Yesus menitikberatkan ajaran-Nya pada satu perintah yang besar dan
baru, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Pada saat-saat terakhir
kehidupan-Nya di dunia, Dia mengumpulkan murid-murid-Nya di suatu
ruang yang lebih tinggi, mengadakan perjamuan yang kita sebut
Perjamuan Terakhir. Segera setelah makan malam itu usai dan sebelum
perjamuan peringatan, Yesus menanggalkan jubah-Nya, mengambil kain,
menuangkan air ke dalam basi, dan membasuh kaki murid-murid-Nya.
Pikirkan itu! Dia adalah raja, Dia melayani seperti seorang pelayan,
melayani murid-murid-Nya. Dia menjadikan ajaran-Nya jelas: "Kamu
menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang
Akulah Guru dan Tuhan. Jadi, jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang
adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu
juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (
Perintah untuk saling mengasihi ini bukanlah perintah yang benar- benar baru yang hanya ada dalam Perjanjian Baru. Perintah ini sudah diberikan di Perjanjian Lama. Dia telah berulangkali menunjukkan kasih-Nya kepada umat Israel. Kasih Tuhan ini memberikan contoh sehingga mentransendenkan pengertian normal kasih tersebut dan menjadikan pengertian seperti itu menjadi suatu pemahaman yang kuno. Pada akhir perjalanan hidup-Nya di dunia, Dia memberikan perintah- Nya yang terakhir, perintah yang penting karena perintah itu adalah yang terakhir, tetapi menjadi lebih penting lagi karena perintah itu melambangkan semua yang diinginkan Yesus dari murid-murid-Nya.
Bagaimana perintah itu diterapkan di dunia saat ini? Dunia ini sudah dirusak oleh perselisihan dan pengelompokan. Orang-orang Roma menyatukan segala hal dalam suatu birokrasi pemerintahan yang sangat besar dan dalam suatu mesin militer yang kuat. Tetapi dalam struktur monolitik ini terdapat jurang-jurang yang dalam. Jurang itu antara lain adalah perbedaan ras. Orang-orang Yahudi merendahkan orang- orang yang bukan Yahudi dan orang-orang Samaria; orang-orang Yunani menghina orang-orang Yahudi; orang-orang Roma membenci orang-orang Skitia, dan lain-lain. Ada pengelompokan-pengelompokan antara ikatan dan kebebasan, karena mungkin hampir separuh dari semua orang yang ada adalah para budak. Terdapat perselisihan diantara kelompok- kelompok agama, orang-orang Farisi melawan orang-orang Saduki dan orang-orang Yahudi melawan para penyembah berhala. Terdapat diskriminasi gender; wanita dianggap sebagai warga negara kelas dua. Terdapat perbedaan politik; dan saja, ada kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Palestina sendiri adalah pusat dari keekslusifan dari permusuhan
itu. Dalam sekejap, permusuhan itu meledak melawan Roma. Terdapat
kebencian yang mendalam antara agama dan partai-partai politik yang
ada di daerah tersebut. Kebencian antara orang Samaria dan orang
Yudea adalah perasaan yang umum, dan para pemimpin di Yerusalem
mengejek orang-orang Galilea. "Mungkinkah sesuatu yang baik datang
dari Nazaret?" (
Dalam situasi ini, Yesus telah mengirim kira-kira empat orang dari
kedua belas murid-Nya untuk menyampaikan pesan-Nya. Diatas semua
pesan itu, Dia menempatkan perintah baru untuk mengasihi ini. Dan
mereka juga mengingatnya. Paulus menggolongkan perilaku mereka
dengan memberikan perintah agar menempatkan kasih sebagai yang
terutama (
Yesus memberikan perintah kasih ini kepada murid-murid-Nya. Dengan berbagai cara pula, Dia ingin agar perintah ini menjadi ciri yang utama dari hidup-Nya sendiri dan murid-Nya. Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus, kita juga harus memiliki kasih yang sama seperti Dia dalam hidup kita. Dengan memiliki kasih seperti Kristus, perselisihan dunia dapat dipulihkan dan nama Tuhan semakin dimuliakan.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK