Dalam berkomunikasi dengan muridnya, seorang guru SM sebaiknya tidak
menggunakan istilah yang sulit dipahami. Juga guru sebaiknya
menggunakan bahasa sehari-hari yang bisa dipahami oleh anak.
Umumnya anak SD kelas 5 atau 6 sudah dapat memahami hampir semua
istilah orang dewasa. Guru pengajar pada kelas ini boleh mulai
mengajarkan istilah-istilah baku yang biasa digunakan di gereja,
seperti istilah: dosa, bertobat, sidi, penebusan, dan sebagainya.
Istilah-istilah tersebut sudah mulai mereka pahami, namun tetap
memerlukan penjelasan yang baik.
Namun anak-anak kelas 4 SD dan anak-anak yang lebih kecil (kelas
4 SD ke bawah) sulit memahami istilah-istilah yang biasa dipakai
orang dewasa. Kalaupun mereka hafal kata: dosa, bertobat,
penebusan, terbeban, diselamatkan, Juruselamat, kesembuhan ilahi,
kepenuhan Roh, babptisan Roh, dan sebagainya, biasanya tidak
diikuti dengan pemahaman yang baik. Karena itu berikut ini
disajikan beberapa istilah yang sebaiknya dipakai di kelas-kelas
kecil atau bagi anak-anak kecil pada umumnya.
Contoh-contoh istilah yang sebaiknya digunakan sebagai berikut:
a. "Nakal" atau "Jahat", untuk menjelaskan tentang "Dosa".
b. "Dimaafkan kenakalannya" atau "Dimaafkan kesalahannya", untuk menjelaskan hal "Diampuni dosanya".
c. "Baik hati", untuk menjelaskan tentang "Hidup baru".
d. "Penolong" atau "Perawat", lebih mudah dipahami daripada "Petobat".
e. "Berjanji tidak nakal lagi", lebih dipahami daripada "Bertobat".
f. "Bercerita", lebih dipahami daripada "Bersaksi".
g. "Buku cerita tentang Yesus", untuk menjelaskan "Kitab Suci".
h. "Disayangi Allah", untuk menjelaskan hal "Diselamatkan".
i. "Sayang", untuk menjelaskan kata "Cinta".
j. "Yesus", untuk menjelaskan kata "Tuhan Yesus Kristus".
k. "Cerita", sebagai ganti kata "Firman Allah" atau "Khotbah/Renungan".
l. "Pembohong yang jahat", untuk menjelaskan kata "Iblis" atau "Setan".
m. "Pendeta", untuk menjelaskan kata "Nabi", "Imam", "Rasul".
n. "Gereja", untuk menjelaskan kata "Bait Allah".
Ingat usaha di atas hanyalah usaha sementara, semasa anak masih
kecil, untuk menjembatani antara dunia komunikasi anak kecil dan
orang dewasa yang kurang dapat mereka pahami. Jadi pada saat mereka
kelas 5 atau 6 SD, mereka harus mulai dilatih memahami setiap
istilah yang biasa dipakai di kalangan Kristen pada umumnya.
Guru-guru dapat mengembangkan usaha untuk mencari teknik
menjelaskan berbagai ajaran gerejanya sendiri, dengan memperhatikan
kemampuan pemahaman situasi anak.