Siapa yang tidak pernah menonton televisi? Semua orang paling tidak memiliki satu acara televisi favorit. Ya, televisi memang amat populer dan digemari banyak orang.
Televisi amat berpengaruh terhadap semua kelompok masyarakat. Khusus dalam kehidupan keluarga, misalnya, televisi dapat merenggangkan hubungan antar anggota keluarga. Komunikasi yang biasa terjalin dengan baik dapat rusak karena perhatian mereka kini lebih terpusat pada acara-acara televisi. Kalau pun ada perbincangan, topiknya akan berada di seputar acara yang ditayangkan. Tidak jarang pula orang tua membelikan anaknya televisi untuk menggantikan peran pengasuhan. Mereka berpikir televisi dapat membuat anak-anak mereka tenang sehingga mereka tidak perlu lagi mendongeng bagi anak-anaknya karena televisi sudah menyediakan itu semua. Televisi juga dapat mengubah suatu tatanan yang baik menjadi tidak pada tempatnya. Gaya hidup yang seharusnya apa adanya kini berubah mengikuti gaya hidup yang ditawarkan melalui televisi. Sikap hidup pun berubah mengikuti sikap yang sering dilihat di televisi. Misalnya, memecahkan masalah dengan jalan pintas, balas dendam, bunuh diri, atau dengan obatan-obatan terlarang.
Harus disadari bahwa kehadiran televisi bukan sekadar merupakan hiburan belaka. Informasi yang dihadirkannya juga mengondisikan pemirsa untuk menjadi konsumtif, materialistik, dan cenderung menyederhanakan masalah yang sebenarnya sulit sehingga memilih pemecahan tanpa pengorbanan dan usaha yang sungguh-sungguh.
Daya tarik televisi yang begitu kuat dapat dilihat dari orang-orang yang sanggup berjam-jam duduk di depan televisi. Apa sajakah yang ditayangkan sehingga daya tariknya dapat membius para pemirsa?
Kalau diperhatikan, tampaknya tidak ada yang salah dengan unsur acara televisi di atas. Hanya saja, jika diuraikan akan terlihat betapa banyaknya tayangan yang kurang memperhitungkan daya tangkap dan daya seleksi pemirsa. Adakalanya juga unsur edukatif televisi kurang dirasakan. Misalnya, dalam tayangan yang menyodorkan adegan-adegan kekerasan, erotis, kelicikan, kemunafikan, dan tipu daya manusia terhadap sesamanya.
PENGARUH TELEVISI TERHADAP PERTUMBUHAN ROHANI ANAK
Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata anak dapat duduk di depan televisi kira-kira 4 -- 9,5 jam per hari (Kompas, 17 Februari 1995). Dapat dibayangkan berapa banyak informasi yang diserap oleh anak-anak selama satu hari melalui tayangan televisi. Padahal tidak semua tayangan itu berpengaruh baik bagi mereka. Patut dipertanyakan apakah informasi yang diserapnya dari tayangan televisi itu sesuai untuk perkembangan kepribadian anak dan pertumbuhan rohaninya atau tidak.
Anak akan menonton apa saja yang ditayangkan di televisi karena dia belum mengetahui yang benar dan yang salah dari tayangan tersebut, kecuali bila orang tua atau gurunya menjelaskan kepadanya. Larangan untuk tidak menonton tayangan tertentu belum cukup memberi pengertian kepada mereka bahwa tayangan-tayangan tersebut bukanlah tontonan yang baik baginya. Karena seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, larangan keras justru akan membangkitkan rasa ingin tahunya dan mereka akan mencuri kesempatan untuk menontonnya.
Masa kanak-kanak adalah masa laten, masa di mana anak menyerap semua informasi yang diperolehnya tanpa penyaring (filter) yang kuat. Anak akan menyerap semua informasi yang dilihatnya dari tayangan-tayangan televisi dan menyimpannya di bawah sadar. Reaksi dari tayangan tersebut mungkin tidak langsung kelihatan, tetapi informasi yang melekat di bawah sadarnya tetap terbawa. Bisa saja setelah dewasa ia baru memperlihatkan reaksi atau tingkah laku yang sesuai dengan tayangan televisi yang sering ia saksikan. Tontonan di masa laten tersebut bisa menjadi rujukan bagi seorang anak untuk membenarkan tindakannya di masa-masa perkembangannya. Misalnya, jika anak-anak sering menonton adegan kekerasan, dia dapat menirukan adegan yang dia lihat ketika dia bertengkar dengan temannya.
Saat ini, televisi lebih sering menayangkan acara-acara yang tidak sesuai dengan iman Kristen. Karena kita tidak dapat mengatur tayangan apa yang harus diputar di stasiun-stasiun televisi, kita perlu membimbing anak-anak didik kita. Kita perlu membekali mereka dengan bimbingan dan pendidikan iman Kristen yang benar dan alkitabiah. Tanpa pembekalan rohani yang kuat, kita tidak dapat mengharapkan mereka tampil sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kehidupan spiritual Kristen yang baik.
Jika televisi memang dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan rohani anak, apa yang dapat kita lakukan? Sebagian keluarga mungkin menyingkirkan televisi dari rumah mereka meskipun hal tersebut sama sekali bukan solusi yang tepat. Menonton televisi tidak hanya bisa dilakukan di rumah. Di mana saja, asal ada kesempatan atau bisa mencuri kesempatan, anak-anak dapat melakukannya. Lebih bahaya lagi, tidak ada kontrol dari orang tua. Padahal dengan menyingkirkan televisi, kesempatan untuk mendapatkan informasi yang baik dan bermanfaat, seperti tayangan berita, film-film dokumenter, tayangan olah raga, dsb. pun akan hilang.
Yang perlu dilakukan para orang tua dan pendidik adalah aktif dan kritis di dalam menyaring tayangan-tayangan televisi tertentu. Orang dewasa diberikan akal budi dan kemampuan sehingga dapat memilihkan tayangan-tayangan mana yang layak untuk ditonton oleh kita dan anak-anak kita. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan sekaligus dipertanyakan sebagai usaha untuk menyaring tayangan-tayangan televisi.
Beberapa hal penting lainnya dapat dilihat di bawah ini.
Sehubungan dengan pendidikan Kristen dalam keluarga, hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan Tuhan Yesus dan firman-Nya melalui ibadah keluarga, bacaan-bacaan Kristen, kaset atau video yang mengandung pendidikan iman Kristen, dsb. Melalui pendidikan iman Kristen, anak-anak diharapkan dapat:
Alangkah baiknya apabila orang tua atau para pendidik menyoroti tayangan televisi di bawah terang Alkitab sehingga ia dapat membantu anak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang berkenan kepada Tuhan dan mana yang tidak. Dengan menanamkan pendidikan iman Kristen kepada anak, orang tua maupun pelayan anak berperan sebagai pelayan-pelayan firman yang melakukan penaburan benih-benih iman.
Dr. James Smart mengatakan bahwa keluarga merupakan tempat pesemaian iman. Bergandengan tangan dengan guru-guru yang melakukan penaburan benih-benih iman di sekolah minggu, diharapkan anak-anak akan memiliki iman yang berakar teguh di dalam Yesus Kristus sehingga mereka dapat mengenal Dia secara pribadi dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka yang hidup. Melalui keteladanan, bimbingan, dan pendidikan iman Kristen terhadap anak, baik di rumah maupun di sekolah minggu, diharapkan anak memperoleh landasan iman Kristen yang kokoh serta memiliki kemampuan untuk menentukan waktu yang tepat dan menyeleksi secara baik dan bertanggung jawab acara-acara televisi yang akan ditontonnya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK