"Saya diselamatkan lagi di kamp anak-anak tahun ini.
Setiap tahun di kamp anak-anak, saya diselamatkan."
"Saya menerima Yesus kemarin, tetapi saya mau melakukannya
lagi hari ini."
"Saya berkelahi dengan adik saya. Ia menangis. Sekarang
saya perlu meminta Yesus memasuki hati saya kembali."
Dan demikian terus-menerus -- inilah kesaksian anak-anak.
Perkataan ini diucapkan oleh anak-anak yang sudah mengikuti sekolah
Minggu, kelompok cerita Alkitab, dan pertemuan-pertemuan lainnya
untuk anak-anak. Mengapa anak-anak mengatakan hal-hal semacam itu?
Apa yang dapat kita perbuat? Bagaimana keselamatan dapat dijelaskan
kepada seorang anak agar ia tidak merasa bingung? Setiap guru yang
benar-benar mencintai anak-anak dan ingin melihat mereka menjadi
pengikut Kristus tak dapat tidak akan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan ini apabila ia mendengar pernyataan-pernyataan semacam
itu dari mulut anak-anak. Guru itu akan cemas bahwa kemungkinan
anak-anak tidak sungguh-sungguh mengerti kebenaran yang begitu
penting -- yaitu bahwa Kristus mati karena dosa-dosa mereka, dan
bahwa dengan menerima Dia sebagai juruselamat, maka mereka menjadi
milik-Nya. Guru akan bertanya-tanya apakah mungkin anak-anak yang
ia layani hanya ikut-ikutan saja dan sama sekali belum menerima
Yesus sebagai Juruselamat mereka.
MENGAPA seorang anak mengatakan bahwa ia diselamatkan lebih dari
satu kali? Ada banyak alasan. Beberapa di antaranya adalah:
Ia tidak mengerti istilah-istilah yang ia dengar.
Mula-mula ia diberitahu bahwa ia harus diselamatkan; kemudian
bahwa ia harus membiarkan Yesus memasuki hatinya; berikut ia harus
memberikan hatinya kepada Yesus; lalu ia harus percaya pada Yesus.
Setiap kali ia mendengar sebuah istilah baru, ia pikir ia harus
menanggapinya. Demikianlah ia "maju ke depan" setiap kali ada
undangan untuk menerima Tuhan Yesus, yaitu undangan yang
diutarakan dengan istilah lain dari apa yang pernah ia dengar.
Seorang wanita Kristen dewasa menceritakan bagaimana ia
menanggapi setiap undangan yang diberikan ketika ia kecil. Ia
berkata, "Pasti ada sekurang-kurangnya selusin penginjil yang
menganggap saya sebagai salah seorang yang mereka menangkan kepada
Tuhan. Namun sebenarnya bertahun-tahun kemudian barulah saya
sungguh-sungguh mengetahui apa artinya menjadi seorang Kristen."
Seorang gadis berusia empat tahun sedang menonton suatu acara
kedokteran di televisi bersama orang tuanya. Pada waktu pembedahan
jantung dipertunjukkan, ia melihat para dokter dengan hati-hati
mengeluarkan jantung si pasien. Pada waktu itu ia bertanya, "Ayah,
apakah ia sedang memberikan hatinya kepada Yesus?"
Karena ketakutan, Ia mengambil keputusan untuk menerima Yesus
Seorang anak berkata, "Saya maju ke sana untuk berbicara dengan
orang itu karena guru mengatakan jika tidak, maka saya akan masuk
neraka. Saya tidak ingin pergi ke sana untuk terbakar." Tentu
seorang anak harus mengetahui bahwa neraka ada, tetapi ia perlu
memahami bahwa Yesus mati bukan hanya untuk menyelamatkan dia
dari neraka, namun juga untuk memelihara dia dari dosa sekarang
ini. Ia perlu menyadari bahwa ia dibebaskan bukan hanya dari
hukuman dosa, tetapi terutama dari kuasa dosa. Memakai neraka
sebagai satu-satunya motivasi untuk menerima Kristus sebagai
Juruselamat adalah tidak adil terhadap anak itu, terhadap Kitab
Suci, maupun terhadap Tuhan sendiri. Apabila seorang anak
memutuskan untuk menerima Kristus berdasarkan rasa takut
semata-mata, maka ketakutan itu mungkin segera akan hilang, dan
tidak lama kemudian ia akan meragukan kesungguhan pengalaman itu.
Ia tidak mengerti apa arti dosa.
Ia sebenarnya tidak mengerti perlunya seorang Juruselamat.
Sekelompok anak sedang mempelajari Alkitab. Guru menyuruh mereka
membaca Roma 3:23. Mereka melakukannya, lalu guru mengajukan
pertanyaan, "Berapa orang yang berdosa?" Anak-anak menjawab,
"Semua orang." Guru berkata, "Dan itu berarti kita juga, bukan?"
Semua anak kelas tiga itu terkejut dan serentak menjerit, "Kita?"
Karena kejadian itu guru menyadari bahwa anak-anak dapat
memberikan jawaban yang tepat tanpa mengerti bagaimana hal itu
berlaku atas diri mereka secara pribadi. Guru juga sadar bahwa
tugas berikutnya adalah menyadarkan anak-anak tentang dosa dalam
kehidupan mereka sendiri. Tanpa kesadaran ini, anak-anak tidak
dapat mengerti mengapa Kristus mati, atau apa manfaat kematian-Nya
di kayu salib itu bagi mereka.
Ia tidak menyadari bahwa hanya sekali saja ia perlu mengambil
keputusan untuk menerima Kristus sebagai Juruselamatnya.
Semua orang mengatakan kepadanya bahwa ia perlu menerima Yesus;
karenanya ia pikir sebaiknya ia melakukan hal itu setiap kali ada
orang yang mengatakan demikian. Ia perlu menyadari bahwa setelah
ia menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, maka ia menjadi anggota
keluarga Allah. Persis sebagaimana ia dilahirkan ke tengah-tengah
keluarganya satu kali, demikian juga ia masuk menjadi anggota
keluarga Allah satu kali saja.
Pada saat ia maju, ia kemungkinan merasa bersalah atas "kenakalan"
tertentu yang telah ia lakukan.
Ia meminta keampunan untuk kesalahan itu, dan dengan keliru
menganggap pengalaman ini sebagai penyelamatan. Kemudian ketika ia
nakal lagi, ia pikir seharusnya ia diselamatkan lagi.
Ia tertarik pada hadiah.
Kadang-kadang suatu hadiah dijanjikan kepada semua anak yang datang
menerima Kristus sebagai Juruselamat. Anak itu ingin hadiah
tersebut. Lalu ia sekedar maju dan mengulangi doa yang diucapkan,
dengan bertanya-tanya dalam hatinya apa sebenarnya hubungan
perbuatan tersebut dengan penerimaan hadiah. Pada suatu hari
penulis berbicara dengan seorang gadis kelas tiga mengenai hal
menjadi seorang Kristen. Ia menggunakan Alkitab gadis kecil itu
untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita.
Penulis bertanya, "Dari mana engkau memperoleh Alkitabmu?" Gadis
kecil itu menjawab, "Saya mengikuti sebuah kebaktian, dan
pemimpinnya berkata bahwa ia akan memberikan sebuah Kitab
Perjanjian Baru kepada siapa saja yang maju untuk menjadi seorang
Kristen, maka saya pun maju." Kendatipun demikian, satu tahun
kemudian gadis yang sama ini ingin mengetahui bagaimana caranya
menjadi seorang Kristen.
Ia mengikuti orang banyak.
Seorang anak mengangkat tangannya ketika suatu undangan untuk
menerima Kristus diberikan. Karena itu, anak lain mengangkat tangan
pula, lalu lainnya, lalu lainnya, dan lainnya. Beberapa di antara
anak-anak itu bahkan mungkin tidak mengetahui mengapa mereka
mengangkat tangan. Sama seperti seorang anak dapat mengacungkan
tangan ketika sebuah pertanyaan diberikan, dan kemudian tidak
mengetahui jawabannya, demikian juga ia dapat mengangkat tangannya
ketika ada undangan untuk menerima Kristus, namun ia tidak mengetahui
apa yang ia lakukan.
Ia mengambil keputusan berdasarkan sebuah cerita.
Ada banyak cerita yang dinamakan cerita keselamatan, yang mungkin
menyebabkan anak itu memberi tanggapan; namun hampir tidak ada
kebenaran Alkitab dalam cerita seperti itu. Atau seandainya
cerita-cerita itu berisi kebenaran Kitab Suci, kebenaran dan
khayalan terjalin sedemikian rupa sehingga anak menjadi bingung.
Kemudian hari ia mengetahui bahwa cerita itu hanyalah cerita rekaan,
dan baginya bagian yang berasal dari kitab Suci merupakan rekaan
juga. Dengan demikian ia tidak mempunyai dasar untuk menjelaskan
keputusannya, sehingga ia pikir ia harus diselamatkan kembali.
Ia ingin menyenangkan guru.
Guru mungkin mengatakan begini, "Tentu untuk saya kalian mau
menerima Yesus sebagai Juru Selamat kalian. Saya ingin melihat
kalian semua di Sorga bersama saya." Anak itu mencintai gurunya.
Anak ini senang karena ia membuat gurunya senang. Perasaan senang
tersebut disamakan dengan diselamatkan, tetapi minggu berikutnya
perasaan senang itu lenyap. Maka pikiran bahwa ia seorang Kristen
atau bahwa ia akan ke sorga mungkin lenyap juga.
Ia lelah duduk.
Pelajaran kadang-kadang lama. Setelah suatu pelajaran yang panjang
guru mungkin meminta agar siapa yang ingin menerima Kristus agar
berdiri. Anak itu berdiri. Guru menganggap dia sebagai seorang anak
yang dimenangkan untuk Kristus, padahal anak itu hanya melepaskan
lelahnya.
Ia menanggapi cerita-cerita yang penuh emosi.
Ketika anak mendengar cerita semacam itu ia ingin menangis. Ia siap
untuk menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan gurunya, tanpa
diyakinkan oleh Roh Kudus. anak itu menangis; ia merasa lebih enak.
Ia menanamkan perasaan tersebut "diselamatkan" tetapi kemudian ia
tidak merasa itu lagi, maka ia berkesimpulan bahwa ia pun belum
diselamatkan. Dalam banyak hal demikian, kesimpulan anak ini benar.
Walaupun ia memberi tanggapan, namun tanggapannya itu karena
tekanan, sehingga pengalaman itu tidak membawa dia kepada
pengenalan akan Yesus sebagai Juruselamat.
Ia tidak mempunyai seorang untuk mengajar dia setelah menerima
Kristus.
Banyak anak benar-benar menerima Kristus sebagai Juruselamat,
tetapi kemudian mereka ditinggalkan tanpa bimbingan dan pengajaran
lebih lanjut. Mereka tidak tahu bagaimana membaca Alkitab; dan
yang bisa membacanya tidak tahu apa yang harus dibaca. Mereka
mempunyai banyak pertanyaan, tetapi tidak ada orang yang
menjawabnya. Tak ada yang menolong mereka untuk mengerti bahwa
kehidupan orang Kristen berbeda dengan orang lain yang bukan
Kristen. Tak seorangpun mengajar mereka bagaimana berdoa. Tidak
lama kemudian mereka menjadi ragu-ragu atau bahkan melupakan
pengalaman mereka.