Menghadirkan konsep rohani yang nyata dengan cara-cara yang konkrit
merupakan hal yang perlu diperhatikan ketika mengajar anak yang
mengalami gangguan penglihatan. Dengan adaptasi yang minim terhadap
penggunaan bahan mengajar, ditambah dengan guru yang berkomitmen
untuk memberikan perintah-perintah yang Alkitabiah, anak-anak
tersebut tidak hanya dapat melihat kebenaran rohaniah melalui firman
Tuhan saja, namun juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Berikut metode yang dapat kita gunakan untuk mengajar anak
dengan kelemahan pada penglihatan.
Karena anak-anak yang buta tidak dapat menangkap informasi
melalui penglihatan mereka, guru harus menggunakan indra
pendengar, peraba, pengecap, dan pembau saat menyampaikan
pelajaran. Guru harus semaksimal mungkin menggunakan kesempatan
mengajar melalui indera-indera tersebut. Janganlah membatasi
perintah atau keterangan dengan satu cara tertentu saja, tetapi
gunakanlah kombinasi dari indra-indra tersebut.
Guru sebaiknya mengingat bahwa humor dan intonasi suara merupakan
hal yang penting ketika mengajar anak yang memiliki kelemahan
pada penglihatan ini.
Penjelasan verbal yang diberikan guru harus jelas dan tidak
berbelit-belit. Guru harus spesifik dalam memberikan perintah
atau meminta tanggapan. Hindarilah penjelasan atau pertanyaan
yang tidak jelas.
Karena beberapa anak yang memiliki kelemahan dalam penglihatan
menggunakan braille, harus disediakan Alkitab, kurikulum, dan
bahan-bahan lain dalam bentuk braille.
Guru harus menggunakan musik untuk membantu anak yang buta agar
terdorong membagikan pengalaman atau bersaksi. Dorong mereka
untuk bernyanyi di depan kelas. Musik dapat memberikan rasa aman,
merangsang pikiran, dan membantu murid yang buta untuk membangun
suatu pengertian tentang firman Allah dan pesan yang disampaikan.
Musik juga dapat memberikan kesempatan pertumbuhan mental,
spiritual, dan sosial.
Krayon, kertas, pensil, tanah liat, dan cat air semuanya dapat
membantu anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan untuk
mengekspresikan emosi mereka. Ekspresi emosi ini dapat membantu
anak menunjukkan dan mengutarakan kepribadian mereka. Sering kali
anak tidak dapat mengutarakan maksud mereka secara verbal.
Bantulah mereka untuk mengekspresikannya melalui seni dan
keterampilan. Meskipun untuk melakukannya mereka membutuhkan
bimbingan yang lebih daripada anak-anak lain, cara ini akan
memberi kesempatan kepada anak yang memiliki kelemahan
penglihatan untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan talentanya
melalui cara-cara yang mungkin tidak dapat diekspresikan oleh
anak yang dapat melihat dengan baik. Keterampilan ini harus
menarik bagi anak dan menjadi langkah untuk mempelajari Allah dan
kehidupan secara menyeluruh.
Main sandiwara ("role play") dapat membantu anak menjadi terbiasa
dan mengingat peristiwa, ide-ide, dan situasi kisah-kisah dalam
Alkitab. Kegiatan ini juga dapat membantu mereka mengingat
kejadian-kejadian di rumah mereka dan situasi lainnya. Berbagai
pengalaman dapat diperagakan, bahkan pengalaman-pengalaman dari
situasi nyata yang dialami oleh anak sepanjang minggu itu.
Anak-anak yang memiliki kelemahan pada penglihatan juga sangat
memerlukan Yesus Kristus dan gereja, sama seperti anak-anak yang
memiliki penglihatan sempurna. Melalui partisipasi dalam penyembahan
dan perintah-perintah dalam gereja, anak-anak yang memiliki
kelemahan pada penglihatan ini bisa mengerti dan mengasihi Tuhan
Yesus sehingga hidup mereka dapat diperkaya.(t/Ratri)