Skip to main content

Di dalam Alkitab Ibrani dan Yunani, Allah secara terus menerus digambarkan dalam peran-Nya sebagai Bapa. Namun, belas kasihan-Nya tidak hanya disamakan dengan kasih sayang seorang ayah kepada anak-anaknya (Mazmur 103:13), tetapi juga kasih sayang seorang ibu kepada bayinya yang sedang menyusu (Yesaya 49:15). Orang tua yang penuh kasih adalah salah satu peran utama yang dilakukan oleh Pribadi yang sempurna ini. Maka, siapa yang lebih baik untuk dijadikan panutan dalam hal pengasuhan yang efektif dan penuh kasih sebagai orang tua?

Tentu saja tidak ada yang lebih mengetahui kebutuhan kita selain Sang Pencipta kita sendiri. Alkitab berbicara tentang Pribadi yang siap dan bersedia untuk menyediakan segala kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, atau pakaian (Matius 6:25-33). Namun, bagaimana dengan kebutuhan emosional kita? Benar, di sana juga Allah menunjukkan sesuatu yang dapat disebut sebagai penyelarasan, pemahaman yang tajam, dan reaktivitas terhadap emosi kita. Ia merespons dengan belas kasihan terhadap tangisan dan erangan umat-Nya (Keluaran 3:9; Hakim-hakim 2:18). Belas kasihan yang berakar pada pemahaman yang realistis akan keterbatasan alamiah anak-anak-Nya: "Seperti seorang ayah menyayangi anak-anaknya, demikian juga TUHAN menyayangi orang-orang yang takut akan Dia. Sebab, Dia tahu penciptaan kita; Dia ingat bahwa kita adalah debu." (Mazmur 103:13-14, AYT).


Kita dapat membayangkan tongkat gembala yang digunakan bukan untuk memukul, tetapi lebih sering mengarahkan — menghalangi jalan yang salah dan membiarkan jalan yang benar terbuka.
 

Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Allah membiarkan ketidaktaatan yang terus-menerus. Anak-anak-Nya harus mendapatkan pengajaran dan pelatihan yang tepat, "Sebab, TUHAN MENEGUR orang yang Dia kasihi, sama seperti seorang ayah terhadap anak yang dikasihinya" (Amsal 3:12, AYT). Memang, hal yang sangat penting bagi perkembangan seorang anak adalah pengajaran dan disiplin yang benar dan efektif. Amsal 22:6 mendorong orang tua untuk "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya, dia tidak akan menyimpang dari jalan itu." (AYT) Jelaslah bahwa pengajaran semacam itu harus dimulai sejak dini. Selain itu, perlu dicatat bahwa kata Ibrani dalam Alkitab yang mendasari kata "melatih" memiliki konotasi mempersempit atau membatasi. Kita dapat membayangkan tongkat gembala yang digunakan bukan untuk memukul, tetapi lebih sering mengarahkan — menghalangi jalan yang salah dan membiarkan jalan yang benar terbuka.

Gambar: gambar

Bimbingan yang lembut dan selaras seperti itu tercermin dalam deskripsi nabi Yesaya tentang petunjuk yang pada akhirnya akan Allah sediakan bagi semua orang: "Dia tentu akan bermurah hati kepadamu karena mendengar suara seruanmu. Ketika Dia mendengarnya, Dia akan menjawabmu.... Telingamu akan mendengar perkataan di belakangmu, "Inilah jalannya, berjalanlah di atasnya" setiap kali kamu menyimpang ke kanan atau ke kiri." (Yesaya 30:19b, 21, AYT). Gambarannya hampir seperti sebuah bisikan yang memberi semangat. Ini adalah pendekatan yang indah — dan yang dapat menginspirasi kita.

Dengan menetapkan dan menegakkan batasan-batasan yang benar, kita mendorong keselarasan dengan instruksi rasul Paulus dalam Efesus 6:1 (AYT): "Anak-anak, taatilah orang tuamu dalam Tuhan karena ini adalah hal yang benar." Dengan melakukan hal tersebut dengan cara yang meniru sikap Bapa rohani kita, kita memerhatikan pemikiran selanjutnya dalam ayat 4 (AYT): "Bapak-bapak, janganlah memicu anak-anakmu untuk menjadi marah, tetapi besarkanlah mereka dalam disiplin dan nasihat Tuhan." (t/Jing-jing)

Diambil dari:

Nama situs

:

Foundations

Alamat artikel

:

https://foundations.vision.org/god-as-role-model-for-the-perfect-parent-163

Judul asli artikel

:

The Perfect Parent

Penulis artikel

:

Scott Hulme

Jenis Bahan PEPAK
Situs