Hukum-hukum Mengajar


Jenis Bahan PEPAK: Artikel

Hukum mengajar dicetuskan pertama kali oleh John Milton Gregory. Dalam Artikel ini akan dikemukakan hukum-hukum mengajar, berdasarkan prinsip-prinsip dan teori-teori dalam bukunya.

HUKUM GURU

Beberapa kursus pendidikan kepemimpinan memberi perhatian lebih banyak kepada cara-cara guru daripada kepada berita Firman Allah. Hal ini bisa sangat berbahaya apabila guru tidak mengetahui dengan betul apa yang harus diajarkan. Baik berita maupun cara sangat penting. Karena alasan inilah, setengah dari kursus-kursus berijazah dan kursus/pendidikan untuk guru SM diperuntukkan guna penelaahan Alkitab dan pokok-pokok yang berhubungan dengan Firman Allah. Dalam pendidikan umum, pengetahuan akan mata pelajaran sangat penting. Dalam pendidikan Kristen sangatlah penting bagi si guru untuk mengetahui Firman Tuhan. Pengetahuan itulah bahan yang dipakai oleh guru. Pengetahuan yang kurang sempurna akan menghasilkan pengajaran yang kurang sempurna. Apa yang tidak diketahui oleh seseorang, tak bisa diajarkannya.

Guru harus mengetahui lebih banyak daripada yang dapat diajarkannya dalam waktu mengajar yang telah ditetapkan, jangan hanya cukup untuk mengisi waktu saja. Hal ini meminta pelajaran dan penyelidikan yang sungguh-sungguh dari seorang guru untuk bisa memahami seluruh pengajarannya. Seorang guru yang menguasai bahan pelajarannya bisa merasa tenteram ketika ia mengarahkan pemikiran murid-muridnya serta mengikutsertakan mereka secara aktif dalam proses mengajar. Dia harus juga mengenal setiap murid cukup baik sehingga dia bisa menerapkan pengetahuannya sendiri dalam kehidupan murid itu.

HUKUM PELAJAR

Perhatian
Sampai pada usia tujuh tahun anak-anak mempunyai jangka perhatian yang singkat, mungkin satu menit saja untuk tiap tahun usia. Biasanya tidak bisa diharapkan lebih banyak dari mereka. Jangka perhatian anak-anak usia 7 tahun sampai dengan 9 tahun sudah bertambah lama. Mereka mulai menghargai kemampuan mereka sendiri dan menyukai pemikiran atau diskusi yang memakan waktu lebih lama. Pertengahan tahun pertama SD atau selama kelas dua, anak-anak sekolah yang terlatih baik mulai beralih dari menyukai banyak aktivitas jasmaniah menjadi menyukai aktivitas mental. Nyata sekali jangka perhatian mereka menjadi lebih panjang. Pada tingkatan mana saja seorang guru yang bijaksana mula-mula akan berusaha untuk memperoleh perhatian, kemudian meningkatkannya, baru akhirnya mengubah perhatian tersebut menjadi minat.

Minat
Perhatian bergantung pada minat. Lebih mudah untuk memperoleh dan memikat perhatian seorang murid yang berminat. Suatu perintah atau suatu permainan yang menarik perhatian dapat membangkitkan perhatian untuk sementara, tetapi hanya minat yang sungguh dapat membuat perhatian itu bertahan. Kemampuan untuk membangkitkan dan memelihara minat bergantung pada:

  • Menemukan bidang pemikiran murid;
  • Menjaga terhadap gangguan-gangguan dari luar;
  • Memberikan pelajaran yang cocok dengan kecakapan murid;
  • Mendapat kerja sama murid dalam pelajaran.

HUKUM BAHASA

Guru mungkin mempunyai perbendaharaan kata yang lebih banyak, tetapi ia harus membatasi dirinya dan hanya mennggunakan bahasa muridnya. Jika guru menolak atau gagal menyesuaikan diri dengan bahasa murid, pelajaran itu tidak bisa dipahami. "Pakailah kata-kata yang bisa dimengerti oleh murid dan saudara sendiri, bahasa yang jelas dan terang bagi keduanya."

Bahasa yang dipakai akan berbeda untuk tiap tingkatan usia dalam gereja. Untuk menjalankan hukum bahasa, Gregory menyarankan hal berikut ini bagi guru:

  • Pelajari selalu dengan seksama bahasa murid-murid.
  • Ungkapkan pendapat saudara sendiri sedapat-dapatnya dalam bahasa murid.
  • Pakailah bahasa yang paling sederhana dan kata-kata yang paling sedikit untuk menyatakan maksud.
  • Pakailah kalimat-kalimat pendek dengan bentuk yang paling sederhana.
  • Terangkan arti kata-kata baru dengan lukisan-lukisan.
  • Seringkali ujilah pengertian murid akan kata-kata yang dipakainya.

HUKUM PELAJARAN

Untuk hukum pelajaran, guru harus mengetahui beberapa prosedur yang berkaitan.

Hubungkan dengan pelajaran-pelajaran yang lalu.
Apa yang telah dipelajari boleh dianggap seperti sebagian dari hal- hal yang sudah diketahui. Jika guru telah mengajarkan pelajaran- pelajaran yang lalu itu, dia sudah mengenal keadaan muridnya. Setiap ulangan mendemonstrasikan hukum ini, dan cara yang paling baik untuk menjalankan prinsip ini ialah dengan mengutamakan ulangan (test).

Lanjutkan pelajaran dengan langkah-langkah yang bertahap.
Seorang atlit tidak akan menetapkan sasarannya pada ketinggian yang belum terjangkau, baru kemudian mencoba untuk melompatinya. Dia akan mulai dengan ketinggian yang bisa dilompatinya dan kemudian menaikkannya seinci demi seinci sehingga dia menetapkan rekor barunya. Demikianlah seorang murid harus bisa memahami sepenuhnya setiap kebenaran yang diajarkan sebelum dia bisa menyelidiki dan mengerti kebenaran berikutnya. Ide-ide baru menjadi sebagian pengetahuan murid dan menjadi titik tolak bagi tiap kemajuan yang baru. Jika guru menuruti prinsip ini, ia dapat memperoleh kemajuan yang lebih cepat serta mencapai prestasi yang lebih tinggi.

Terangkan dengan lukisan.
Jika kemajuan dalam pelajaran itu terlalu cepat sehingga tak dapat diikuti oleh pikiran murid, maka menyebutkan dan menunjukkan hal-hal yang sudah diketahui murid itu akan membantu pengertiannya. Kata- kata kiasan seperti tamsil, metafora, dan ibarat telah muncul karena perlunya menghubungkan kebenaran-kebenaran sebelumnya dan situasi- situasi serta pengalaman-pengalaman yang sudah diketahui dengan pelajaran yang baru.

HUKUM PROSES MENGAJAR

Menyediakan bahan pemikiran.
Proses-proses pemikiran terbatas pada pengetahuan yang telah diperoleh. Pelajar yang tidak mengetahui apa-apa tidak dapat berpikir, karena ia tidak mempunyai apa-apa untuk dipikirkannya. Agar seorang bisa membandingkan, mengkritik, mempertimbangkan, dan memperbincangkan, pikirannya harus mengolah bahan-bahan yang telah diperolehnya. Oleh karena itu pelajar memerlukan keterangan yang berdasarkan fakta-fakta, yang dapat dipakai sebagai dasar pemikiran. Pendidikan juga mencakup proses mendesak pelajar dalam mengungkapkan pikirannya, tetapi guru itu tak bisa meminta pelajar mengungkapkan pengetahuan yang sebelumnya tidak ditanamkan dalam pikiran pelajar itu.

Merangsang penyelidikan.
Penting juga untuk membangkitkan semangat menyelidik. Proses-proses pendidikan yang padat dimulai ketika pelajar menanyakan siapa, apa, bilamana, mengapa, dimana, dan bagaimana terjadi sesuatu. Pikiran yang matang menggumuli masalah-masalah alam semesta. Buah apel yang jatuh menyebabkan pikiran Newton bertanya-tanya mengenai gaya berat. Cerek air yang mendidih mengajukan masalah mesin uap kepada Watt. Pertanyaannya menimbulkan kesadaran diri dan pemikiran sendiri. Guru harus menggairahkan pencarian akan pengetahuan ini, demikian juga keinginan untuk mengungkapkan.

Memberi kepuasan.
Jika seorang murid mendapatkan kesenangan dari apa yang dilakukannya, dia mungkin sekali akan melanjutkan aktivitas itu. Ini dikenal sebagai imbalan atau penguatan kembali. Kecenderungannya ialah mengulangi pengalaman yang memuaskan dan menghindari pengalaman yang tidak memuaskan. Kepuasan akan diperoleh apabila hal belajar itu berguna bagi pelajar dalam kehidupannya sehari-hari, dan memenuhi kebutuhannya. Guru itulah yang mempunyai kesempatan untuk menjadikan pengalaman belajar itu bermanfaat bagi setiap murid.

HUKUM PROSES BELAJAR

Ada tiga tahap belajar yang berbeda, dan tiap tahap itu membawa murid untuk menguasai hal belajar.

Reproduksi
"Mintalah kepada murid untuk mengulang dalam pikirannya pelajaran yang sedang dipelajarinya serta pikirkanlah berbagai bagian dan penerapan dari pelajaran itu sehingga dia bisa mengungkapkan dengan kata-kata sendiri." Memang mungkin untuk mengulang kata-kata yang tepat dari pelajaran apapun dengan menghafalnya. Akan tetapi pelajar yang tidak mengerti apa yang dihafalkannya tidak bisa menghayati pelajaran itu. Dia seperti seorang yang membeli buku dan meletakkannya dalam perpustakaan, tetapi tidak mempergunakannya.

Tafsiran
Dalam proses belajar itu sudah terjadi kemajuan yang nyata, ketika pelajar itu diajar untuk memberikan lebih banyak dari kata-kata atau fakta-fakta yang dipelajarinya. Jika dia mengungkapkan pendapatnya sendiri mengenai fakta-fakta itu, maka dia mengerti apa yang diajarkan kepadanya. Dia telah belajar untuk mengolah pikirannya sendiri, demikian juga pikiran orang lain. Kegagalan untuk mendesak agar pelajar mengungkapkan pemikirannya sendiri adalah kesalahan yang sering terdapat pada guru-guru yang tidak terlatih. Seorang guru yang baik jarang menanyakan pertanyaan yang memakai kata tanya "apa". Pertanyaan seperti itu dijawab dengan memberikan fakta-fakta saja. Seorang guru yang terlatih menanyakan "mengapa", sehingga murid-muridnya belajar untuk berpikir sendiri.

Penerapan
Pendidikan bukan sekedar memperoleh atau mengerti pengetahuan. Tidak ada pelajaran yang dipelajari secara sempurna sebelum pelajaran itu diterapkan dalam kehidupan. Menyatakan pendapat dapat melatih pikiran, tetapi menerapkan pengetahuan dapat mempengaruhi kemauan dan mengubahkan kehidupan pelajar. Jika penerapan pribadi yang praktis diabaikan, pelajar-pelajar akan "selalu belajar, tetapi tidak akan pernah mengetahui kebenaran" (2Timotius 4:7).

HUKUM ULANGAN DAN PENERAPAN

Mengokohkan dan menyempurnakan pengetahuan.
Pengulangan bukanlah sekedar mengingat kembali apa yang diajarkan. Itulah suatu usaha untuk memusatkan perhatian kembali kepada fakta- fakta dan prinsip-prinsip yang telah diajarkan sebelumnya. Juga pengulangan memberi kesempatan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam serta mengaitkan pengetahuan yang dahulu dengan situasi- situasi yang baru. Pandangan pertama pada sebuah lukisan tidak akan menyatakan setiap detilnya. Pembacaan ulang sebuah buku seringkali menunjukkan fakta-fakta yang tidak diperhatikan pada pembacaan yang mula-mula. Demikianlah halnya dengan penelaahan Alkitab. Tak ada buku lain yang memerlukan pembacaan dan penyelidikan yang saksama seperti Alkitab. Tak ada buku lain yang begitu penuh dengan berkat dan harta seperti buku ini. Mengulang ayat-ayat yang lazim dan digemari akan memberi pengertian baru dan memperlihatkan pelajaran- pelajaran baru.

Mengingat dan meneguhkan pengetahuan.
Pengulangan membiasakan dan menguatkan pengetahuan itu dengan jalan menghubungkan ide-ide. Seseorang yang diperkenalkan pada sekelompok orang tidak mungkin bisa mengingat semua nama yang telah disebut itu. Beberapa saat kemudian kalau orang lain dikenalkan, dia akan mengulang nama-nama itu dan ingatannya dikuatkan. Pelajaran yang dipelajari hanya sekali, akan segera terlupa. Apa yang sering diulangi akan menjadi sebagian dari perlengkapan pengetahuan dan dapat diingat dan dipakai secara tetap. Inilah patokan sebenarnya dari prestasi belajar.

Menerapkan dan mempraktekkan pengetahuan.
Pengulangan yang saksama, yang seringkali dilakukan, menyebabkan pengetahuan itu dapat digunakan dengan cepat. Nats-nats Alkitab yang paling banyak menolong kita ialah nats-nats yang telah diterapkan dan dipakai. Nats-nats ini diingat apabila keadaan memerlukan. Kebenaran-kebenaran menjadi lazim karena pengulangan membentuk sikap dan membina watak. Jika kita ingin ditopang dan dikuasai oleh kebenaran-kebenaran yang mulia, kita harus mempraktekkannya sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjadi kebiasaan dalam hidup kita. Pengulangan merupakan aktivitas yang perlu dan penting; itulah syarat yang perlu sekali bagi semua pengajar yang benar. Tidak mengulang berarti bahwa pengajaran itu tidak sempurna.

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar

Sumber
Judul Buku: 
Teaching Techniques
Pengarang: 
Clarence H. Benson
Halaman: 
33 - 42
Penerbit: 
Yayasan Penerbit Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1986

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Komentar