Sejak kapankah anak-anak dapat dikenalkan kepada Allah? Disadari atau tidak, mereka sudah dapat dikenalkan kepada Allah sejak usia mereka 0 bulan. Karena itu, para Pelayan Anak seharusnya tidak perlu ragu-ragu untuk mengadakan kelas sekolah minggu untuk bayi.
Untuk menambah informasi akan pentingnya pelayanan untuk para bayi, sajian perdana di minggu pertama bulan Juli 2009 ini menghadirkan topik "Pentingnya Kelas Bayi dalam Sekolah Minggu". Harapan kami, sajian tersebut dapat membakar semangat
Pernahkah Saudara bertanya-tanya mengapa Allah memilih untuk menciptakan orang-orang dewasa melalui masa bayi, masa kanak-kanak, dan masa remaja yang nampaknya tidak menghasilkan sesuatu? Pastilah Allah yang Mahakuasa dapat merencanakan satu metode pembiakan yang lebih efisien untuk umat manusia.
Namun, memang seperti itulah rencana-Nya. Dengan jelas, Alkitab menunjukkan bahwa tahun-tahun persiapan ini sangat berguna, bahkan masa bayi yang tak berdaya itu.
Tidak pernah ada usia yang terlalu dini untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak, bahkan kepada bayi sekalipun. Menunggu hingga anak menjadi besar, berarti melewatkan kesempatan yang sangat berharga untuk menaburkan benih iman kepada anak-anak. Bayi memang belum bisa bicara, ia juga belum bisa membaca, menyanyi, dan duduk manis seperti layaknya anak-anak yang lebih besar yang sudah sekolah. Bagi sebagian orang dewasa, bayi adalah makhluk yang mengerikan.
Sebelum mengajar bayi, Pelayan Anak perlu tahu lebih banyak mengenai dunia bayi. Karena itu, berikut kami bagikan beberapa artikel yang dapat menambah pengetahuan Pelayan Anak tentang dunia bayi. Mari memberi diri untuk melayani anak-anak sejak dini bagi Kristus.
Memahami Bayi ==> http://pepak.sabda.org/memahami_bayi
Bayi Super, Balita Jenius untuk Siapa? ==> http://indonesia-educenter.net/
Sebelum mengajar bayi, Pelayan Anak perlu tahu lebih banyak mengenai dunia bayi.
Permainan Ci Luuk Baa sebenarnya mengajarkan pada bayi bahwa benda yang hilang dari pengamatannya bukan berarti benar-benar hilang, benda tersebut akan dapat dilihatnya kembali atau dapat muncul kembali.
Contoh tema: Terima Kasih Tuhan untuk Makananku (Mainanku) Bahan: selimut, berbagai buah segar (atau mainan bayi)
Cara: Awali dengan memberikan beragam buah segar (atau mainan bayi) untuk dilihat, dipegang, dan (mungkin) dicicipi oleh bayi.