Banyak guru (terutama guru baru) yang takut untuk bercerita di depan
kelas, karena selain ia harus bisa membuat ceritanya menarik, guru
juga harus bisa mempesona anak sehingga mereka mau mendengarkan
cerita hingga selesai. Bercerita sebenarnya adalah suatu ketrampilan
yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh semua orang. Kalau guru
mengerti dan menguasai prinsip-prinsip bercerita yang efektif, maka
bercerita di depan kelas seharusnya tidak akan menjadi sesuatu yang
menakutkan lagi.
Berikut ini adalah beberapa prinsip sederhana untuk dapat bercerita
dengan baik:
Milikilah keyakinan bahwa cerita anda patut didengarkan
Tanyakan pada diri anda:
Mengapa cerita ini penting untuk didengarkan?
Hal apa yang sangat menarik dalam cerita ini?
Bagian mana dari cerita ini yang dapat menarik perhatian?
Hal apa yang dapat membuat anak-anak tertarik dan berminat
ketika mendengarkan cerita anda?
Ajukan pertanyaan itu pada diri anda sendiri untuk meyakinkan
diri anda bahwa cerita tersebut punya nilai bagi kelas anda. Jika
anda merasa percaya bahwa cerita yang akan anda sampaikan itu
bernilai dan menarik untuk didengarkan, maka kemampuan anda dalam
bercerita tidak lagi menjadi hal yang utama untuk diperhatikan.
Siapkan cerita dan berlatihlah bercerita
Empat langkah untuk mempersiapkan anda dalam bercerita:
Identifikasi cerita.
Anda perlu mengetahui dengan jelas tujuan cerita anda.
Membuat garis besar cerita.
Anda mengidentifikasi peristiwa-peristiwa utama dalam cerita
anda.
Review fakta-fakta dalam cerita.
Dengan demikian setiap poin dalam garis besar dapat
mengingatkan anda pada detail-detail cerita yang terjadi
di dalamnya.
Berlatihlah bercerita dengan suara keras sesuai dengan garis
besar cerita yang telah anda buat. Anda dapat berlatih di
depan anggota keluarga, di depan cermin, atau dengan
merekamnya.
Tangkaplah perhatian anak-anak dari sejak dari awal
Permulaan yang bagus sangat penting sebab lebih mudah menangkap
perhatian para pendengar pada awal cerita daripada menarik
perhatiannya setelah perhatian mereka mengembara ke mana-mana.
Bagi anak-anak, cara terbaik untuk memulai cerita adalah dengan
menanyakan pengalaman-pengalaman menarik yang mereka alami, yang
dapat dihubungkan dengan beberapa aspek dalam cerita, misalnya:
Pertanyaan tentang sesuatu yang pernah dilihat dan dikerjakan
anak-anak. Anda juga dapat mensharingkan pengalaman anda
sendiri kepada mereka.
Berikan ilustrasi yang jelas untuk memulai cerita, dapat berupa
kejadian yang anda alami atau dari sesuatu yang pernah anda
baca.
Libatkan anak-anak dalam aktivitas yang anda persiapkan untuk
mendukung cerita anda, seperti permainan, menggambar,
mendengarkan lagu, dsb.
Identifikasi tingkat pengenalan/pemahaman anak terhadap cerita
GSM menghadapi tantangan saat menceritakan cerita Alkitab kepada
anak-anak. Di satu sisi, ada anak-anak yang sama sekali belum
mengetahui cerita tersebut. Di sisi yang lain, ada anak-anak yang
sudah sering mendengar cerita itu dan kemungkinan besar mereka
akan menunjukkan kebosanan saat mendengar cerita itu lagi.
Pertama-tama sebelum menceritakan narasinya, jelaskan terlebih
dulu bagian-bagian yang kemungkinan besar tidak mudah dipahami
oleh anak-anak yang belum pernah mendengar cerita itu. Kedua,
tunjukkan bahwa anda tahu ada beberapa anak yang sudah pernah
mendengar cerita tsb. tapi jelaskan nilai pentingnya cerita itu
sehingga perlu diceritakan lagi.
Fokuskan cerita anda
GSM harus benar-benar mengetahui tujuan cerita yang disampaikan.
Cerita-cerita dalam Alkitab bertujuan untuk membuat orang
memikirkan tentang pelajaran yang diberikan, lalu bagaimana cara
meresponnya/menerapkannya.
Setelah itu, GSM menjelaskan tujuan itu kepada anak-anak. Supaya
tidak bertele-tele bercerita, jadikan tujuan itu sebagai fokus
cerita. Jika tujuan utamanya lebih dari satu, pilih salah satu
saja dan ceritakan dengan jelas. Satu tujuan utama yang
diceritakan dengan jelas lebih baik daripada menceritakan banyak
poin tetapi tidak ada yang akan diingat.
Tentukan plot cerita
Setiap cerita memiliki 5 unsur penting:
Setting (Lokasi cerita).
Setting biasanya menjadi unsur yang tidak terlalu dianggap
penting. Namun, dalam cerita-cerita Alkitab, setting menolong
anak-anak untuk menyadari bahwa cerita itu terjadi di dunia
nyata.
Karakter (Tokoh utama dalam cerita).
Bila tokoh utamanya punya nama atau pekerjaan yang tidak
dikenal anak-anak, jelaskan hal itu terlebih dulu sebelum
bercerita. Ceritakan secara rinci tentang tokoh utama itu
sehingga anak-anak mengetahui peristiwa apa yang dialaminya.
Problem (Peristiwa yang dialami tokoh utama).
Buat anak-anak tertarik untuk mengetahui apa yang dialami
tokoh utamanya.
Aksi (Respon dari tokoh utama).
Jika anak-anak tertarik dengan apa yang dialami tokoh utamanya
maka mereka akan secara otomatis ingin mengetahui apa yang
akan dilakukan tokoh utama dalam situasi yang telah
diceritakan tadi.
Hasil dari aksi yang dilakukan tokoh utama.
Untuk anak-anak kelas kecil, cerita dapat disampaikan dengan
plot yang berurutan. Untuk kelas besar, GSM dapat membuat
variasi dari kelima unsur tersebut.
7. Libatkan anak-anak
Untuk anak-anak yang sudah bisa menggunakan Alkitab, berikan
kesempatan kepada anak-anak untuk membuka Alkitab mereka baik
sebelum, selama ataupun sesudah bercerita. Bantulah anak-anak
untuk:
Mencari alamat ayat dari cerita tersebut.
Hal ini membuat anak-anak menyadari bahwa cerita itu
benar-benar dari Alkitab (bukan imajinasi GSM) dan membangun percaya
diri untuk mempelajari Alkitab.
Membaca apa yang dikatakan Alkitab.
Selain membaca ayat, anak-anak dapat diminta untuk menemukan
informasi yang ada dalam ayat tersebut, seperti nama orang,
jawaban pertanyaan, pernyataan, dsb.
Memahami apa yang dibaca.
GSM dapat memandu anak-anak untuk memahami ayat yang dibacanya.
Caranya yaitu dengan mengajukan pertanyaan: "Adakah cara lain
untuk mengatakan ayat itu?" atau "Bagaimana caramu menjelaskan
ayat ini kepada seorang temanmu?"