Memuji dan menyembah Tuhan bersama dengan anak adalah kehendak
Tuhan. Pada masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru anak memuji
Tuhan. Firman Allah memberi kesaksian, bahwa dalam mulut bayi dan
anak-anak, Allah telah menaruh puji-pujian. Pujian itu diteruskan
oleh anak-anak di Bait Allah. Orang Farisi menjadi jengkel, karena
mereka berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" (Lihat:
"Lalu mereka berkata kepada-Nya: "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji- pujian?"" (MEMUJI KARENA KASIHMatius 21:16 )
Kasih kepada Allah adalah dasar pujian dan penyembahan yang benar. Kita diciptakan untuk mengasihi Allah. Hukum yang terutama dan yang pertama berbunyi:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Lukas 10:27 )
Memuji dan menyembah Allah senantiasa melibatkan seluruh eksistensi
anak. Hati yang menyembah Allah harus tulus ikhlas; Jiwa/emosi yang
menyembah Allah harus dalam kebenaran; Kekuatan/tubuh yang menyembah
Allah harus penuh gairah; Akal budi/intelek yang menyembah Allah
harus di dalam terang dan pimpinan Allah. Seluruh olah gerak dan
pola pikir manusia seharusnya merupakan ibadah kepada Allah.
(Lihat:
Seluruh eksistensi manusia merupakan suatu persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Meskipun demikian, kehadiran Allah di SM/tempat pertemuan ibadah memberikan suatu suasana khusus. Dalam suasana khusus seperti ini, anak dapat dibawa untuk memuji dan menyembah Allah.
Dalam keseluruhan penyelenggaraan suatu kebaktian, anak dibawa untuk
memuji dan menyembah Allah. Untuk itu guru/pemimpin dapat membimbing
dan mengarahkan anak sejak awal hingga akhir kebaktian untuk
menikmati hadirat Allah. Hadirat Allah dapat dirasakan dalam ibadah
yang penuh sukacita, tertib/terpimpin, dengan nyanyian syukur dan
puji-pujian. (Lihat:
Hati anak disiapkan pada saat nyanyian dan pujian pertama dinaikkan, hal-hal yang masih mengganggu dan memberatkan hati anak mulai hilang/dilupakan. Hati setiap anak disatukan di hadirat Tuhan dan mulai siap dan terbuka untuk Firman-Nya
Anak mengerti bahwa sesungguhnya hanya Allah yang patut disembah.
Pusat pujian dan penyembahan mereka adalah Allah yang hidup, bukan
manusia atau patung-patung dan berhala-berhala yang mati.
(Lihat:
Anak dilatih untuk menghormati ibadah dan kehadiran Allah dalam suatu kebaktian/SM. Anak dibawa untuk mengekspresikan kasih mereka kepada Allah dengan kata-kata doa/nyanyian.
Ada nyanyian yang menunjang pokok cerita. Dengan menyanyikan lagu tersebut anak-anak lebih mendalami pesan Firman Tuhan yang baru mereka dengar. Kadang-kadang sebuah nyanyian menjadi suatu doa untuk meresponi Firman Tuhan yang diberitakan. Contohnya lagu: "Mari Masuk"; "Terimakasih Tuhan"; dll.
Dengan pujian dan penyembahan anak dikuatkan dalam menghadapi pengaruh lingkungan yang penuh dengan kata kotor/makian, keluhan, olokan, ejekan, fitnah, lagu duniawi yang porno dan penuh pemberontakan, bahkan pemujaan terhadap tokoh khayalan, seperti Batman, Superboy, Spiderman, Robocop dll.
Nyanyian yang dipelajari di SM dapat dinyanyikan anak secara spontan, baik di jalan, di rumah maupun di tempat bermain. Itu menjadi kesaksian bagi orangtua, saudara-saudara, teman, dan siapa saja yang mendengarnya. Anak pun akan benar-benar merasakan suasana rohani dan berkat rohani, sehingga semakin mencintai Tuhan dan senang berbakti.
CARA MENGAJAR NYANYIAN BARUUntuk mengajar nyanyian tidak dibutuhkan suara yang bagus, melainkan ketrampilan dan ketepatan dalam mengajar. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mengajar nyanyian:
"Hei, hei, hei lihat saya, saya pakai mahkota. Mahkota dari sorga, karena rajin ke gereja."Nyanyian ini selain berisi pujian kepada diri sendiri, juga tidak benar secara teologis. Mahkota dijanjikan bukan kepada orang yang rajin ke gereja (SM), melainkan kepada mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus dan setia sampai mati.
Menyanyi dan menyembah Tuhan bersama anak berarti memuliakan Tuhan. Mengajarkan nyanyian kepada anak dan mengembangkan ketrampilan mereka dalam memuji Tuhan adalah suatu tugas yang mulia, dan menambah kesukaan dalam proses belajar mengajar di SM. Karena nyanyian pujian adalah milik Tuhan, maka bagi Dialah pujian untuk selama-lamanya. Amin!
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK