Definisi Webster mengenai kejujuran: "menunjukkan kebenaran dan integritas; tidak tercemar; tidak menipu atau curang; ditandai dengan integritas atau kebenaran; memunyai karakter dan sikap yang adil atau sama rata, tidak memperdaya atau mencuri." Dalam Alkitab kejujuran adalah "ketulusan hati, integritas, dapat dipercaya, kemurnian, kebenaran, kesopanan, moralitas, kesucian, kebaikan."[1]
Komponen dasar dari kejujuran adalah kebenaran. Oleh karena itu, untuk bersikap jujur Anda perlu mengatakan kebenaran [2]. Akan tetapi, kejujuran lebih dari sekadar mengatakan kebenaran, mengerti apa yang benar dan sesuai dengan hukum [3]; segala yang dilakukannya tanpa memutarbalikkan fakta [4]; aktual [5]; dan tulus [6]. Yang terpenting, kejujuran berarti sesuai dengan kenyataan firman Allah [7]. Menurut Kitab Suci, seseorang yang berkata atau hidup berlawanan dengan firman Allah, tidak sepenuhnya benar atau jujur [8].
Prinsip-Prinsip Alkitab Mengenai Kejujuran
Pertama, manusia perlu menyadari bahwa dia tidak akan bisa menyenangkan Allah jika dia tidak jujur. Allah membenci kebohongan [9]. Dia menganggap mereka yang berbohong sebagai orang yang berbuat jahat [10] dan Dia akan membinasakan semua penipu dalam neraka [11].
Orang yang jujur akan bersikap benar dalam segala transaksi bisnisnya [12]; dia akan memberikan apa yang benar [13]. Dia akan berhati-hati membayar pajaknya [14]. Sebagai karyawan, dia akan berlaku jujur, bukan pencuri benda milik orang lain ataupun pencuri waktu [15]. Dia akan setia, baik saat majikannya ada ataupun tidak ada [16]. Dia akan melakukan segala tugasnya seperti yang diharapkan demi mempertahankan integritasnya dan integritas orang lain karena itulah hal yang benar untuk dilakukan [17].
Orang yang jujur menjaga perkataannya [18]. Hukum kebenaran berada dalam mulutnya [19]. Dia tidak berjanji, lalu tidak melaksanakannya [20]. Orang yang benar-benar jujur tidak akan tahan dengan kesaksian-kesaksian palsu, fitnah, atau perbuatan mencemarkan nama sesamanya [21]. Dia tidak memunyai motif jahat terhadap siapa pun [22]. Ketika dia membuat perjanjian, bahkan yang merugikannya, dia tetap menepatinya [23].
Orang yang jujur tidak akan mencuri [24]. Dia menyadari bahwa mengambil barang yang ditemukan adalah salah [25]. Orang yang jujur tidak perlu dihukum terlebih dahulu sebelum ia menghormati hak milik orang lain [26]. Orang jujur juga tidak mencuri dengan menekan dan mengambil keuntungan yang tidak adil dari orang-orang lemah atau miskin [27].
Bagaimana Anak-Anak Belajar Kejujuran
Untuk mengajarkan anak-anak bersikap jujur di rumah perlu ada peraturan yang tidak mengenal toleransi terhadap kebohongan [28]. Seorang pembohong perlu dicela [29]. Menipu adalah kebiasaan yang biasanya dimulai pada masa muda dan dilakukan seumur hidup [30]. Untuk menghentikannya, Anda perlu memperkenalkan hukuman bagi anak yang berbohong [31]. Dalam rumah kami, tentu saja ada hukuman untuk anggota keluarga yang berbuat kesalahan. Akan tetapi, jika ada yang berbohong atas kesalahan yang dilakukan, maka dia akan diberikan hukuman yang lebih berat [32].
Integritas paling baik diajarkan melalui teladan. Jika Anda tidak mau anak-anak bersikap tidak jujur, janganlah menunjukkan ketidakjujuran di hadapan mereka [33]. Banyak sekali orang tua yang percaya bahwa mereka dapat menasihati anak-anak mereka untuk "melakukan seperti apa yang saya katakan, bukan seperti apa yang saya lakukan" [34]. Akan tetapi, kita perlu "berjalan memasuki rumah kita dengan hati yang sempurna," jika kita mengharapkan keberhasilan dalam membentuk karakter yang mulia dalam diri mereka [35]. Berbohong kepada pimpinan, menyimpan apa yang dipinjam, mengakali pajak, mencuri dari kantor, tindakan-tindakan seperti itu hanya akan mengajarkan seorang anak bahwa ketidakjujuran adalah hal yang diharapkan dan diterima.
Cara lain untuk membangun karakter yang jujur adalah dengan mengajarkan pelajaran-pelajaran kehidupan. Mungkin pelajaran terpenting dari pelajaran-pelajaran itu berhubungan dengan penebusan. Kita semua perlu menyadari bahwa kematian Yesus bagi dosa dunia diharuskan karena ular berbohong dan Hawa percaya dan bertindak sesuai dengan bujuk rayu ular [36]. Kejadian menyedihkan dalam sejarah kemanusiaan kita membuktikan kebenaran peribahasa dalam bahasa Inggris: "honesty is the only policy" - kejujuran merupakan satu-satunya kebijakan.
