Bahan Alkitab:
Tujuan Khusus:
Anak dapat:
Ayat Hafalan:
"Barangsiapa berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan."
Materi Pelajaran:
UNTUK GURU
Renungan:
Dengan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, mulailah kini suatu jaman baru yaitu di mana kuasa Roh ada di dunia ini. Apa yang mencirikan adanya jaman baru ini?
Peristiwa Pentakosta ditandai dengan banyaknya dan beragamnya bahasa yang digunakan oleh para murid. Orang banyak yang menyaksikan peristiwa ini tercengang karena para rasul dapat menggunakan bahasa yang juga mereka pahami.
"Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri kita? Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?" Begitulah yang diucapkan oleh orang banyak tatkala mereka menyaksikan para murid berbicara dalam beragam bahasa.
Pentakosta sekali lagi menjadi bukti apa yang dijanjikan Tuhan Yesus sebelum Ia kembali kepada Bapa-Nya. Pentakosta membuat banyak orang membuka mata dan hatinya pada pemberitaan tentang perbuatan Allah yang nyata dalam Yesus Kristus. Adakah peristiwa Pentakosta itu juga membuat mata dan hati kita mau terbuka menerima pemberitaan tentang perbuatan Allah?
UNTUK ANAK
Cerita Pendahuluan:
Di tepi jalan dekat sebuah perhentian bis, ada sebuah panti asuhan anak. Itulah tempat penampungan/penitipan anak- anak yang tidak lagi mempunyai orangtua, atau mereka yang tidak lagi mendapat perhatian dari keluarganya.
Teng ... teng ... teng .... Bunyi bel tanda makan terdengar. Satu persatu pintu kamar terbuka, lalu anggota-anggota panti asuhan itu bergegas keluar menuju ruang makan. Masing-masing menempati kursi- kursi yang telah tersedia.
Kali ini kelompok kamar 3 bertugas melayani makan. Mereka sibuk di dapur menyiapkan sendok, piring dan hidangan makan siang. Suasana di ruang makan itu menjadi ribut. Masing-masing anak berbicara dan bercanda dengan temannya. Kecuali satu anak yang duduk diam sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak ikut bercanda bersama teman temannya. Hanya sekali-sekali ia mengangkat kepalanya, memperhatikan kawan-kawannya.
Akhirnya tibalah saat makan siang dimulai. Ibu pimpinan panti asuhan meminta Dora memimpin: teman-temannya berdoa bersama. Dora tersenyum dengan bangga karena siang ini ia mendapat kesempatan memimpin doa bersama. "Teman-teman, mari kita ber ....
Belum selesai Dora berkata, tiba-tiba ada suara dari barisan kiri, "Hai Kirana, sekarang waktunya berdoa; jangan tidur!"
"Grrrr ...." Gara-gara teriakan Tati, semua anak yang tadinya sudah siap berdoa jadi menertawakan gadis yang bernama Kirana.
"Sudah! Ayo, sekarang kita kembali siap berdoa. Dora, kamu segera memimpin doa," tegur Ibu pimpinan panti asuhan.
Maka Dora pun mulai berdoa, "Terima kasih Tuhan atas berkat-Mu hari ini. Terima kasih kami boleh mendapat kekuatan tubuh dari makanan yang Engkau berikan hari ini, sehingga pekerjaan yang kami harus lakukan boleh kami selesaikan karena tenaga yang Engkau beri melalui makanan ini. Amin."
Sebentar saja semua anak selesai makan. Kelompok kamar 4 bertugas membersihkan meja makan dan mencuci piring. Kirana, gadis pendiam itu adalah anggota kelompok kamar 4. Dengan demikian dia juga harus bertugas membereskan perlengkapan makan siang itu.
"Hai dungu, cepat bawa piring-piring kotor itu ke belakang!" perintah Tati, anak kelompok kamar 4 juga. Bergegas Kirana menyusun piring-piring kotor dan membawanya ke belakang.
Dora memperhatikan sikap kedua temannya yang kelihatan tidak bersahabat itu. Dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Tati harus membenci Kirana? Bukankah Kirana itu anak baik? Kirana cuma pendiam dan tidak pandai bergaul.
Suasana di dapur cukup ramai. Suara sendok, garpu dan piring yang saling beradu membuat suasana semakin ramai. Sambil bekerja anak- anak kelompok 4 saling bercanda. Sementara Kirana seperti biasanya, cuma diam saja.
"Hey, kerjamu lambat sekali! Lihat, berapa piring, yang sudah kamu cuci dan berapa piring yang sudah aku cuci! Kamu sengaja berbuat begitu, supaya kamu cuma kerja sedikit, ya?" bentak Tati kepada Kirana.
Dituduh seperti itu, hati Kirana sedih sekali. Badannya, sampai gemetar menahan sedih. Akhirnya, piring yang dipegangnya lepas. Pranggg ... !!! Piring jatuh dan pecah! Kirana jadi gugup. Ia lalu lari meninggalkan dapur sambil menangis.
Mendengar laporan keributan di dapur, Ibu pimpinan panti asuhan lalu memanggil Kirana. Dora yang sejak tadi memperhatikan sikap Tati dan Kirana, mengintip dari balik jendela kamar Ibu pimpinan panti asuhan.
"Kamu harus hati-hati bila bekerja," kata Ibu pimpinan panti asuhan kepada Kirana. "Kamu tahu, alat- alat itu mahal harganya, bukan? Nah, sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka kamu harus mengganti piring yang kau pecahkan itu dengan piring baru."
Sementara itu di luar kamar pimpinan panti asuhan, hati Dora saling berbisik, "Ayo Dora, berbuatlah sesuatu! Bukankah engkau harus menolongnya? .... Tapi aku takut. Aku tidak berani menyampaikan apa yang kuketahui. Jangan-jangan nanti Tati dan teman-temannya akan memusuhiku. Iya, tapi kau harus menolongnya, Dora! Ya, harus! Oh, Tuhan tolong kuatkan langkah kakiku menuju ruangan itu, dan beri aku keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya."
Tok, tok, tok. Pintu diketuk. "Siapa itu?" tanya Ibu panti pimpinan asuhan.
"Dora, Bu," sahut Dora.
"Ya, silahkan masuk," kata Ibu pimpinan panti asuhan lagi.
Dengan hati berdebar-debar Dora menghadap Ibu itu. "Ada apa, Dora? Mengapa tiba-tiba engkau ingin bertemu denganku?" tanya Ibu itu lagi.
"Begini, Bu," kata Dora. "Ehm maksud saya ini, Bu. Begini ... Sejak siang tadi saya memperhatikan Tati dan Kirana. Saya melihat bahwa Tati seperti tidak menyukai Kirana. Setiap kali Kirana diejek oleh Tati, tapi Kirana diam saja. Sampai akhirnya tadi waktu mereka sedang mencuci piring, Tati kembali mengejek Kirana. Kali ini Tati bukan hanya mengejek tapi juga menuduh Kirana bekerja lambat-lambat agar dia hanya kerja sedikit. Dituduh begitu oleh Tati, saya lihat Kirana menjadi gugup, lalu piring yang sedang dicucinya terlepas dan jatuh sehingga pecah."
Ibu pimpinan panti asuhan terdiam sejenak. Setelah itu ia meminta Dora untuk memanggil Tati. Segera Dora keluar ruangan, mencari Tati. Waktu Tati menghadap pimpinan panti asuhan, Dora cuma menunggu di luar. Dari balik jendela Dora memperhatikan ketiga orang itu berbicara. Setelah itu Dora melihat Tati dan Kirana saling bersalaman, bahkan kemudian saling berpelukan.
Dari kejauhan Dora tersenyum. "Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan keberanian padaku untuk mengatakan sesuatu yang benar. Dan terlebih lagi karena Tati dan Kirana boleh berkawan lagi." Demikian doa Dora dalam hati.
Cerita Pentakosta:
Ceritakan dengan singkat kisah Pentakosta. Tekanan cerita pada murid-murid yang semula ketakutan tetapi kemudian berani bersaksi setelah menerima Roh Kudus. Mereka berani menegor siapa saja yang salah. Mereka berani berkata-kata mengenai Tuhan Yesus.
Begitu juga dengan Dora. Karena dipimpin Roh Kudus, ia berani mengatakan yang sebenarnya kepada Ibu pimpinan panti asuhan. Kita pun yakin bahwa Roh Tuhan menyertai kita sehingga kita berani mengatakan hal yang sebenarnya.
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK