Diringkas oleh: Dian Pradana
Bagian dari tanggung jawab gereja untuk melengkapi para guru dalam pelayanan di gereja adalah menyediakan kurikulum yang tepat bagi mereka. Meskipun merupakan suatu tantangan bagi sebagian besar pemimpin gereja untuk memahami dan mengetahui bagaimana menggunakan kurikulum, beberapa gereja malah tidak ingin menggunakan kurikulum.
"Kami tidak memerlukan kurikulum. Kami hanya mengajarkan Alkitab." Diucapkan atau tidak, sikap seperti ini kadang-kadang muncul di gereja-gereja
Diringkas oleh: Dian Pradana
Bagian dari tanggung jawab gereja untuk melengkapi para guru dalam pelayanan di gereja adalah menyediakan kurikulum yang tepat bagi mereka. Meskipun merupakan suatu tantangan bagi sebagian besar pemimpin gereja untuk memahami dan mengetahui bagaimana menggunakan kurikulum, beberapa gereja malah tidak ingin menggunakan kurikulum. ... baca selengkapnya »
Seorang ahli pendidikan agama Kristen pernah berkata: "Bahan kurikulum yang sempurna belum terbit." Artinya, tidak pernah ada kurikulum yang sempurna.
Kurikulum direncanakan untuk menolong, bukan untuk dijadikan wewenang tertinggi.
Sebagai orang dewasa, adalah tanggung jawab kita untuk mengajar anak-anak agar peduli terhadap lingkungan. Sejak dini, anak dapat belajar bagaimana mereka dapat menyelamatkan bumi dan hemat energi. Mengajar anak-anak untuk mencintai lingkungan akan menjamin kelangsungan generasi masa depan yang peduli terhadap bumi!
Bincangkanlah dengan anak-anak bagaimana mereka dapat menghemat energi. Terangkan kepada mereka pentingnya mematikan lampu ketika meninggalkan ruangan tertentu.
Kurikulum yang efektif dibentuk atas dasar berikut ini.
Dasar-Dasar Untuk Membuat Kurikulum
Dasar Alkitabiah
Seperti kaum injili, Alkitab adalah buku pelajaran kita. Kita mengacu pada firman Tuhan dalam menentukan isi kurikulum dan pengertian untuk mengajarkannya. Seperti yang diringkaskan oleh H.W. Byrne:
Kurikulum Kristen sebaiknya mulai dengan Alkitab, firman Tuhan .... Firman Tuhan memberikan isi dan prinsip yang mendasari evaluasi dan penggunaan semua bahan pelajaran.
Meski diketahui bahwa kebenaran
Meskipun saat ini ada banyak kurikulum yang baik yang tersedia bagi guru, beberapa guru memilih menggunakan program yang telah mereka siapkan sendiri. Meskipun ada kemungkinan bagi guru untuk merancang dan membuat program pendidikan yang benar-benar alkitabiah, sebagian besar orang kurang mendapatkan pelatihan dan sumber yang diperlukan.
Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan melayani anak. Apakah sekolah minggu Saudara memiliki pengertian sebatas departemen pelayanan yang merupakan bagian dari organisasi ataukah suatu organisme yang hidup?
Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan, di mana masa-masa usia penting dan berharga ada di tangan guru-guru sekolah minggu. Peran sekolah minggu, baik guru maupun kurikulum
Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah minggu.
Donald Grrigs dalam bukunya, "Teaching Teachers to Teach" (1988), mengungkapkan bahwa minimal terdapat sepuluh aspek kurikulum yang harus diputuskan oleh seorang pelayan anak pada waktu dia mengajar selama kurang lebih 1 -- 2 jam pelajaran di dalam kelas. Baik di dalam kelas pendidikan warga jemaat atau di kelas sekolah, kesepuluh aspek tersebut harus dipertimbangkan. Kesepuluh aspek tersebut hanya merupakan garis besar atau outline.
Siapakah di antara kita yang tidak bergembira ketika melihat anak-anak tampil ke depan untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat mereka? Dan siapakah di antara kita yang kemudian tidak bertanya dalam hati, apakah anak-anak tersebut benar-benar mengerti apa yang terjadi itu? Tidakkah kita juga dikecewakan oleh sikap dangkal dan kekurangmatangan terhadap pengalaman pertobatan pada pihak orang dewasa?
Alkitab menyatakan bahwa anak-anak mendapat tempat yang istimewa bagi Yesus. Salah satu contohnya adalah para orang tua yang membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk didoakan. Yesus menyambut baik sikap yang menunjukkan kepercayaan dan pengabdian ini. Namun, para murid mengira bahwa Yesus terlalu sibuk untuk memerhatikan anak-anak ini dan mereka mencoba menghentikan para orang tua dan anak-anak yang datang kepada Yesus.
Gereja pada abad pertama tidak memerhatikan pendidikan anak, baik dalam hal pengetahuan dasar (baca tulis) atau pun dalam iman Kristen. Kelas-kelas dibentuk pada abad pertama dan kedua untuk petobat baru, dan, diperkirakan, anak-anak yang lebih dewasa masuk dalam kelas para petobat baru yang yang dikenal dengan nama "sekolah katekumen" ini. Kelas-kelas tersebut dibagi dalam "tingkatan", atau dikelompokkan menurut tingkat yang sesuai dengan komitmen masing-masing orang.