A. Bagaimana menyiapkan ceritera (Lihat pasal VIII)
Yang harus diperhatikan:
- Harus membaca Alkitab sampai jelas, sehingga mengtahui konteknya
(hubungannya)
- Suatu peristiwa dalam Alkitab seringkali diceritakan beberapa kali.
Dan oleh sebab itu harus menyelidiki dan memperbandingkannya
sehingga bahan lebih jelas.
- Boleh memakai bagian lain dari Alkitab untuk menerangkan isi Alkitab.
- Isi cerita harus sesuai dengan daya penerimaan anak-anak.
- Harus banyak memakai daya imajinasi, supaya terhadap pelaku-pelaku
cerita, kita dapat memberi tafsiran yang tepat.
- Baik kita mencari tempat yang sunyi untuk mempersiapkan ceritera.
B. Bagaimana berceritera
Bercerita adalah suatu seni, supaya anak-anak dapat menyadari
kebenaran yang tidak terbatas dan dapat menyadarkan hati nuraninya.
Kalau kita dapat berceritera dengan menarik, maka hal ini akan
digemari anak-anak maupun orang dewasa dan tidak dibatasi oleh umur.
Dan ini mempunyai daya tarik yang besar, sehingga ketika orang
menerima pengajaran dari ceritera ini, maka secara otomatis dapat
menceritakan kepada orang lain, bahkan turun temurun. Untuk dapat
berhasil dalam berceritera haruslah kita perhatikan:
- Tempat berdiri harus ditempat yang tepat sehingga semua pendengar
dapat melihat.
- Suara harus cukup besar (keras) dan jelas.
- Tangan tidak memegang apa-apa.
- Jangan memutus ceritera dengan teguran. Lebih baik memasukkan
teguran itu dalam ceritera yang penting jangan terputus dan juga
tidak memutus jalan pikiran anak yang sedang asyik
mendengarkannya.
- Jangan tergesa-gesa.
- Harus memakai kata-kata yang langsung.
C. Cara Menarik Perhatian Anak :
Pengajar harus penuh semangat, harus dapat menarik perhatian
anak-anak. Yang penting dalam hal ini ialah menarik perhatian dan
mendapatkan hati mereka. Pengajar harus dapat menguasai kegemaran
mereka dan mengontrol perkataan dan sikap anak-anak. Pengajar harus
dapat membawa mereka memasuki ceritera. Dalam meyampaikan ceritera,
pendahuluan harus singkat, isinya harus lebih banyak dan jelas.
Pengajar sekali-sekali tidak boleh memajukan kemuka lagi bagian-bagian
yang tadi lupa diceritakan. Kata-kata harus lancar, mudah dimengerti
dan setindak demi setindak menurut peristiwa, sehingga pendengar
makin lama makin menikmati dan lupa akan dirinya yang sedang
mendengarkan ceritera. Suara harus jelas, keras lembut, cepat,
perlahan, gerak dan mimik harus dinyatakan dengan jelas.
D. Cara Menimbulkan Perasaan :
Ada tidaknya daya tarik dari suatu ceritera dapat diketahui dari
dapat tidaknya membangkitakan perasaan dari pendengar. Berceritera
yang berhasil, yaitu bila dapat membawa pendengarnya untuk melihat,
mendengarkan dan merasakan apa yang diceritakan. Misalnya: waktu
senang juga merasakan senang, demikian juga keadaan susah; marah dan
lain-lain lagi harus dapat dirasakan pula oleh pendengarnya. Untuk
itu maka pengajar harus menghayati dirinya dalam ceritera itu dan
menguasai suasana itu. Juga harus banyak memikirkan apa yang mungkin
terjadi dalam ceritera tersebut. Misalnya: isi hati, perasaan,
perkataan, keadaan suasana dalam ceritera tersebut. Juga dapat
dipakai kata-kata yang diulang dengan keadaan-keadaan yang berbeda
dan diterapkan sedemikian rupa sehingga meninggalkan kesan yang
mendalam bagi pendengar.
E. Bagaimana Cara Melukiskan Pelaku
Harus banyak memikirkan dan mengetahui sifat dan perasaan si
pelaku. Misalnya dua sahabat karib yang hidup dalam satu masa.
Mengenal sikap pelaku waktu berbicara dan kemungkinan-kemungkinan,
gerak-geriknya, mimiknya, pakaiannya, umurnya, besar-kecil badannya,
dan sebagainya. Ini semua berdasarkan bukti-bukti yang dapat
dipercaya. Untuk menerangkan perbuatan, sifat pelaku waktu berbicara,
tidak dapat kita menerangkan dengan banyak perkataan, sebab itu harus
memakai banyak gerak yang dapat dinyatakan atau soal-soal yang umum
dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata pelaku yang diucapkan yang
terdapat dalam ceritera yaitu keras, lembut ... wibawanya, dsb. harus
dinyatakan dengan suara yang berbeda-beda.
F. Cara memperpanjang ceritera :
Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan singkat dan
pendek, tetapi mempunyai pengajaran yang penting. Ceritera itu
apabila disampaikan hanya menurut ayat tersebut terlalu pendek, dan
mungkin kurang menarik perhatian anak-anak. Hal ini sayang sekali.
Pengajar haruslah dapat mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang
tersembunyi.
Caranya:
- Memikirkan dari tiap aspek dan menyadari perkembangan ceritera
tersebut dan pengaruh yang menyebabkan akibat-akibat tertentu.
- Disesuaikan dengan bagian-bagian yang lain dari Alkitab.
- Dapat digabungkan dengan kejadian-kejadian serupa yang mungkin
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
- Menjelaskan Ilmu bumi, latar belakang dan adat istiadat dari
bangsa pada waktu itu.
G. Cara untuk Memperpendek ceritera :
Adakalanya ayat Alkitab yang akan diceritakan sangat lengkap,
tetapi waktu dan penerimaan murid tidak mencukupi, maka harus
diperpendek.
Caranya :
- Pentingkan bagian yang besar dan buanglah yang tidak perlu.
- Tiap bagian jangan diceritakan semua.
- Buang pelaku dan latar belakang yang tidak penting, tetapi jangan
sampai mempengaruhi tujuan dan pengajaran yang penting.