah Anda dengan antusias. Mereka berharap sebentar lagi akan mendengar sebuah cerita yang menarik dari Anda. Pada mulanya, mereka memberi perhatian kepada cerita Anda. Namun, ini tidak bisa bertahan lama. Jika mereka mendapatkan sesuatu yang lebih menarik, maka perhatian mereka bisa teralih ke tempat lain. Inilah tantangan terbesar pembawa cerita, yaitu supaya bisa tetap `menyandera` perhatian khalayak (anak-anak) hingga cerita tersebut berakhir. Tidak itu saja, tugas pembawa cerita yang tidak kalah pentingnya adalah menabur benih nilai-nilai kehidupan yang terselip di balik cerita itu. Nilai-nilai itu disebut sebagai moral cerita. Jika Anda bisa melakukan kedua hal ini, maka Anda layak disebut sebagai pembawa cerita yang menarik dan efektif.
Banyak orang yang ragu-ragu ketika diberi kesempatan untuk menyampaikan cerita. Mereka sebenarnya mempunyai kerinduan untuk menyampaikan kabar baik ini kepada anak-anak, tapi sayangnya sering terkendala oleh ketiadaan percaya diri. Banyak orang yang menganggap bahwa bercerita di hadapan anak-anak itu membutuhkan bakat khusus. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Memang, ada orang-orang tertentu yang secara alami sudah memiliki kemampuan bercerita secara efektif dan menarik. Akan tetapi, kemampuan seperti ini sesungguhnya bisa dipelajari dan dikuasai dengan mempraktikannya berulang-ulang. Sebagian besar tukang kayu pasti mampu membuat meja makan. Namun, ada sekelompok tukang kayu yang mampu membuat meja makan yang tampak unik, menarik, tetapi tetap fungsional. Kemampuan seperti ini tidak didapatkan sejak dari lahir, tetapi diperoleh melalui penguasaan ketrampilan dan "jam kerja" yang tinggi. Hal yang sama berlaku juga pada seorang pembawa cerita. Anda bisa menguasai kemampuan bercerita yang menarik dan efektif.
Kemampuan seperti ini tidak sulit untuk dipelajari karena sesungguhnya kita sudah terbiasa bercerita dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita bercakap-cakap dengan orang lain. Kegiatan bercerita tidak jauh berbeda dengan percakapan sehari-hari. Jadi, jika Anda terbiasa bercakap-cakap atau mengobrol dengan orang lain, maka sebenarnya Anda bisa menjadi seorang pembawa cerita.
Langkah paling awal untuk menguasai kemampuan ini adalah lebih dulu memahami proses komunikasi. Di dalam ilmu komunikasi, kegiatan bercerita termasuk di dalam jenis komunikasi lisan. Pada saat kita menyampaikan cerita, sesungguhnya kita melakukan proses komunikasi. Kata "komunikasi" berasal dari bahasa Latin "communicatio" yang berarti "berbagi atau menjadi milik bersama." Ketika kita menyampaikan cerita, kita menyampaikan sesuatu atau membagikan sesuatu kepada anak-anak. Dengan kata lain, kita sedang berkomunikasi dengan anak-anak.
Setiap hari kita melakukan komunikasi. Bahkan sebagian besar kegiatan dalam kehidupan kita adalah untuk berkomunikasi. Apa pun yang Anda sampaikan--entah itu cerita lucu, kisah sedih, atau paparan teori Fisika yang rumit,--yang paling terutama pesan Anda itu harus bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau pesan itu tidak bisa dimengerti maka kegiatan itu tidak bisa disebut sebagai komunikasi. Secara sederhana, komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan mengirimkan pesan yang dapat dipahami kepada orang lain.
URL: http://www.sabdaspace.org/setiap_orang_adalah_pencerita
Oleh: Purnawan Kristanto
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK