Anda tidak perlu memunyai pendidikan yang tinggi atau kemampuan
khusus untuk bisa mengajar seperti Yesus. Yesus mengajar hanya
dengan berbicara kepada orang lain, bercerita, dan menggunakan
contoh-contoh yang diambil dari kehidupan sehari-hari yang sudah
dipahami oleh orang-orang.
Seorang penutur cerita yang baik tentu terlihat dari seni yang
mereka miliki dalam berbicara. Sebagai penutur cerita, Yesus
menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan cerita yang terdapat dalam
Injil, kapan pun Yesus bercerita, ada banyak orang yang mendengarkan
dengan saksama dan berbondong-bondong mengikuti Dia hanya untuk
mendengarkan cerita-Nya. Seni bercerita-Nya yang menarik terlihat
dari bakat-Nya sejak kecil.
Semakin banyak koleksi cerita Alkitab untuk dimiliki anak-anak kita
tentunya akan memperkaya diri kita juga dalam mengajarkan
cerita-cerita yang sudah lazim didengarkan oleh anak-anak. Dalam
halaman Bible Stories di bagian Kids Zone situs Holy Spirit
Interactive ini, kita dapat menemukan seri-seri pelajaran Alkitab
yang ditulis oleh Paul Dallgas-Frey.
Menuntun anak-anak menapaki langkah pertama dalam iman bisa menjadi
kesempatan yang paling berharga sepanjang hidup, baik bagi orang tua
maupun guru. Perjalanan menuju iman diisi dengan peristiwa-peristiwa
yang dapat digunakan untuk mengajar. Orang dewasa dan teman sebaya
yang bisa memberi pengaruh dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan,
mengajarkan kebenaran-kebenaran Alkitab, menjadi contoh nilai-nilai
kekristenan, dan membagikan kesaksian pribadi yang selanjutnya bisa
membentuk pemahaman pada diri anak-anak.
Dalam perjalanan menuju tempat praktik seorang dokter, Frank yang
berumur empat tahun tampak gugup. Untuk menenangkannya, ibunya
menjelaskan, "Jangan khawatir, Frank. Dokter hanya akan mengecek
kesehatanmu. Dia akan menggunakan sebuah alat yang disebut stetoskop
untuk mendengarkan detak jantungmu." Kata-kata itu segera mengubah
suasana hati Frank. "Apakah dia akan berbicara dengan Yesus?"
tanyanya.
Banyak kelompok Kristen maupun orang-orang skeptis bertanya dapatkah
anak kecil diselamatkan. Pertanyaan skeptis tersebut muncul karena
mereka meragukan keselamatan bagi setiap orang, apalagi bagi mereka
yang tidak mengerti teologi dengan segala kerumitannya.