"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam
kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku
dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar
menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika
aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-
bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal
anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan
dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (
Anak-anak adalah pemberian Allah. Menjadi orangtua adalah anugerah dan kepercayaan yang tidak ada bandingnya. Kelahiran seorang anak menurut keyakinan Pemazmur bukanlah suatu kebetulan, tetapi sesuatu yang ada dalam rencana Allah. Bila kita perhatikan Mazmur 139 seutuhnya kita mendapatkan keyakinan bahwa perhatian Allah terhadap kita adalah perhatian yang berkesinambungan. Hal itu jelas dari penggunaan kata-kata kerja yang terdapat didalamnya, yaitu digunakannya waktu yang berbeda dalam pasal yang sama (dalam bahasa Indonesia tidak jelas, tetapi dalam bahasa Ibrani dan Inggris terlihat dengan jelas:
Ketika seseorang ditenun dalam kandungan ibu, Allah melihat pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Tiap anak adalah pribadi yang unik yang ada permulaannya, yaitu pada waktu terjadinya pembuahan, tetapi yang tidak ada akhirnya, karena ia akan menjadi makhluk kekal. Itulah sebabnya menjadi orangtua adalah sesuatu yang bukan saja istimewa tetapi juga tugas yang sangat serius karena menyangkut kekekalan. Ia dapat menjadi penghuni surga untuk selama- lamanya, atau penghuni neraka untuk selama-lamanya.
Untuk menjadi orangtua yang baik, kita harus memulainya dengan sebuah pernikahan yang harmonis. Suasana damai dan komunikasi yang sehat dalam keluarga akan mempengaruhi kepribadian dan kehidupan seorang anak.
Betapa besarnya pengaruh situasi keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak tercermin dari puisi Dorothy Lawe Holt berikut ini:
Bila seorang anak dibesarkan dalam kritikan, ia belajar untuk menghakimi.
Bila seorang anak hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk berkelahi.
Bila seorang anak dibesarkan dengan ejekan, ia belajar menjadi tak percaya diri.
Bila seorang anak dibesarkan dengan hal-hal yang memalukan, ia belajar hidup dengan rasa bersalah
Bila seorang anak dibesarkan dengan rasa toleransi yang besar, ia belajar untuk bersabar.
Bila seorang anak dibesarkan dengan kata-kata yang membesarkan hati, ia belajar untuk percaya diri.
Bila seorang anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar untuk menghargai.
Bila seorang anak dibesarkan dengan dengan kejujuran ia belajar rasa keadilan.
Bila seorang anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar untuk beriman.
Bila seorang anak dibesarkan dengan perasaan bahwa ia diterima, ia belajar untuk menerima dirinya sendiri.
Bila seorang anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar untuk menemukan cinta di dunia.
Bila kita menyadari betapa besarnya pengaruh suasana rumah tangga kita dalam perkembangan anak, maka kita perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK