Salah satu faktor terpenting dalam pendidikan adalah guru atau
pendidik. Sebab itu, selain metodologi pengajaran, sifat seorang
pendidik memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan
pelayanan anak. Sifat-sifat seperti takut Tuhan, mau mengampuni,
rela berkorban, setia memegang janji, tanggung jawab, sabar, dan
kreatif, perlu dimiliki oleh para pelayan anak. Menurut Pdt. Dr.
Stephen Tong, kita dapat memperoleh sifat-sifat di atas apabila kita
menjadi pendidik seperti berikut ini.
Pendidik yang Mencintai Tuhan.
Seorang guru pertama-tama haruslah seorang pribadi yang mengasihi
Tuhan. Dengan sifat ini, ia akan dapat mencapai keberhasilan
seperti yang diharapkan Tuhan. Dengan sifat ini pula ia dapat
memiliki motivasi yang benar untuk melayani Tuhan. Orang semacam
ini tidak akan mudah putus asa dan tidak mudah merasa kecewa
sehingga tidak akan sekali-kali mengambil keputusan untuk
mengundurkan diri sebagai guru. Jadi, karena pelayanan ini adalah
mandat Allah, si pelaksana mandat (guru) haruslah orang yang
takut kepada sang pemberi mandat (Tuhan). Dengan demikian, mandat
tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Pendidik yang mencintai kebenaran.
Pelayanan yang dilakukan seorang guru adalah usaha untuk
menceritakan atau menyampaikan kebenaran Tuhan. Karena itu,
sebagai pembawa kebenaran, seorang guru juga harus mencintai
kebenaran. Seperti sebuah pipa yang menghubungkan tandon air
dengan wadah penerima, jika pipanya kotor, air yang melewatinya
juga akan menjadi kotor. Seseorang yang mencintai kebenaran akan
dapat menyampaikan pesan atau berita dengan kuasa karena berita
yang disampaikannya telah dialami, dijalani, atau mungkin juga
sedang digumulinya. Seorang guru yang mencintai kebenaran akan
dapat menyampaikan atau menularkan berita kebenaran, cara hidup
yang benar, dan hidup yang benar pula kepada murid-muridnya.
Pendidik yang mencintai murid.
Cinta akan menimbulkan perbedaan dalam tindakan seseorang. Dari
luar orang akan dapat melihat apakah seorang guru melayani karena
mencintai anak-anak yang dilayaninya, karena ikut-ikutan, sekedar
untuk mengisi waktu, atau untuk alasan lainnya. Dengan cinta,
seorang guru akan melayani anak-anak secara lebih sungguh-
sungguh. Dengan cinta, ia rela berkorban waktu, uang, dan tenaga,
atau dengan kata lain mau membayar harga. Ia juga akan mau
memaafkan kesalahan dari anak-anak yang dicintainya. Selain itu,
karena cinta pula ia akan mengajarkan yang benar, bukan yang
salah atau menyesatkan. Dengan cinta ia dapat memerhatikan dengan
lebih baik, tahu jika ada anak yang mengalami masalah, dan mampu
melihat kebutuhan anak-anak yang dilayaninya.