Bagaimana cara kita menyusun program, mengatur jadwal dan mengajar
yang sesuai dengan kebutuhan para anak didik?
Merancang program berdasarkan "cara pandang anak-anak" kita adalah
cara agar kebutuhan anak didik dapat terpenuhi. Anak bukanlah
miniatur orang dewasa, melainkan satu pribadi yang unik dengan
karakter-karakter dan kebutuhan yang khusus dalam tiap tingkatan
usianya. Merancang program berdasar pada "bagaimana anak belajar"
akan membuat kita dapat mengarahkan pengajaran itu pada Alkitab
sekaligus untuk mendapatkan perhatian dan minat mereka.
Alkitab menggambarkan dua fokus itu sebagai PENGINJILAN, yaitu untuk
menjangkau anak-anak, memimpin mereka untuk berkomitmen kepada Yesus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat; serta PEMURIDAN untuk membimbing
mereka bertumbuh dalam firman Tuhan dan melengkapi mereka agar dapat
mewartakan imannya.
Perancangan program yang efektif bagi anak meliputi beberapa garis
besar ini.
Kasih dan penerimaan
Anak perlu melihat kasih Tuhan yang tak bersyarat itu terwujud
dalam pemimpin, guru, serta orang tua yang penuh kasih dan penuh
dukungan. Sebuah lingkungan yang diliputi kasih serta penerimaan
akan memberi pengaruh kuat bagi anak.
Membangun hubungan
Anak-anak mempelajari kebenaran yang alkitabiah dan teologis
dalam konteks hubungan yang dalam dan personal. Perancangan
program tidak akan berhasil tanpa adanya hubungan antara guru dan
murid. Hubungan yang bermakna dapat ditumbuhkan saat rasio
perbandingan jumlah antara guru dan murid lebih kecil.
Keterlibatan aktif
Anak paling baik belajar lewat praktik -- dengan memakai kelima
indera. Proses belajar menuntut keterlibatan secara aktif
terhadap pelajaran. Keterlibatan anak-anak dalam pengalaman
pengenalan mereka tentang sesuatu akan lebih membekas dalam hidup
mereka. Keikutsertaan akan membawa kepada perubahan perilaku yang
pada akhirnya juga akan memotivasi anak untuk menerapkan prinsip
Alkitab dalam hidup mereka.
Penerapan dalam hidup
Sangat penting bagi orang tua atau guru untuk mengajar sesuatu
yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata anak murid mereka.
Yakobus 1:22 mengatakan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku
firman dan bukan hanya pendengar saja." Melalui bincang-bincang
yang dipandu dan keterlibatan aktif dalam proses belajar, firman
Tuhan dapat diterapkan dalam perbuatan di kehidupan anak murid
kita.
Perbincangan yang dipandu
Perbincangan yang dipandu adalah sebuah dialog yang tidak formal
tapi terencana dan dapat dilangsungkan selama kegiatan belajar,
penyembahan atau kapan saja. Metode ini mencakup pendidikan
perilaku yang sejalan dengan Alkitab.
Pilihan-pilihan
Mengizinkan anak-anak untuk memilih aktivitas-aktivitas mereka
sendiri akan menolong mereka untuk berpikir mandiri, termotivasi
dan tertarik dengan kegiatan belajar itu. Saat semua kegiatan di
ruangan tersebut mengarah pada satu tujuan yang sama, yakni
kepada firman Tuhan, anak-anak itu dapat memilih kegiatan apa
saja sambil tetap mempelajari isi Alkitab, perilaku yang sesuai
dengannya, dan penerapannya dalam hidup. Tidak semua anak belajar
dengan cara yang sama. Beberapa anak mungkin lebih tertantang
untuk mencari kata-kata sulit dalam Alkitab untuk mempersiapkan
pelajaran. Sedangkan yang lainnya mungkin lebih senang
menggunakan permainan ayat hafalan untuk mempelajari ayat.
Memberikan pilihan-pilihan kepada anak-anak berarti memberi
kebebasan kepada mereka untuk belajar.
Keseluruhan sesi pengajaran
Dari menit pertama anak masuk ke ruang kelas sampai saat anak
terakhir meninggalkan kelas, semua yang diajarkan dan dialami
harus mengarah pada tujuan pelajaran dari firman Tuhan. Musik,
seni, ayat hafalan, cerita, kegiatan, dan percakapan pembimbingan
semuanya harus mengarah pada tujuan pelajaran yang telah
disebutkan. Dengan anak-anak, khususnya yang lebih muda, kita
perlu mengajarkan satu konsep dan kita harus mengajarkan konsep
tersebut dengan benar. Pendekatan dengan satu konsep ini
memungkinkan anak untuk memahami suatu kebenaran Alkitab dan
menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri sepanjang minggu
itu.
Kelompok besar dan kecil
Pelayanan anak-anak biasanya kekurangan pekerja. Akibatnya adalah
kelas yang besar, namun sedikit tenaga pengajarnya. Rasio
perbandingan guru dan murid seharusnya adalah 1:5-6 pada anak-
anak yang masih kecil dan 1:8-10 pada kelas anak-anak yang lebih
besar. Kelompok besar dapat digunakan untuk "sharing" Alkitab,
penyembahan, dll. Kelompok kecil dapat digunakan untuk
menyampaikan cerita-cerita Alkitab, kegiatan-kegiatan belajar,
dan membangun hubungan yang penting antara guru dan murid.
Pelajaran dibagi dalam unit-unit
Setiap pelajaran yang diajarkan kepada anak-anak harus menjadi
bagian dari kelompok pelajaran yang lebih besar yang disebut
unit. Pelajaran-pelajaran ini semuanya berfokus pada satu tema
atau tujuan dari firman Allah. Adalah penting untuk
mengelompokkan pelajaran ke dalam unit-unit karena anak-anak akan
dapat belajar dengan sangat baik melalui satu tema yang diajarkan
dalam berbagai metode yang berbeda.
Proses belajar mengajar
Memahami bagaimana anak-anak belajar akan menentukan pelayanan
pengajaran kita. Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung,
keterlibatan aktif, dan penemuan. Dalam 125 situasi pengajaran
yang dicatat dari pelayanan Yesus, lebih dari dua pertiga waktu
yang ada digunakan oleh murid-murid untuk bertanya sebagai respon
dari apa yang Yesus telah kerjakan atau katakan. Guru dari semua
guru itu tahu bahwa kata-kata harus dihubungkan dengan tindakan
jika terjadi proses belajar. Ia meminta kepada murid-murid-Nya,
para rasul, dan orang-orang lainnya untuk menjadi peserta aktif
dalam proses belajar. Bagi Yesus, belajar adalah proses
pembentukan, bukan hanya pemindahan.
Program-program kita bagi anak-anak harus diatur sehingga selain
untuk mendapatkan minat dan perhatian mereka, kita juga dapat
memenuhi kebutuhan mereka dan tercapai tujuan alkitabiahnya.
(t/ratri)