Pelajaran lain dapat diajarkan melalui contoh Abraham. Dia dikenang sebagai "sahabat Allah" dan "Bapa Orang Beriman" [37]. Akan tetapi, kehidupan indah ini dirusak oleh dua catatan dosa, keduanya merupakan kebohongan [38]. Dari Abraham, kita belajar bahwa kebohongan melemahkan karakter orang besar juga.
Pelajaran penting lainnya dari sebuah contoh, kebohongan cenderung menuntun orang untuk melakukan dosa-dosa lain dengan konsekuensi yang jauh lebih berat. Tidak ada contoh yang lebih mengerikan dari kisah hidup Daud [39]. Daud mencoba menyembunyikan perzinahannya dengan istri Uria dengan kebohongan-kebohongan dan penipuan. Saat Daud tidak berhasil, dia memutuskan untuk melakukan pembunuhan. Seorang ksatria kehilangan nyawanya untuk menutupi kebohongan.
Mengapa Kita Harus Jujur
Kejujuran menentukan karakter seseorang dan membuktikan bahwa orang itu dapat dipercaya [40]. Kejujuran merupakan sikap yang penting dan berguna karena karakter ini menentukan reputasi kita. Kejujuran membuat kita dipercaya orang lain; kita dapat berguna bagi orang tersebut [41]. Jika kita dapat dipercaya, kita dapat membentuk jalinan yang akan menolong kita dalam kehidupan [42].
Orang yang jujur adalah pecinta kebenaran [43]. Kecintaan terhadap kebenaran ini membantu membentuk pikiran yang menyadari kebenaran dan yang menolak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, orang yang jujur dilindungi dari penipuan dan delusi [44]. Dia terus mencari apa yang baik dan benar [45] dan hanya berbicara sesuai dengan apa yang diketahuinya [46]. Oleh karena itu, kebenaran menjadi pelita bagi kakinya dan terang bagi jalannya [orang jujur][47]. (t/Uly)
Ayat:
[1] (2 Timotius 2:1-2; 2 Korintus 8:21; Roma 12:17) [2] (Amsal 14:25; 12:19) [3] (Daniel 6:12) [4] (Matius 22:16) [5] (Filipi 4:8) [6] (Filipi 1:8) [7] (Yohanes 17:17; 2 Tesalonika 2:10; 1 Timotius 1:10) [8] (Lukas 8:15; Kisah Para Rasul 6:3; 2 Korintus 8:21; 1 Petrus 2:12; Mazmur 119:118) [9] (Amsal 6:17; 12:22; Imamat 6:2-7; 19:11-13) [10] (Mazmur 5:6; Wahyu 2:2) [11] (Mazmur 5:6; Wahyu 21:8, 27; 22:15) [12] (Amsal 11:1, 20:10) [13] (Lukas 3:13; 6:38; cf. Imamat 19:35-36) [14] (Lukas 10:25) [15] (Titus 2:9-10) [16] (Efesus 6:6-8; cf. Lukas 12:42-48) [17] (2 Korintus 8:21; Roma 12:17) [18] (Amsal 12:22) [19] (Maleakhi 2:6; Mazmur 15:2) [20] (Yakobus 5:12; Matius 5:37) [21] (Mazmur 15:3) [22] (Mazmur 69:4; 1 Timotius 6:4) [23] (Mazmur 15:4) [24] (Efesus 6:1-4; Imamat 6:2-7) [25] (Keluaran 22:9; Imamat 6:3-4) [26] (Amsal 23:10; 22:28; Ulangan 22:17) [27] (Ayub 24:1-12; Mazmur 62:10; Amsal 21:7; Yehezkiel 22:29) [28] (Ulangan 19:16-21; Mazmur 119:128, 163) [29] (Mazmur 40:4, 101:7; Amsal 13:5) [30] (Mazmur 58:3) [31] (Mazmur 19:5,9) [32] (Amsal 20:17) [33] (Yehezkiel 16:44) [34] (Yeremia 7:9-10) [35] (Mazmur 101:2-8) [36] (Kejadian 3:1-19) [37] (Yakobus 2:23; Roma 4:16) [38] (Kejadian 12:11-19; 20:2-18) [39] (2 Samuel 11-12) [40] (Ayub 31:5-6; Lukas 16:10) [41] (Amsal 25:19) [42] (Amsal 31:11) [43] (Mazmur 119:163; 2 Tesalonika 2:10) [44] (2 Korintus 4:2; Yakobus 1:22) [45] (Yohanes 7:17; Amsal 23:23) [46] (Efesus 4:25; Mazmur 8:7) [47] (Amsal 6:23)
Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Tanggal akses: 2 Juli 2010
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK