Ada dua jenis hambatan penglihatan pada anak, yaitu buta dan lemah
penglihatan. Anak yang buta harus menggunakan huruf braille,
sedangkan yang lemah penglihatannya tetap dapat memakai huruf biasa.
Di Amerika Serikat, apabila setelah diperiksa, ternyata penglihatan
anak berada pada derajat 20 ke bawah, ia dimasukkan dalam kategori
"anak yang buta". Sedangkan bila derajatnya mencapai 20 -- 200, ia
masuk ke dalam kategori "anak yang lemah penglihatan".
DIAGNOSISNYA
Untuk mengatasi anak yang memiliki masalah dalam penglihatannya,
sebagian sekolah biasanya memercayakannya kepada dokter mata.
Pengamatan yang cermat di dalam kelas akan mempermudah menemukan
anak yang bermasalah dalam penglihatannya. Apakah anak dapat melihat
dengan jelas tulisan di papan tulis dari tempat duduknya? Ataukah
mereka harus selalu maju ke depan? Apakah anak mengernyitkan mata
setiap kali membaca? Apakah anak menonton televisi dengan jarak yang
terlalu dekat? Dapatkah mereka melihat pemandangan yang terbentang
di luar jendela?
PENYEBAB MASALAH
Kita perlu mengetahui bagaimana cara kerja mata secara normal.
Fungsi mata manusia bagaikan kamera bagi otak. Bola mata merupakan
lubang lensa pada kamera. Sementara itu, lapisan dinding bola mata
atau retina merupakan penerima rangsangan warna maupun cahaya.
Cahaya yang diterima melalui bola mata dapat dibiaskannya. Di
belakang selaput pelangi terdapat "humor vitreous", yaitu suatu
cairan yang mengisi ruangan di antara lensa mata dan selaput jala,
yang juga berfungsi untuk merefleksikan sinar ke dalam jaringan
serabut mata. Jaringan serabut ini berada di belakang bola mata
sehingga memungkinkan kita untuk dapat melihat.
Kebutaan dapat disebabkan oleh virus, kecelakaan, keracunan, atau
tumor, dan dapat juga diakibatkan oleh penyakit seperti kencing
manis, sifilis, dan radang mata. Lingkungan yang bersih juga
merupakan syarat bagi kesehatan mata.
JENIS PENYAKIT MATA
Rabun jauh
Penyakit ini merupakan kelainan mata di mana bayangan
berkas-berkas sinar jatuh di belakang selaput jala (retina)
sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Jenis penyakit
ini dapat diperbaiki dengan memakai kacamata berlensa cembung.
Rabun dekat
Kebalikan dari yang di atas, kelainan ini merupakan kelainan di
mana bayangan berkas-berkas sinar jatuh di depan retina. Jarak
kemampuan untuk melihat benda hanya pada kira-kira dua puluh
meter. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memakai kacamata
berlensa cekung.
Silinder
Silinder terjadi karena adanya kelengkungan pada permukaan kornea
mata sehingga cahaya tidak berpusat pada retina, tetapi pada dua
titik yang berbeda. Setelah diperiksa penyakit ini dapat diatasi
dengan memakai kacamata silindris.
Kehilangan fokus/juling
Penyebab kelainan ini ialah gangguan pada sel-sel saraf sehingga
letak hitam mata tidak tepat berada di tengah pada waktu melihat
benda. Keadaan ini dapat terjadi sewaktu-waktu atau seumur hidup.
Biji mata menggetar
Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada otot penggerak biji mata
sehingga fokus penglihatan tidak normal.
Buta warna
Biasanya kelainan ini merupakan bawaan yang diturunkan, yang
dimungkinkan oleh adanya anggota keluarga yang kekurangan lapisan
pigmen pada kulit, rambut, atau mata. Buta warna disebabkan oleh
kurangnya kepekaan retina terhadap cahaya sehingga tidak memiliki
rasa melihat warna.
Katarak
Kekeruhan yang terjadi pada lensa mata atau lapisan lensa mata
yang menyebabkan daya melihat menjadi lemah serta dapat menjurus
kepada kebutaan. Dalam ilmu kedokteran, keadaan ini dapat
disembuhkan melalui pembedahan.
CIRI-CIRINYA
Gangguan pada mata dapat memengaruhi kestabilan tubuh, pergaulan,
jiwa, dan pendidikan seseorang, atau paling tidak akan memengaruhi
beberapa hal yang dikemukakan berikut ini.
Kompensasi
Para ahli berpendapat bahwa bila terjadi kerusakan fungsi pada
satu indra, misalnya pada indra penglihatan, daya fungsi indra
lain akan meningkat. Sebagai contoh, orang yang buta lebih peka
pendengarannya atau lebih tajam ingatannya, mungkin disebabkan
penggunaan indra lain yang lebih banyak. Menurut Gottesman
(1971), indra peraba dari anak yang buta tidak berhubungan dengan
kerusakan yang terjadi pada indra mata. Bahkan tidak ditemukan
adanya perbedaan fungsi indra peraba itu dengan anak yang normal.
Sedangkan Chess (1974) berpendapat lain, bila ada satu indra
dalam tubuh yang mengalami luka, hal ini kemungkinan memengaruhi
daya guna indra lainnya. Kekurangan dalam satu bagian akan
menghambat kesempurnaan perkembangan bagian lainnya.
Tingkat intelek
Sebelumnya, penyelidikan menyatakan bahwa cacat penglihatan tidak
mempengaruhi intelektualitas penderitanya, tetapi kini diduga ada
pengaruhnya. Reynell (1978) menyelidiki seratus sembilan anak
yang cacat hanya pada penglihatan dan didapatkan analisa bahwa
dalam upaya menyesuaikan diri dengan masyarakat, dalam pernyataan
gerak-geriknya, dalam memahami lingkungan, istilah atau
penyampaian bahasa, ternyata mereka lebih lemah dibanding dengan
anak yang normal. Mereka juga kurang dewasa dalam pergaulan dan
pemahaman.
Perkembangan berbahasa
Bateman (1963) menggunakan bahasa psikologis untuk mengadakan
pengujian di Illinois, Amerika Serikat terhadap perkembangan
bahasa dari 131 anak buta. Dari tes tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa untuk kemampuan mendengar, diperoleh angka rata-rata,
tetapi untuk daya kemampuan persepsi, asosiasi, dan memori,
hasilnya di bawah angka rata-rata. Ada juga yang menemukan bahwa
kemampuan penggunaan istilah bagi anak yang buta lebih lemah
dibanding dengan anak yang normal matanya, namun pendapat ini
belum cukup membuktikan apakah penyebabnya berasal dari pemikiran
yang berbeda atau fungsinya yang bermasalah.
Kemampuan belajar
Birch (1966) telah menyelidiki 903 anak kelas 5 dan 6 yang lemah
penglihatannya. Ia menyimpulkan bahwa angka pelajarannya lebih
rendah ketimbang anak yang lain. Berbeda dengan Lowenfeld, Abel
dan Hatlin (1967) yang menyelidiki anak yang buta pada kelas 4 SD
dan kelas 2 SMP menyimpulkan bahwa daya pengertian anak buta
dalam membaca sama dengan anak yang normal matanya. Hanya saja
waktu yang dibutuhkan lebih lama satu atau dua kali daripada anak
yang normal.
Bakat musik
Pada umumnya orang buta dianggap lebih berminat dan berbakat
dalam bidang musik daripada orang biasa. Meskipun sering
ditekankan pentingnya pendidikan musik bagi orang buta, bahkan
sampai ada tokoh-tokoh musik yang adalah seorang buta dalam
sejarah musik, tetapi belum ada cukup bukti bahwa mereka lebih
unggul dalam musik. Seperti apa yang dikatakan oleh Napier
(1973), "Anak-anak buta dididik sejak di Taman Kanak-Kanak untuk
mengenal dan mencintai musik, ... padahal sebenarnya siapa pun
yang diberi kesempatan belajar musik mungkin juga bisa
mengembangkan bakat musiknya."
Pergaulan sosial
Cacat penglihatan tidak selalu berakibat pada timbulnya masalah
dalam sifat dan pergaulan seseorang. Hambatan itu memang telah
membatasi ruang geraknya sehingga ia menjadi kurang berpengalaman
dalam bergaul dan menjadikannya pasif. Tentu saja anak yang buta
tidak dapat menghayati kegiatannya sebab ia tidak dapat melihat
akibatnya. Tentang anak yang lemah penglihatannya, Myerson (1971)
mengatakan bahwa mereka memiliki kesulitan untuk menyesuaikan
diri mereka karena mereka bukannya buta total, meskipun
penglihatannya juga tidak normal. Mereka lebih sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungannya daripada anak yang buta atau yang
normal sehingga perlu diberi perhatian khusus, baik dari orang
tua maupun guru.
PENYELESAIAN MASALAH
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menolong anak yang cacat dalam
penglihatannya supaya dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan dan
pelajaran sehari-hari adalah sebagai berikut.
Perhatian awal
Seorang anak akan memperoleh banyak pengalaman kehidupan dari
keluarganya. Oleh sebab itu, sebaiknya perhatian lebih khusus
diberikan kepada anak yang kurang daya penglihatannya. Mereka
akan banyak belajar dari pengalaman indra peraba dan pendengaran.
Gantungkanlah mainan di tempat tidur, agar anak dapat merabanya.
Dari benda-benda itu anak akan terangsang untuk lebih menggunakan
daya perabaan dan pendengarannya. Jauh lebih baik lagi bila orang
tua mencari bantuan para ahli.
Pengajaran konkrit
Karena mereka belajar melalui pendengaran dan perabaan, guru atau
orang tua harus merelakan diri dan bersedia untuk diraba. Dengan
demikian, anak akan belajar mengenal bentuk-bentuk tertentu:
besar dan kecil, berat dan ringan, atau keras dan lembut melalui
pengalaman yang konkrit yang melibatkan mereka ke dalam
pengalaman yang sebenarnya.
Lingkungan belajar
Amatlah baik untuk mempersiapkan suatu lingkungan belajar khusus
bagi anak yang cacat penglihatannya. Pelajaran yang diberikan
dapat berupa perangsangan indra, pengenalan bentuk, keterampilan
olahraga, dan latihan daya indra. Pertumbuhan anak juga harus
mendapat perhatian. Karena membutuhkan bimbingan dan perawatan
khusus, mereka perlu dipersiapkan oleh seorang guru yang khusus,
baik di sekolah maupun di sekolah minggu. Sebaiknya, gereja
menyediakan kelas khusus dengan pendidik khusus untuk memenuhi
kebutuhan anak yang buta. Sedangkan bagi kelas untuk mereka yang
penglihatannya lemah, dianjurkan agar sedapat mungkin mengurangi
metode pelajaran yang tergantung pada penggunaan mata, dan lebih
banyak menggunakan telinga. Harus ada sinar yang cukup dalam
ruang kelas dan atur posisi duduk anak agar tidak melawan sinar
matahari. Oleh sebab itu, guru jangan berdiri di samping jendela.
Warnai dinding kelas dengan warna yang lembut, serta gunakan
gorden untuk menyerap sinar dari luar. Huruf yang ditulis di
papan tulis harus cukup besar dan murid harus menggunakan pensil
atau bolpoin yang warnanya hitam.
Mengembangkan teknik khusus
Dibutuhkan teknik tertentu untuk mengacu pengalaman pergaulan
anak yang lemah penglihatannya atau anak yang buta. Mempelajari
huruf braille akan memperluas pengetahuannya akan dunia luar.
Pemahaman terhadap lingkungan akan membuat mereka mandiri dalam
kehidupan bermasyarakat kelak di kemudian hari. Latihlah mereka
untuk menggunakan kepekaan indra lain supaya lebih mengenal
lingkungannya.
Bimbinglah emosinya
Anak yang lemah atau cacat penglihatan, sering mengasingkan diri
dari kegiatan-kegiatan yang ada. Para pendidik menyadari sekali
pentingnya kehidupan emosi anak sejak dini. Mewakili umum,
Barraga (1976) memberikan usulan bahwa dalam berhubungan dengan
anak yang cacat mata, sebaiknya lebih banyak digunakan isyarat
tubuh daripada isyarat mata, supaya secara langsung anak dapat
merasakan kasih sayang ibu. Dengan demikian, rasa percaya diri
berkembang pada diri anak. Sebab itu, sang ibu harus banyak
memeluk, menimang, mengelus, dan mengayun bayinya. Setelah
bertumbuh semakin besar, pandangan terhadap dirinya akan
meningkat dan membantu mereka menerima dirinya dan menghadapi
kenyataan yang kejam ini.
Kebutuhan orang tua
Orang tua dari anak yang cacat ini juga perlu memperoleh
perhatian sebab mereka harus terlibat dengan pendidikan anaknya
sejak awal atau pada masa prasekolah. Sekolah dan gereja harus
menyediakan para spesialis untuk dapat memberi bantuan dan
bimbingan yang sesuai kepada orang tua supaya anggota keluarga
dapat menyelami kebutuhan anak yang cacat matanya itu.
Penerangan kebenaran
Banyak dari anak yang cacat ini, setelah dewasa dan mengerti
keadaannya, tidak mau menerima kenyataan, meremehkan diri
sendiri, mengasingkan diri, bersungut-sungut, mencela Allah serta
orang lain, dan memberontak. Didiklah mereka untuk menerima
kenyataan kehendak Tuhan. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm. 8:28).
Ajarkan mereka dengan iman untuk menerima kenyataan yang tidak
dapat diubah lagi, dengan iman percaya bahwa, "Cukuplah kasih
karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku
menjadi sempurna" (2Kor. 12:9). Pada saat mereka bisa dengan
sukacita menerima kenyataan dirinya, di saat itulah mereka dapat
mengembangkan bakat yang ada serta dapat mendalami pengalaman
Paulus, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku" (Flp. 4:13). Sebab "Bagi Dialah yang
dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau
pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam
kita" (Ef. 3:20).