"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6).
Janji ini merupakan pernyataan Kitab Suci tentang prinsip dari semua pendidikan. Didikan (pelatihan) terhadap anak dapat menentukan kehidupannya kelak. Ketika keyakinan ini diangkat menjadi kepercayaan kepada Allah dan janji-janji-Nya, maka keyakinan ini menjadi jaminan bahwa asuhan orangtua tidaklah sia-sia dalam Tuhan. Segalanya tergantung pada pandangan yang benar tentang "jalan yang harus diambil seorang anak". Hanya setelah itulah pelatihan dapat berhasil dengan jaminan akan penggenapan indah janji itu.
Telah banyak kegagalan dalam didikan religius sehingga banyak orangtua ragu apakah prinsip seperti ini dapat dianggap sebagai kebenaran yang pasti dalam segala situasi. Dengan keraguan seperti ini, kita meremehkan perjanjian Allah. Maka dari itu, mari kita percaya bahwa kegagalan merupakan kesalahan manusia. Entah orangtua tidak menetapkan "jalan yang diambil seorang anak" sebagai satu-satunya tujuan mendidik anak, entah cara mendidik yang tidak sesuai dengan perintah firman Allah. Mari kita lihat apa yang diajarkan firman tentang poin-poin ini.
Jalan yang Perlu Diambilnya
Kita tidak ragu ke mana kita ingin anak Anda melangkah. Allah menyebutnya "jalan Tuhan" ketika Dia berbicara tentang Abraham yang melatih anak-anaknya. Acapkali kita mendengar istilah "berjalan di jalan-Nya", "ikut langkah-Nya", "ikut perintah-Nya". Jalan tersebut disebut jalan hikmat, jalan kebenaran, jalan suci, jalan kedamaian, jalan kehidupan. Ini adalah "jalan yang baru dan hidup" yang dibukakan oleh Kristus untuk semua orang yang berjalan mengikuti langkah-Nya. Kristus sendirilah sang Jalan. Kitab Suci mengatakan, "berjalanlah menurut Dia" (Kolose 2:6, TL).
Banyak orangtua Kristen tidak sabar ingin menyaksikan anak-anak mereka diselamatkan, tetapi mereka tidak memilihkan jalan ini untuk mereka. Mereka tidak memutuskan secara sadar bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang akan mereka lalui. Mereka mengira bahwa terlalu berlebihan jika mengharapkan anak-anak mereka mengambil jalan itu di masa yang masih belia. Alhasil, mereka tidak mendidik anak dengan cara demikian. Mereka tidak siap menganggap jalan ini sebagai tujuan utama mereka. Tujuan utama mereka bukanlah melatih orang-orang Kristen yang setia dengan sepenuh hati. Mereka tidak akan menyerahkan ketertarikan mereka terhadap dunia. Mereka tidak selalu menyiapkan diri mereka untuk mengambil jalan itu sebagai satu-satunya jalan dan benar-benar "jalan yang sempit". Mereka telah memilihnya, tetapi bukanlah sebagai suatu keputusan terakhir dan keputusan yang ekslusif. Mereka memunyai pikiran-pikiran mereka sendiri tentang jalan yang mereka dan anak mereka ambil. Tidak mengherankan walaupun penampilan rohani mereka yang hebat, pendidikan anak-anak mereka gagal. Kesalahan seperti ini sering berakibat fatal. Tidak boleh ada keraguan atau keengganan bahwa "Jalan Tuhan" harus sepenuh hati diterima sebagai satu-satunya "jalan yang harus diambil seorang anak".
Mendidik Seorang Anak
"Didiklah seorang anak dengan jalan yang perlu diambilnya." "Didik" adalah kata yang memiliki arti teramat penting untuk dimengerti oleh setiap guru dan orangtua. Bukan sekadar bercerita, bukan sekadar mengajarkan, bukan pula sekadar memberikan perintah, tetapi sesuatu yang lebih besar dari semua hal tersebut. Tanpa didikan, pengajaran, dan perintah acapkali mendatangkan celaka daripada kebaikan. Didikan tidak hanya memberitahu apa yang perlu dilakukan seorang anak, tetapi juga memberitahu cara melakukannya dan mengerjakannya sampai selesai. Orangtua perlu memerhatikan bahwa nasihat atau perintah ini perlu terus dilatih dan diserap sebagai kebiasaan.
Kita dapat memahami dengan mudah apa yang diperlukan untuk mendidik seorang anak dengan memerhatikan cara melatih seekor anak kuda. Kuda yang masih muda dilatih untuk menyerahkan diri kepada kehendak tuannya, sampai pada akhirnya kuda itu memiliki keharmonisan yang sempurna dan taat hingga pada kehendak terkecil tuannya. Kuda itu diarahkan dan dilatih dengan sangat hati-hati untuk melakukan yang benar, sampai hal itu menjadi kebiasaan, sesuatu yang alamiah! Sifat liarnya sendiri ditahan dan dihentikan dengan paksa jika perlu. Kuda didorong dan dibantu untuk benar-benar menggunakan tenaga-tenaganya untuk tunduk kepada perintah tuannya. Walaupun demikian, semuanya hal itu sebenarnya dilakukan untuk membuat kuda itu berani dan bertenaga! Sang pelatih siap, sesulit apa pun, untuk membantu kuda-kudanya. Dia akan melakukan segalanya agar mereka tidak kehilangan kepercayaan diri atau kalah oleh oleh kesulitan-kesulitan yang harus mereka hadapi. Melihat prosedur ini, saya seringkali berpikir, "Jika saja orangtua mau menerapkan pengasuhan semacam ini dalam mendidik anak-anak mereka mengenai jalan yang harus mereka ambil!"
Didikan dapat didefinisikan sebagai berikut: membiasakan anak-anak agar dengan dan mudah taat melakukan perintah-perintah orangtua. Bertindak, bertindak dari kebiasaan, bertindak dari pilihan -- inilah tujuan kita.
Tindakan dari Kebiasaan
Orangtua yang rindu untuk mendidik anak tidak hanya menyuruh atau memerintah, tetapi menunggu hingga anak-anak menyelesaikannya. Karena mengetahui betapa ceroboh dan plin-plannya sifat seorang anak, orangtua perlu mendorong sampai tugas itu, dengan penyangkalan diri, dilaksanakan. Akan tetapi, orangtua perlu berhati-hati agar tidak terburu-buru memberikan terlalu banyak perintah. Orangtua perlu memulai dengan perintah-perintah yang dapat dikerjakan dengan mudah. Dengan demikian, anak tidak menganggap bahwa ketaatan itu berhubungan dengan hal yang tidak menyenangkan atau hal yang mustahil. Orangtua dapat melakukannya atas dasar otoritas maupun kasih, tugas ataupun kepuasan. Yang paling penting, orang harus mengamati anak tersebut berjuang. Orangtua perlu menemani sampai oleh kehendak dari anak itu sendiri perintah tersebut dilaksanakan.
Ini adalah satu elemen didikan. Kesuksesan dalam pendidikan lebih bergantung pada membentuk kebiasaan daripada menanam peraturan. Apa yang dilakukan anak sekali atau dua kali perlu dilakukannya lagi dan lagi, sampai tindakan tersebut menjadi tindakan yang biasa dan alami. Sikap tersebut perlu menjadi sangat alami hingga dia merasa aneh jika tidak melakukannya. Kemalasan dan sikap melawan dapat timbul dan memutuskan kebiasaan yang sedang berkembang. Orangtua [harus] menyimak dengan diam-diam. Ketika ada ancaman kemunduran, orangtua perlu turun tangan untuk menolong dan memastikan sampai kebiasaan baik sudah dikuasai anak. Anak dibiasakan mematuhi satu perintah lalu satu perintah lagi hingga anak terbiasa melakukan kehendak orangtua. Dengan cara ini, kebiasaan taat dibentuk dan menjadi akar kebiasaan lain.
Tindakan dari Pilihan
Tindakan ini merupakan tujuan yang lebih besar karena inilah tujuan sejati dari pendidikan. Anda mungkin memunyai anak-anak yang baik dan taat, yang jarang melawan didikan Anda. Akan tetapi, ketika ditinggalkan sendiri kelak, mereka akan terlepas dari jalan yang Anda latih. Didikan tersebut memiliki cacat karena orangtua sudah merasa cukup senang mengajarkan kebiasaan tanpa mengajarkan prinsip. Pelatihan anak kuda pun belum selesai sampai kuda itu merasa senang, bersukacita, dan bersemangat dalam mengerjakan tugas itu.
Tujuan pendidikan adalah melatih kemauan. Awalnya adalah "ketaatan", kemudian orangtua perlu memimpin anak-anak memasuki "kebebasan". Dua hal yang jelas bertentangan ini perlu diharmoniskan dengan latihan. Anak-anak perlu dilatih untuk memilih dan berkehendak sesuai apa yang dikehendaki orangtuanya dan untuk menemukan kebahagiaan dalam ketaatan terhadap perintah orangtua. Ini merupakan seni tertinggi dan kesulitan sesungguhnya saat mendidik anak untuk memilih jalannya.
Di sinilah janji anugerah Allah tersebut menjadi efektif. Tidak ada pikiran yang dapat mengerti keajaiban interaksi antara interaksi pekerjaan Allah dan pekerjaan kita dalam keselamatan anak-anak kita. Akan tetapi, kita tidak perlu mengerti untuk meyakininya. Kita dapat bergantung kepada kesetiaan Allah. Orangtua yang percaya tidak hanya berusaha mengasah kebiasaan-kebiasaan untuk taat, tetapi juga berdoa dan beriman untuk membantu menguatkan kehendak anak dalam cara Tuhan. Dengan demikian, dia mengharapkan pekerjaan Roh Kudus dari Allah untuk melakukan apa yang dapat dilakukan Allah saja.
Dalam perjanjian dengan Allah, orangtua perlu mencari jalan untuk melatih kehendak anak. Kehendaknya dibuat menurut gambaran kehendak Allah, tetapi sekarang berada di bawah kekuatan dosa. Orangtua mengharapkan hikmat Allah untuk membimbingnya. Orangtua bergantung kepada kekuatan ajaib Allah untuk bekerja dengan dan untuknya. Orang tua percaya akan kesetiaan Allah yang menggenapi dan menyempurnakan firman-Nya, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
Doa Orangtua
"Allah Bapa, berikanlah saya roh hikmat agar saya dapat mengerti sifat luar biasa dari roh anak saya yang kekal. Berikan saya hikmat agar saya mengetahui jalan yang perlu diambilnya untuk mengikuti langkah-Mu. Biarkan saya juga berjalan di dalam jalan-Mu sehingga dia dapat belajar dari saya, bahwa tidak ada jalan lain untuk menyenangkan-Mu dan tidak ada jalan lain yang dapat memberikan kami kepuasan sejati. Berikan saya hikmat, agar saya tahu bagaimana membimbing dan memengaruhi kehendak anak saya agar dia dapat memberikan dirinya pertama-tama untuk kehendak saya dan kemudian hanya kehendak-Mu dan selalu jalan-Mu saja yang dipilihnya. Bapa, berikan saya hikmat untuk melatih anak saya tentang jalan yang perlu diambilnya, dan juga jalan Tuhan. Amin." (t/Uly)
Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK