Allah telah memanggil kita sebagai teman sekerja-Nya. Marilah kita berusaha sebaik-baiknya dengan mengingat:
Mari kita perhatikan semua ini ketika kita menolong anak-anak untuk memahami Firman Allah. Karena melalui pemahaman ini mereka akan mengenal Kristus sebagai Juru Selamat, bertumbuh di dalam Dia dan melayani Dia.
Setelah sebuah pelajaran diajarkan dan seorang anak menunjukkan bahwa ia hendak menjadi seorang Kristen, lalu bagaimana? Tujuh langkah di bawah ini akan membantu Anda mengenai apa yang harus dilakukan:
Berbicara dengan seorang anak sendiri memberi kesempatan kepada guru untuk mengajukan pertanyaan, untuk membiarkan anak mengajukan pertanyaan, dan untuk mengetahui ide yang mungkin perlu dijelaskan dalam pemikiran anak itu.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini boleh digunakan: Apakah dosa itu? Mengapa Yesus mati? Apa yang perlu engkau lakukan untuk menjadi seorang Kristen? Bagaimana bunyi ayat ini? Apa artinya?
Penggunaan pertanyaan menolong kelangsungan percakapan antara guru dan anak. Pertanyaan membuat anak memerhatikan apa yang sedang dikatakan. Juga, menolong anak itu untuk memikirkan sungguh-sungguh apa yang sedang ia lakukan. Selain itu, menolong guru mengetahui apakah si anak memahami kebenaran atau tidak.
Diperlukan waktu untuk berbicara dengan anak itu, mendengarkan apa yang hendak dikatakannya, mengajukan pertanyaan kepadanya, dan menjawab pertanyaannya. Seorang guru boleh saja meminta seorang anak untuk mengulangi doa yang diucapkannya kata demi kata dan kemudian memberitahu anak tersebut bahwa ia telah menjadi seorang Kristen, akan tetapi yang terpenting bukanlah supaya anak itu melakukan tindakan-tindakan tertentu, tetapi untuk menolong dia mengerti arti kematian Kristus baginya, dan untuk menolong dia benar-benar menerima Kristus sebagai Juru Selamat.
Jika ia dapat membaca, ia harus dibiarkan membaca ayat-ayat itu sendiri. Jika tidak, guru dapat membacakannya untuk dia. Ayat-ayat harus dibaca dan diterangkan satu demi satu. Kalau Alkitab yang dibawa oleh anak itu adalah miliknya sendiri, maka ayat-ayat dapat digarisbawahi atau dicatat di halaman depan. Hal ini akan menolong anak itu menemukan kembali ayat-ayat tersebut.
Gunakan ayat secukupnya saja. Jika terlalu banyak ayat dipakai, anak akan bingung. Guru harus mengetahui beberapa ayat agar dapat memakai ayat yang paling cocok untuk setiap murid.
Jangan heran jika ia berkata, "Saya tidak tahu harus berdoa apa." Bicarakan hal itu dengan dia, mungkin dengan menggunakan lagi pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah engkau harus memberitahu Yesus bahwa engkau menyesal akan dosa-dosamu? Apakah sebaiknya engkau memohon Dia untuk mengampunimu? Apakah engkau ingin mengatakan kepada-Nya bahwa engkau percaya kematian-Nya -- di kayu salib adalah bagimu?
Setelah beberapa pertanyaan, anak itu mungkin siap untuk berdoa. Kalau tidak, ia boleh mengulangi doa guru, kata demi kata. Jika ia dan gurunya telah membicarakan semuanya, ia akan mengerti dengan lebih baik apa yang sedang diucapkannya. Banyak kali setelah pembicaraan pendek dengan guru, maka anak akan merasa lebih tenang, dan akan berdoa sendiri.
Ajukan pertanyaan lain kepadanya: Apa yang baru saja engkau lakukan? Apakah Yesus mengampuni dosa-dosamu? Bagaimana engkau tahu? Jika seseorang bertanya kepadamu apakah engkau seorang Kristen, bagaimana jawabmu?
Jikalau kemudian ia berkata, "Bagaimana engkau tahu?" Sarankan anak itu untuk menggunakan Alkitabnya ketika ia menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Ia dapat membawa Alkitabnya, yang merupakan sumber jawaban-jawaban ini, sedangkan gurunya tidak selalu mendampingi untuk membantunya.
