Berikut ini adalah bahan kesaksian yang dapat Anda ceritakan kepada
anak-anak kecil untuk memberi pandangan kepada mereka bahwa seorang
anak kecil pun dapat dipakai Tuhan untuk menginjili.
MISIONARI CILIK
Janet adalah seorang anak Amerika yang ikut orangtuanya ke
Indonesia. Ayah dan ibunya adalah misionari dan mereka mengabarkan
Injil ke negeri-negeri lain. Janet suka sekali menjadi anak
misionari, karena ia bisa mempunyai banyak teman baru.
Jauh di dalam hatinya, sebenarnya Janet juga rindu untuk menjadi
seorang misionari seperti ayah dan ibunya. Tetapi ia merasa tidak
yakin akan bisa meraihnya, dikarenakan tubuhnya yang cacat dan
bicaranya yang gagap itu. Ia merasa malu kalau anak-anak lain akan
menertawakannya.
Di suatu hari yang cerah, dengan penuh rasa ingin tahu akan
Indonesia, dia keluar rumah dan pergi ke halaman untuk menyentuh
daun-daun dan menciumi bunga-bunga yang ada di situ. Tiba-tiba
ibunya memanggilnya dari depan pintu untuk mengajak Janet pergi ke
pasar.
Janet sangat ingin sekali segera dapat berjumpa dengan teman-teman
baru yang mungkin akan ditemuinya di pasar. Janet akhirnya bertemu
juga dengan sekelompok gadis-gadis cilik, kemudian disambutnyalah
gadis-gadis cilik itu dengan gembira oleh Janet. Tapi baru saja ia
melangkahkan kaki, gadis-gadis tersebut malah tertawa sambil
menunjuk ke arahnya.
Janet merasa bahwa mereka menertawakannya karena ia cacat. Kemudian
sambil menangis Janet bertanya kepada ibunya, "Maa ... keke... ke...
napa.. mereka menertawakan aku?"
"Itu karena mereka melihat kau berbeda dengan mereka, Nak," kata
ibunya menghiburnya.
Malam harinya Janet menangisi kejadian tersebut, dan ibunya pun
berusaha menghiburnya. "Jangan menangis, sayang. Semua akan baik-
baik saja. Kita akan minta Tuhan Yesus menolong mereka untuk
menerimamu." Kemudian ibunya mulai membimbing Janet untuk berdoa.
Setelah selesai berdoa hati Janet merasa lega. Ia tahu Tuhan akan
membantunya.
Beberapa hari kemudian ketika Janet pergi ke pasar bersama ibunya,
kejadian serupa terulang kembali. Anak-anak menertawakannya tapi
Janet dengan kaki timpang berjalan menghampiri mereka dan berkata,
"Ja... jangan tertawakan saya. Saya kaan tidak menertawakan
kalian."
Tapi perkataan Janet itu tidak dapat dimengerti anak-anak tersebut
karena ia berbicara dengan bahasa Inggris. Setelah mengatakan hal
tersebut Janet menghampiri ibunya, "Mama, kk... kalau saya menyanyi
untuk mereka, apakah mereka masih tetap mentertawakan saya?"
"Menyanyilah, Nak. Mama percaya mereka akan berhenti tertawa."
Maka mulailah Janet menyanyi. Pada saat ia bernyanyi tentang Yesus,
satu persatu anak-anak tadi berhenti tertawa dan mulai mengelilingi
Janet. Mereka suka mendengar suara Janet yang merdu. Selama ibunya
berbelanja, Janet tidak berhenti menyanyi. Dan ia terus bernyanyi di
sepanjang perjalanan kembali ke rumah. Ternyata anak-anak itu ikut
di belakang Janet. Oleh ibu Janet, anak-anak tersebut diajak untuk
main ke rumah mereka dan mengajarkan sedikit bahasa Inggris untuk
mereka.
Keesokan harinya datanglah teman-teman baru Janet itu, dan hal itu
menimbulkan gagasan bagi ibu Janet untuk Janet menjadi seorang
misionari cilik. Setiap hari Janet menunggu dengan gembira teman-
teman barunya untuk belajar bersama, membaca bersama dan bermain
bersama.
Dengan bantuan buku-buku serta Alkitab, akhirnya teman-teman Janet
dapat mengerti kasih Tuhan kepada mereka. Berhari-hari dan
berminggu-minggu teman-teman Janet mendengar bagaimana Tuhan Yesus,
Anak Allah mati untuk menanggung dosa mereka. Dengan bantuan ibunya
Janet dapat menolong teman-temannya mengundang Tuhan Yesus masuk ke
dalam hati dan mengampuni dosa-dosa mereka.
Lama kelamaan teman-teman Janet berani berbahasa Inggris. Kalau
mereka melihat Janet ikut ibunya ke pasar, mereka akan memanggil,
"Hi, Janet's mother, hi, Janet!"
Sekarang Janet tidak pernah lagi sedih. Tidak pernah lagi teman-
temannya mentertawakan jalannya yang timpang dan bicara yang gagap.
Janet bersuka cita karena mereka menyukainya. Tapi Janet lebih
bersukacita karena ia telah memperkenalkan Sahabat terbaiknya,
Yesus.
Suatu malam, ketika Janet berada di pangkuan ibunya, ia berkata,
"Mama, ss... sungguhkah saya sudah menjadi misionari?" "Ya sayang,"
sahut ibunya bangga, "Misionari cilikku."