Bahasa doktrin yang berbelit-belit merupakan bahasa yang sulit dipahami anak-anak karena mereka masih memiliki kemampuan memahami melalui apa yang didengarnya. Contohnya, anak akan mengatakan bahwa Allah itu tidak dapat dilihat karena Allah berada di surga, bukan karena Allah adalah roh. Seorang anak yang mendengar bahwa Roh Kudus menampakkan diri sebagai merpati secara alamiah, akan berpikir bahwa Roh Kudus adalah burung. Seorang anak yang ingin tahu mengenai kedatangan Tuhan Yesus akan sulit memahaminya karena anak-anak ini hanya hidup pada masa saat ini saja.
Bagaimana guru bisa membantu anak membangun dasar teologia yang benar, yang mendukung pembelajarannya di masa yang akan datang? Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan.
Bantulah anak mengenali kuasa Allah melalui pengenalan alam.
Rancanglah kegiatan yang memberi pengalaman langsung kepada
anak. Buatlah percakapan yang menimbulkan pujian secara spontan.
Gunakan semua panca indera. "Rasakan kehalusan bulu anak-anak
kucing. Allah memberi bulu pada anak-anak kucing ini supaya
mereka tetap hangat." "Lihatlah bagaimana Allah menciptakan
jari-jari tanganmu, sehingga kamu bisa memegang krayon. Mari
kita mengucap syukur untuk jari-jari tangan ini." (Luruskan
konsep yang salah bahwa Allah atau beberapa kuasa Allah ada
pada beberapa ciptaan-Nya).
Yakinkan kembali anak-anak akan kasih Allah.
Anak-anak membutuhkan keamanan. Ingatkan mereka tentang siklus
musim yang terus berjalan yang Allah ciptakan dan Allah jaga
terus setiap tahun. "Sekarang, Allah menurunkan hujan supaya
tanaman bisa tumbuh di tanah. Kita akan melihat indahnya bunga,
saat Allah menumbuhkan bunga-bunga itu di musim panas."
Bantulah anak untuk memahami kehendak Allah.
Ketika terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan bukan berarti itu
adalah kehendak Allah, melainkan sering kali adalah karena
kehendak manusia itu sendiri. "Kejahatan" manusia adalah satu
alasan mengapa kita memerlukan kasih dan pengampunan Allah. Jika
orang yang jahat tidak dihukum, itu karena Allah berkuasa
memberikan hukuman dan ganjaran dan semua itu akan diberikan
ketika Ia siap.
Bagi anak-anak, orang tua dan guru merupakan bentuk dari
kemahakuasaan.
Bila orang tua memberi contoh dengan menaati perintah Allah,
anak-anak bisa melihat bahwa Allah adalah pemegang kuasa yang
tertinggi. Doa anak-anak bisa saja berisi permintaan, tetapi
tidak pernah berupa perintah ataupun tawaran. Bahkan anak-anak
bisa memahami bahwa tidak seorang pun perlu mengatakan apa yang
harus Allah lakukan.
Dalam pemahaman anak, gereja adalah suatu bangunan.
Dengan menggunakan waktu dan tempat alternatif untuk bersekutu,
guru bisa membantu anak untuk melihat betapa baiknya berada di
suatu tempat khusus untuk bersekutu dan berdoa. Murid-murid yang
lebih dewasa bisa dengan lebih mudah diperkenalkan bahwa
"gereja" bisa juga berarti sebuah gedung atau komunitas orang-
orang percaya dari seluruh dunia.
Bantulah anak dalam merespons kasih Allah.
Ingatlah bahwa seorang anak harus memiliki suatu pemahaman moral
sebelum dia bisa menyatakan perlunya pengampunan. Guru bisa
menanamkan pemahaman akan keadilan dengan berlaku adil dan
konsisten dalam mendisiplin. Bagi anak yang berasal dari
keluarga yang kurang disiplin, konsekuensi dari perilaku yang
salah bisa menjadi pengalaman baru bagi mereka. Bagi anak-anak
yang belum pernah menerima teguran karena ketidaktaatan, mungkin
akan sulit memahami pengorbanan Yesus. Guru harus menunjukkan
kasih kepada murid-muridnya ketika harus menegur mereka. Jangan
pernah memberi kesan bahwa mereka bisa dikasihi hanya pada saat
mereka taat.
Sadari bahwa konsep anak mengenai Allah secara umum terbentuk
melalui ayah mereka sendiri dan pria lain yang berkuasa di
rumah.
Seorang anak membentuk dan mengikat konsep yang abstrak sehingga
konsep tersebut menjadi hal yang biasa baginya, menjadi contoh
yang konkret. Berhati-hatilah dengan istilah "Bapa di surga"
karena konsep ini mungkin memiliki arti yang negatif bagi
anak-anak dari lingkungan keluarga tanpa ayah, atau yang ayahnya
melakukan pelecehan.
Anak-anak selalu mempunyai pertanyaan tentang Allah.
"Berapa tinggi-Nya?" "Jika kita berdoa pada saat yang bersamaan,
siapakah yang akan Allah dengarkan?" "Apakah Dia berjenggot?"
Kemahakuasaan Allah mungkin menakutkan atau menyeramkan.
Kematian atau ketidakberadaan orang dewasa yang mereka percayai
bisa menyebabkan anak meragukan sifat keabadian Allah.
Gunakan Alkitab untuk menjawab pertanyaan anak mengenai Allah:
"Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia
diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya
Engkaulah Allah." (
Doronglah usaha-usaha murid dalam berdoa.
Ikutilah apa jawaban doa mereka, sehingga murid-murid tahu bahwa
Tuhan merespons doa mereka, meskipun respons itu negatif. Pada
saat anak sudah siap merespons keselamatan yang Tuhan tawarkan,
mereka seharusnya sudah terbiasa bercakap-cakap (berdoa) dengan
Tuhan.
Bantulah murid-murid dalam memahami janji-janji Allah tentang
masa depan.
Anak-anak yang masih kecil ini tidak memikirkan masa depan
mereka, itulah sebabnya sulit bagi mereka untuk memikirkan apa
saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kepekaan mereka
dalam hal kronologi (urutan peristiwa) belum terbentuk, para
orang tua bisa membuktikannya saat mengendarai mobil, orang tua
akan terus mendengar anak-anak yang duduk di kursi belakang
bertanya, "Apakah kita sudah sampai?"
Yakinkan murid-murid Anda bahwa Alkitab itu istimewa, pribadi,
dan benar.
Gunakan cara-cara yang mudah dipahami untuk menyampaikannya di
kelas, ataupun untuk ayat hafalan. Ajarkan kepada anak perbedaan
antara cerita Alkitab yang sesungguhnya dan cerita-cerita
aplikasi yang mengajarkan konsep Alkitab.
Baptisan adalah suatu konsep yang sulit dimengerti oleh
anak-anak.
Mereka hanya akan memahaminya bila disampaikan melalui kata-kata
yang paling mudah mereka pahami. Anak-anak ini harus sudah cukup
dewasa untuk mengerti bahwa baptisan adalah suatu simbol
perubahan dari dalam dan bukti dari perubahan perilaku. Beberapa
anak mungkin takut dengan istilah "ciptaan baru" karena mereka
mengartikannya dengan menjadi orang asing/aneh.
Anak-anak bisa memahami penerapan karunia rohani.
Kunjungan dari para pekerja gereja, misalnya para guru,
karyawan, dan pemimpin gereja bisa menggambarkan kemampuan yang
Tuhan berikan kepada umat-Nya dan bagaimana mereka
menggunakannya.
Kedewasaan rohani anak-anak terbentuk pada tingkat yang tak dapat diperkirakan. Beberapa anak akan siap menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka sejak mereka masih kecil, sedangkan anak-anak yang lainnya akan terus bergumul dengan konsep dasar yang lebih banyak lagi. Guru memiliki tanggung jawab dalam pembentukan sikap dan meletakkan dasar utamanya. Guru yang lainnya bisa memimpin seorang anak yang sudah percaya Yesus menjadi keluarga Allah -- dengan membangun dasar utamanya itu sejak dini. (t/Ratri)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK