Tuhan kita berjalan ke murid-murid-Nya dan berkata, "Ikutlah Aku." Dan mereka mengikutinya.
Tidak seperti pengumpulan kedua belas murid itu, perekrutan bukan sebuah proses yang demikian sederhana, langsung dan berhasil. Sekarang ini sukarelawan nampaknya sudah hampir punah. Mengapa orang-orang tidak mau melayani? Dimanakah orang-orang yang dapat mengerjakan program kita? Apa yang akan kita lakukan?
MEMPERKIRAKAN KEBUTUHAN DAN SUMBER-SUMBER
Langkah pertama yang harus dilakukan banyak gereja adalah memperkirakan kebutuhan anggota mereka dan menentukan berapa jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas tersebut secara baik dan teratur. Suatu tugas yang dilakukan dengan jumlah anggota minim dan dengan standar yang minim pula bukanlah tugas yang akan menghasilkan hasil yang cukup baik. Suatu gereja harus menentukan berapa pekerja yang dibutuhkan dan ketrampilan atau karakter macam apa yang harus mereka miliki. Perekrut harus mengobservasi keenam prosedur berikut ini sebelum mengangkat telepon atau memencet bel pintu untuk mencari sukarelawan.
Siapkan Daftar Tugas
Beberapa pekerja bosan karena mereka mendapatkan informasi awal
yang salah atau menjadi bingung dengan tanggung jawab mereka.
Perekrut harus memiliki daftar tugas tertulis untuk setiap posisi
yang akan diisi. Ini adalah prosedur standar dalam dunia bisnis,
dan sepertinya juga praktis untuk diterapkan ke organisasi
sukarela. Sejumlah gereja menggunakan metode tertulis: dalam hal
ini, sukarelawan dan para ahli pendidikan Kristen membuat
kesepakatan satu tahun -- datang ke gereja untuk menyediakan
pelatihan dan bahan-bahan yang cukup, dan memanggil pekerja untuk
memenuhi tanggung jawab khusus terhadap pelajar dan sesama
pekerja. Pada akhir periode tersebut, perjanjian dievaluasi dan
mungkin direvisi.
Ketika kebutuhan anggota telah ditentukan, kebutuhan tersebut harus diumumkan. Newsletter, majalah dinding, dan buletin-buletin semuanya dapat digunakan sebagai usaha untuk mencocokkan orang yang tepat dengan tugas tersebut. Rekrutmen yang sukses lebih dari sekedar "menutup lubang"; ya memang, mencocokkan orang dengan posisi yang melayani keduanya.
Kita ambil contoh seseorang yang diberi karunia dalam bidang administrasi. Seharusnya seorang perekrut yang berpengetahuan menempatkan orang tersebut dalam posisi kekuasaan di mana karunianya akan dibangun dan dipakai. Hasilnya? Jemaat diberkati dengan seorang pemimpin yang kompeten, dan pemimpin itu juga memiliki kesempatan untuk memuliakan Tuhan dengan talenta yang Tuhan berikan.
Menyaring Kandidat
Ketika para pemimpin gereja dan jemaat sadar akan kebutuhan itu,
tibalah waktu untuk mulai "menjadikan nol" dalam rangka
perekrutan potensi. Komite seleksi harus didirikan untuk
mengesahkan para pekerja yang potensial sebelum mereka dihubungi
oleh perekrut. Komite semacam ini mungkin hanya sebagai pelengkap
ketika ada posisi kosong yang mendesak untuk segera diisi. Dalam
kenyataannya, komite ini menjalankan berbagai fungsi penting. Di
antaranya adalah perlunya menyisihkan mereka yang pandangan
doktrinnya mungkin tidak cocok dengan gereja tersebut. Yang
lainnya, khususnya orang-orang Kristen baru, adalah yang tidak
memiliki kedewasaan rohani atau menguasai doktrin dasar yang
harus mereka miliki sebagai pemimpin.
Mengenali Para Calon Pekerja
Dibantu sebuah daftar calon pekerja, dilengkapi dengan salinan
dari daftar pekerja yang baru, dan didukung dengan persetujuan
oleh komite seleksi, perekrut siap untuk mengenalkan beberapa
calon pekerja.
Berikut ini beberapa peraturan bagi para perekrut:
Menindak Lanjuti Sukarelawan
Tugas untuk menyesuaikan posisi ideal bagi seseorang tidak
berhenti ketika orang yang direkrut tersebut mengatakan ya.
Beberapa perekrut yang menempatkan orang yang masih hijau ke
suatu posisi namun kemudian tidak memberi penanganan tindak
lanjut mungkin harus segera berpikir untuk mencari pengganti lagi
-- karena posisi tersebut akan kembali kosong dalam sebulan!
Orang yang baru direkrut seharusnya berada di bawah sayap orang
yang berpengalaman dan terlatih pada bidang yang diberikan untuk
dikerjakannya. Pemeriksaan berkala dan evaluasi performa kerja
merupakan pendorong yang baik. Kata-kata penyemangat, suasana
kerja, dan minat yang besar atas perkembangan pekerja baru akan
sangat membantu menjadikan pekerja betah.
Cari Tahu Mengapa Pegawai Berhenti
Ketika seorang pekerja siap untuk berhenti dari jabatannya, itu
mungkin karena tanggung jawab terhadap tugas itu telah selesai.
Di sisi lain, bisa juga karena energi dan kesabaran pekerja
tersebut telah habis. Dalam hal ini, adalah baik untuk melakukan
dan mengadakan suatu "exit interview". Ini adalah suatu
kesempatan baik bagi pekerja maupun supervisor untuk
memperbaharui daftar tugas dan mengevaluasi hasil kerja keduanya.
Apakah tanggung jawab mereka terlalu membebani? Apakah training
yang dilakukan mencukupi? Masih adakah kebutuhan untuk posisi
tersebut? Informasi ini sangat berguna dalam merencanakan
kebutuhan di masa yang akan datang.
Tetap Aktifkan Proses
Perekrutan adalah seperti keanggotaan -- boleh saja memiliki
pendorong yang kuat untuk sekarang dan selanjutnya, tetapi cara
terbaik untuk bertumbuh adalah dengan menyemangati semangat
sukarelawanan terus menerus. Pentingnya evaluasi; rencana;
perekrutan; latihan; evaluasi yang baru; rencana yang baru;
perekrutan baru; latihan baru. Ini merupakan suatu lingkaran.
Lingkaran ini terus berputar dan tugas ini tidak akan pernah ada
hentinya. Pemimpin gereja yang telah berhasil dalam melaksanakan
perekrutan adalah mereka yang tidak pernah menghentikan proses
menemukan pekerja yang potensial.
Pemimpin mungkin merasa mereka dapat mundur ketika mereka pikir dasar mereka terpenuhi, tetapi pemimpin tersebut pandai dalam menutup lubang mereka sendiri dengan orang-orang yang tidak terlatih dan yang segan yang harus ditekan untuk mengerjakan tugas yang akan mereka berikan pada kesempatan paling awal.
Meskipun menggunakan prinsip-prinsip yang sangat membantu ini, pemimpin yang harus merekrut sukarelawan tidak memiliki tugas yang mudah. Kadang-kadang orang yang mereka rekrut karena memiliki banyak potensi justru mengecewakan. Suatu peningkatan kehadiran di gereja yang nampaknya menggembar-gemborkan semangat kepada sukarelawan yang potensial mungkin hanya omong kosong. Kurangnya motivasi yang membuat frustasi diantara para anggota mungkin mulai mengecilkan hati perekrut itu sendiri.
Kita bisa mengikuti teladan Yesus: Dia berkata kepada murid- murid-Nya ketika pelayanan mereka baru dimulai: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Matius 9:37-38) (t/rat)
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK