PENGERTIAN TENTANG ANAK AGRESIF
Sifat agresif (suka menyerang) ialah melakukan suatu tindakan kekerasan untuk melukai orang dalam kemarahannya. Biasa dilakukan dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. Pada umumnya, seorang anak tidak mungkin dengan sengaja ingin melukai orang lain, kalau bukan karena emosinya. Anak yang melakukan kekerasan seperti ini adalah anak yang mau menang sendiri, karena demi mencapai keinginannya tidak lagi memperhatikan hak orang lain. Kadang mereka bersikap tidak peduli dengan sekolahnya sehingga setiap hari ia bertengkar dan membuat masalah. Suatu penyelidikan membuktikan bahwa anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan agresif ketimbang anak perempuan sejak masa kecilnya. Tindakan agresif tidak sama dengan perasaan agresif. Tindakan agresif lebih bersifat mencari permusuhan, sedangkan perasaan agresif lebih menonjolkan pada sifat marah yang tidak dapat dikendalikan. Mungkin benar bahwa amarah tidak dapat dikendalikan, tetapi tetap harus diupayakan untuk dikendalikan.
PENYEBAB MASALAH
Sulit ditemukan masalahnya sebab banyak yang bisa menjadi penyebab anak melakukan tindakan agresif, tetapi secara umum disebabkan hal- hal berikut ini:
1. Meniru orangtua.
Misalkan seorang anak berusia 10 tahun melempar sebuah botol ke
ibunya sebab ia pernah melihat ayahnya melakukan hal yang sama
dan ia hanya mengulangi apa yang pernah dilakukan orangtuanya.
2. Orangtua membiarkan.
Cara hidup yang tidak beraturan atau terlalu dimanja orangtua
dapat membuat anak suka menyerang, misalnya: orangtua tidak
menegur anak ketika memukul orang, dan hanya berkata, "Jangan,
Sayang!" Anak segera tahu bahwa orangtuanya merasa tidak apa-apa
dan memberi kesempatan bagi dia mengulangi perbuatannya, bahkan
lebih menjadi-jadi. Bagi anak, bila orangtua tidak menghukum, itu
berarti mengizinkan dia bertindak lagi.
3. Akibat acara-acara teve.
Orangtua perlu mendampingi anak dalam memilih acara teve, bila
anak dibiarkan setiap hari berjam-jam lamanya menonton adegan-
adegan keras dalam film-film silat atau perang, maka
dikhawatirkan itu akan mempengaruhi anak. Memang melalui
penyelidikan belum dapat dibuktikan bahwa dari acara-acara di
teve dapat menyebabkan anak melakukan tindakan agresif, tetapi
sedikit banyak sudah mempengaruhi perilaku anak.
4. Memendam perasaan marah.
Mencegah atau melarang anak melampiaskan amarahnya hanya akan
mengakibatkan ia memendam perasaan marah itu. Mula-mula tidak
diketahui, sebab kelihatannya secara lahiriah ia baik dan sopan,
tetapi karena tidak dapat melampiaskan emosi amarahnya dan juga
karena sudah tertimbun lama di dalam hatinya, maka pada waktunya
perasaan itu meledak dan terlampiaskan melalui tindak
penyerangan.
5. Dengan kejam menghadapi kekejaman.
Menghukum kekasaran anak itu dapat dibenarkan, tetapi bukan
dengan memukulnya secara kasar. Hal itu akan berakibat
kebalikannya, yaitu anak meniru kelakuan orang dewasa. Apabila
orangtua menghukum dengan menganiaya, maka anak akan belajar
untuk menganiaya orang lain sebagai balasan pelampiasannya.
Hindari hukuman yang bisa mengakibatkan anak juga terdorong untuk
melakukan hal yang sama terhadap orang lain.
PENYELESAIAN MASALAH
Dari penyebab masalah anak yang suka menyerang di atas, orangtua harus mengupayakan cara pencegahan, dengan menghindari dan menyembuhkan masalah perilaku tersebut. Langkah berikut ini diharapkan dapat menolong mengurangi perilaku anak yang agresif dan suka menyerang.
1. Membangun diri sebagai model/contoh.
Apabila kelakuan anak itu disebabkan karena meniru orang dewasa
yang suka memaki, orangtua yang suka memukul atau guru yang
agresif, maka sebaiknya dilakukan introspeksi diri. Dengan
menjaga serta membangun diri menjadi teladan yang baik, akan
menolong anak mengatasi perilakunya itu.
2. Menasihati dengan benar.
Disiplin di dalam rumah tangga harus dipertegas untuk membantu
anak mengendalikan diri agar tidak bertindak sewenang-wenang.
Sebenarnya anak yang suka menyerang ini mempunyai rasa takut yang
amat kuat dalam dirinya. Apalagi ketika anak melempari ibunya
dengan sebuah botol, ia amat ketakutan dan segera mencari
pertolongan dari gurunya untuk membantu mengatasi pergumulan
emosinya itu. Ia akan berkata, "Ketika saya marah dan melempar
ibu dengan botol, saya amat ketakutan, apa yang terjadi bila saya
benar-benar marah dan mencekik ibu, saya terlalu takut
membayangkannya. Anak memerlukan bantuan orang lain dalam
mengatasi ketidakmampuan mengendalikan dirinya. Ia membutuhkan
nasihat dan ajaran yang benar.
3. Membatasi tontonan beradegan keras.
Bila anak memiliki kecenderungan bertindak agresif dan suka
menyerang, orangtua perlu dengan bijaksana mendampingi anak dalam
memilih acara tontonan di teve. Sebaiknya kepada anak hanya
diperbolehkan menonton acara atau film yang sesuai untuk anak.
Kecenderungan sifat manusia adalah pada hal-hal yang berdosa dan
jahat sehingga anak sangat mudah dipengaruhi untuk meniru apa
yang dilihatnya. Larangan untuk jangan melakukan kekerasan atau
melukai orang lain bukanlah suatu ajaran yang baru. Dalam Alkitab
ada banyak contoh orang-orang yang berbuat seperti itu. Demikian
juga melalui drama dari Shakespeare, atau dongeng yang
menceritakan binatang aneh yang memakan manusia. Oleh sebab itu,
tanggapilah masalah ini dengan sikap yang wajar dan tenang. Yang
kita lakukan hanyalah usaha membatasi acara tontonan anak di
teve.
4. Tanamkan kebenaran bahwa tidak memiliki musuh itu adalah kasih.
Cara yang paling baik untuk mencegah anak melakukan kekerasan
adalah dengan "kasih". Anak yang sejak kecil terampas kasih
sayangnya akan merasa mempunyai banyak musuh dan ia akan
melakukan banyak kekerasan. Seorang pembunuh atau yang suka
melukai orang lain, jiwanya sakit dan gelisah. Mereka dapat
melakukan kejahatan itu karena tidak menikmati kehangatan kasih.
Menghadapi anak yang berperilaku demikian hanya ada satu cara,
yaitu dengan mengasihi dan menyayanginya. Daripada membuang waktu
untuk mencegah anak terpengaruh, lebih baik menyediakan waktu
untuk meningkatkan hubungan dengannya. Dengan demikian kita
mengalihkan perhatian mereka untuk bisa memperhatikan dan
berbelas kasihan kepada orang lain. Anak yang dibesarkan dalam
kasih akan memiliki jiwa yang sehat, hati yang penuh damai
terhadap orang lain, dan tidak pernah memendam perasaan dendam
kepada siapa pun.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK