Kenyataan bahwa seorang anak dapat menjadi bingung mengenai berita
keselamatan yang mengherankan dalam Yesus Kristus, cenderung membuat
seorang guru takut untuk melayani anak-anak. Nampaknya pekerjaan itu
berbahaya, namun anak-anak dapat memahami arti kematian Kristus bagi
mereka secara peribadi. Mereka tidak perlu bingung. Anak-anak dapat
menerima Kristus sebagai Juruselamat bahkan dalam usia muda, dan
selanjutnya tumbuh di dalam Dia sehingga menjadi orang-orang Kristen
yang matang. Sering bukan berita keselamatan itu sendiri yang
membingungkan anak kecil itu. Melainkan caranya berita itu
disampaikan -- yaitu diutarakan dengan kata-kata, simbolisme dan
pengalaman-pengalaman yang berada di luar pengalaman dan pengertian
anak tsb. Apa yang harus dilakukan oleh seseorang yang melayani
anak-anak untuk menolong mereka mengerti berita keselamatan itu?
Tidak ada rumusannya -- tidak ada kumpulan pertanyaan untuk diajukan,
tidak ada ayat tertentu untuk digunakan, tidak ada tata cara yang
harus diikuti oleh anak itu. Hanya beberapa pokok dasar yang
harus disadari oleh guru agar supaya ia dapat berhasil menjangkau
anak-anak untuk Kristus. Inilah beberapa diantaranya:
Guru harus mengetahui dengan jelas apa yang perlu diketahui oleh
anak agar ia dapat mengerti arti kematian Kristus. Penjelasannya
harus sederhana, namun lengkap. Pernyataan-pernyataan berikut ini
dapat dipakai sebagai pedoman:
Allah mengasihi engkau.
Engkau telah berbuat dosa.
Kristus mati untuk menebus engkau dari dosa.
Engkau harus mengaku kepadaNya bahwa engkau adalah seorang
berdosa dan memohon agar Ia mengampunimu.
Maka engkau menjadi anggota keluarga Allah dan memiliki hidup
kekal.
Guru harus mengetahui ayat-ayat Kitab Suci yang akan menolong anak
itu untuk mengerti sendiri apa yang diajarkan Alkitab. Ayat-ayat
ini dapat dijadikan penuntun:
Yohanes 3:16 Yohanes 3:36 Roma 3:23 Roma 5:6
Guru harus mengulangi kebenaran-kebenaran berita keselamatan ini
berulang-ulang kepada nak-anak, dengan kadang-kadang memberi
tekanan pada satu segi, dan kadang-kadang pada segi lainnya dari
kebernaran besar tentang kasih Allah itu. Hal ini berarti bahwa
guru perlu menyediakan banyak waktu untuk menerangkannya kepada
anak-anak, dan bukannya berusaha memasukkan semua kebenaran ke
dalam satu cerita lalu mendesak anak itu mengambil keputusan
untuk menerima Kristus.
Guru harus berhati-hati menjelaskan istilah-istilah yang ia pakai.
Terlalu sering guru menganggap bahwa anak memahami istilah yang
ia pakai. Anak itu sendiri mungkin menggunakan istilah itu, tanpa
mengetahui artinya. Kita harus menolong anak tersebut untuk
mengerti arti dari istilah-istilah seperti dosa, diselamatkan,
pengampunan, hidup kekal dan percaya. Kadang-kadang penjelasan
istilah-istilah ini dapat dijalin langsung di dalam pelajaran atau
cerita Alkitab. Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan dapat diajukan
untuk mengethui sampai di mana pengertian anak-anak.
Guru harus mengandalkan Roh Kudus. Jika Roh Kudus yang
menginsafkannya, maka anak itu dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk menerima Kristus. Jika keputusan anak itu diambil karena ia
diinsafkan oleh manusia dan bukan oleh Roh Kudus, maka keputusan
itu tidak akan sunguh-sungguh. Tentu saja keputusan semacam ini -
yang hanya karena desakan -- barangkali merugikan kehidupan anak itu,
karena kemudian ia bertanya-tanya bagaimana sebenarnya hubungannya
dengan Tuhan. Ia mungkin tidak akan mengakui kebingungannya karena
ia tahu orang lain menganggapnya seorang Kristen: tetapi ia hidup
dalam keresahan dan ketidakpuasan.
Guru harus menerangkan berita keselamatan itu secara sederhana.
Berita itu tidak boleh tersembunyi di dalam sekumpulan simbolisme.
Apabila sebuah kata dipakai sebagai pengganti kata yang lain,
seperti misalnya "jerat" dipakai untuk "dosa", maka berita
sebenarnya dari Firman Allah itu tersembunyi. Guru harus menggunakan
pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu dalam pemilihan cerita
atau pelajaran untuk anak-anak:
Apakah kata-kata itu mengandung arti sebenarnya?
Apakah cerita ini bebas dari ide-ide khayalan?
Berapa banyak dari cerita itu yang benar-benar kebenaran Firman
Allah?
Guru harus menggunakan Alkitab untuk menyampaikan berita
keselamatan itu kepada anak-anak. Yang membawa kebenaran tentang
dosa dan keselamatan adalah Alkitab dan bukan cerita rekaan. Ada
banyak, yang dinamakan cerita-cerita keselamatan, yang berisi
ayat Kitas Suci di sana sini. Namun cerita-cerita ini tidak
seefektif Firman Allah sendiri dalam mengajar anak-anak. Benar,
bahwa anak-anak mungkin menanggapi cerita-cerita ini dengan
menerima Kristus sebagai Juruselamatnya, tetapi juga benar bahwa
banyak anak kemudian mempertanyakan tanggapan yang sudah mereka
buat itu.
Cerita Alkitab lebih tepat dan lebih mudah dijelaskan daripada
cerita-cerita khayalan, simbolis atau rekaan, yang begitu sering
digunakan. Misalnya, jauh lebih mudah untuk menolong seorang anak
mengerti tentang kebingungan Nikodemus mendengar perkataan Yesus,
kamu harus "dilahirkan kembali" (Yohanes 3:3) daripada membantu
dia mengerti bagaimana sepotong arang hitam melambangkan dosa.
Guru harus membiarkan anak-anak mengajukan pertanyaan. Di dalam
sebuah kelas pratama, anak-anak telah mendengar cerita Nuh dan
bahteranya dalam sebuah pelajaran. Pelajaran berikut adalah tentang
Yunus dan Ikan yang besar. Waktu memulai pelajaran berikutnya lagi,
guru berkomentar bahwa Allah telah bertindak keras terhadap orang-
orang dalam dua pelajaran terakhir. Lalu guru bertanya, "Mengapa
Allah menghukum orang-orang itu?" Anak-anak menjawab, "Karena dosa."
Kemudian guru dan anak-anak membahas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apa itu dosa?
Dosa macam apa yang dilakukan anak-anak pratama?
Apa yang dapat kita lakukan tentang dosa kita?
Apa yang dibuat Allah tentang dosa kita?
Anak-anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:
Mengapa orang-orang berbuat dosa?
Mengapa Allah tidak membunuh Iblis?
Bagaimana Allah dapat mengampuni dosa-dosa kita?
Apa yang harus kita katakan ketika kita berdoa?
Bagaimana saya dapat menjadi orang Kristen?
Apabila anak-anak diperkenankan bertanya, maka mereka menolong
guru untuk mengetahui sampai dimana pengertian mereka tentang
Alkitab. Juga mereka sering kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang memberikan kesempatan luas untuk menerangkan tentang
keselamatan. Dengan demikian berita itu tidak dipaksakan. Berita
itu berkembang dengan sendirinya dari suatu pembicaraan dengan
anak-anak. Setelah pembicaraan khusus seperti di atas, empat orang
anak datang menemui guru dan bertanya tentang cara menjadi orang
Kristen. Masing-masing datang secara pribadi. Seorang datang
beberapa jam setelah pembicaraan itu selesai. Tidak ada paksaan.
Guru dan anak-anak hanya berbicara tentang apa yang Allah firmankan
mengenai dosa dan keselamatan, dan Roh Kudus bekerja melalui
FirmanNya sendiri. Sebagai hasilnya, beberapa anak menerima
Kristus sebagai Juruselamat mereka.
Guru harus mengajar tentang kesucian Allah maupun keberdosaan
manusia. Memang benar bahwa kita semua berdosa. Akan tetapi kalau
hanya hal ini saja yang ditekankan, seorang anak mungkin menjalani
hidupnya dengan rasa puas bahwa Allah mengampuni dosanya, tanpa
menyadari bahwa Allah menharapkan agar dia hidup sesuai dengan
ajaran Alkitab hari demi hari. Anak itu perlu diajar bahwa Allah
itu suci dan bahwa Allah mengharapkan kepatuhan. Anak memerlukan
petunjuk mengenai apa yang Allah harapkan, agar supaya ibadahnya
dan kehidupannya dapat berjalan selaras.