Apabila seorang anak menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya, pekerjaan guru belum selesai. Suatu pekerjaan besar baru saja dimulai. Anak tersebut perlu diberi pelajaran. Ia harus dikunjungi. Ia perlu belajar berdoa, membaca Alkitabnya, dan menjalani kehidupan yang berkenan pada Allah.
Jangan menyuruh anak yang baru menerima Kristus pergi dengan kata-kata, "Sekarang engkau adalah seorang Kristen. Engkau harus berdoa dan membaca Alkitabmu setiap hari." Rasul Paulus bahkan tidak memperlakukan orang dewasa dengan begitu enteng. Rasul Paulus menulis kepada mereka; ia berdoa bagi mereka; ia mengajar mereka; ia mengutus orang-orang lain mengunjungi mereka; ia sendiri pergi mengunjungi mereka. (contoh, Filipi 1:4; 2:12-23.)
Anak itu memerlukan seseorang untuk membantu dia dalam menghafal ayat Kitab Suci, untuk berdoa bersamanya, untuk kadang-kadang bertanya kepadanya, "Apa yang engkau baca dalam Alkitab hari ini?" atau "Apa yang engkau lakukan hari ini untuk menunjukkan bahwa engkau mengasihi Yesus?"
Anak itu memerlukan seseorang yang menunjukkan kepadanya apa yang harus dibaca di dalam Alkitab. Mungkin ia akan mulai dengan beberapa cerita Alkitab kesayangannya. Karena sebelumnya ia telah mengenal cerita-cerita itu, maka lebih mudah baginya untuk membaca dan memahaminya.
Ada orang yang mengatakan, "Anak itu sekarang sudah menjadi Kristen. Ia dapat dipercayakan kepada Allah, karena sekarang dia dibimbing oleh Roh Kudus." Memang, orang Kristen akan dibimbing oleh Roh Kudus, tetapi firman Allahlah yang dipakai oleh Roh Kudus untuk membimbing orang percaya. Jikalau seseorang tidak mengetahui apa yang dikatakan Alkitab, maka sukar baginya untuk hidup menurut ajaran-ajaran Alkitab itu.
Guru juga harus berdoa bagi anak yang telah menerima Kristus. Anak itu memerlukan seseorang untuk berdoa tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya; mungkin orang-orang lain dalam keluarganya bukan Kristen; ia memerlukan seseorang untuk berdoa bagi mereka.
Pelayanan tindak lanjut terhadap seorang anak tidak boleh dianggap enteng. Jika orang Kristen baru itu akan mengikuti nasihat yang tertulis dalam Kolose 2:6, yaitu "Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita, karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia," maka guru yang memenangkan dia harus memikul tanggung jawab untuk melakukan apa yang tersirat di dalam Kolose 2:7. Guru itu harus mengajar petobat baru itu agar ia dapat berakar dan teguh dalam Kristus.
Perhatikan tanggung jawab yang disebutkan dalam ayat di atas dan dalam ayat berikut, "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus" (Kolose 2:7-8).
Bagaimana anak yang baru menjadi Kristen itu dapat berakar di dalam dan dibangun di atas Kristus jika ia tidak diajar? Bagaimana hatinya dapat melimpah dengan syukur jika ia tidak diajar? Bagaimana ia akan mengenal filsafat dan kepalsuan dunia ini jika ia tidak diajar? Bagaimana ia akan tahu bahwa tindakan, perkataan, dan pikirannya menurut Kristus jika ia tidak diajar? Siapa yang akan mengajar?
Ada banyak bagian dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa jalan Allah, yaitu jalan yang diikuti rasul Paulus, untuk menjangkau orang-orang lain bagi Kristus, bukanlah jenis penginjilan "memenangkan mereka dan meninggalkan mereka." (Jika filsafat semacam itu dipakai Paulus, maka kita tidak akan memiliki surat-surat kiriman Perjanjian Baru!) Beranikah kita memunyai sikap yang berlainan dari Paulus terhadap orang-orang yang menerima Kristus dalam pelayanan kita?
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK