Seorang guru SM baru dapat dikatakan guru yang bertanggung jawab apabila dia sudah dengan sepenuh hati melaksanakan kewajiban- kewajibannya. Adapun tujuh kewajiban yang dituntut dari seorang guru SM adalah sebagai berikut:
1. Mengajar (Teaching)
Yang disebut "mengajar" adalah suatu proses belajar mengajar (Teaching-Learning Proccess). Di dalam proses mengajar dan belajar, guru harus dapat mewujudkan suatu perubahan dalam diri murid, misalnya perubahan dalam pengetahuan, sikap maupun tingkah laku. Bila tidak terjadi proses perubahan, berarti telah terjadi ketidakberesan/kesalahan dalam proses mengajarnya. Melalui Alkitab Paulus menyebutkan, dalam kehidupannya sebagai pengajar, ia sanggup mewujudkan perubahan atas diri orang lain: yang tadinya tidak percaya menjadi percaya; juga perubahan pada pengetahuan: yang tadinya tidak memahami kebenaran berubah menjadi memahami kebenaran.
2. Menggembalakan (Shepherding)
Nabi Yehezkiel menegur gembala pada zaman itu yang tidak menunaikan kewajiban mereka. Hal itu merupakan suatu perbedaan yang nyata, bila dibandingkan dengan Tuhan Yesus, gembala yang baik itu. Guru SM harus meneladani Yesus dalam menggembalakan domba-domba kecil dengan sepenuh hati. Seorang gembala yang baik harus mempunyai hati yang rela berkorban, meskipun menghadapi kesulitan juga tidak akan meninggalkan dan membiarkan domba- dombanya; ia harus mengenal setiap dombanya, juga bersedia membawa domba yang berada di luar untuk masuk ke kandangnya; ia pun wajib untuk menyediakan dan mencukupi segala kebutuhan dombanya, termasuk kebutuhan intelektual, emosi, mental, dan rohani.
3. Kebapaan (Fathering)
Paulus berkata, "Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus Yesus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu." Banyak kali seorang guru dapat mendidik dan menegur orang, namun sedikit di antara mereka yang dapat memeluk, membesarkan, dan memperhatikan murid didiknya dalam Injil, seperti yang layaknya dilakukan oleh seorang bapa terhadap anak kandungnya. Seorang guru bukan hanya dapat menggurui, tapi juga harus memiliki hati seorang bapa.
4. Memberikan Teladan (Modeling)
Paulus, selaku guru, sering kali dengan berani menuntut orang Kristen untuk meneladaninya sebagaimana ia telah meneladani Kristus. Paulus menasihati Timotius, "Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." Seorang guru akan mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap muridnya karena murid mudah sekali meniru tutur kata dan tingkah laku gurunya. Oleh karena itu, seorang guru perlu selalu memperhatikan dirinya sendiri apakah ia sudah menjadi teladan yang baik bagi muridnya.
5. Menginjil (Evangelizing)
Selaku guru, Paulus mengajar orang untuk percaya Kristus; demikian juga sasaran yang terutama dari seorang guru Sekolah Minggu adalah mengajar muridnya untuk menerima Injil. Mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran, tetapi yang lebih penting adalah memberitakan Injil, supaya jiwa mereka diselamatkan.
6. Mendoakan (Praying)
Kewajiban lain dari seorang guru adalah mendoakan muridnya, mendoakan mereka satu per satu dengan menyebut nama dan sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Karena setiap murid mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda, demikian juga sekolah dan masyarakat yang menjadi tempat pergaulan mereka mempunyai segi- segi keruwetan yang berlainan. Sebab itu mereka membutuhkan pertolongan Allah; apalagi soal pembinaan hidup bukanlah hal yang dapat dicapai hanya oleh kemampuan dan hikmat manusia saja. Itulah juga sebabnya guru harus mengajar melalui kuasa doa, agar Roh Kudus dapat bekerja dalam hati murid dengan leluasa.
7. Meraih Kesempatan (Catching)
Satu kewajiban lagi yang harus dipenuhi oleh guru adalah meraih kesempatan. Setiap manusia hidup dalam kekekalan, dan kesempatan yang hanya sekejap dalam kekekalan itu telah dipaparkan Allah di hadapan guru. Bila guru SM sanggup memanfaatkannya, mungkin hanya melalui sepatah kata atau satu sikap, mungkin juga melalui doa syafaat, akan memberikan pengaruh yang berharga bagi muridnya. Oleh sebab itu, guru SM harus dapat meraih setiap kesempatan yang ada, sebagaimana perkataan Paulus yang berbunyi: "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran".
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK