Dalam mengajar, Yesus menggunakan beberapa metode dan tidak terikat pada satu metode saja. Dia beralih dengan sangat lembut dari yang dikenal ke yang tidak dikenal; dari yang sederhana ke hal-hal yang rumit; dari hal-hal yang konkret ke hal-hal yang abstrak. Suatu kebebasan yang sesungguhnya, muncul dalam kemampuan metodologisnya dan dengan objektivitas yang cukup jelas. Dia bukanlah seorang penghibur melainkan seorang pendidik. Dia menginginkan lebih dari perhatian yang besar; Dia menjanjikan untuk mengubah hidup.
Tak seorang pun bisa menuduh Yesus memotong filosofi pendidikan. Dia memahami bahwa semua pembelajaran melibatkan suatu proses. Dia tidak hanya tahu apa yang akan diajarkan-Nya, tetapi Ia juga mengerti apa yang diajarkan-Nya. Belajar lebih dari sekedar mendengarkan; mengajar lebih dari sekedar mengatakan. Bagaimanakah Yesus bisa menjadi begitu efektif tanpa menggunakan bel atau pun jadwal, sebuah ruang kelas yang bagus, dan sebuah OHP atau layar?
Berikut ini beberapa kunci keefektivitasan-Nya. Ajaran Yesus memiliki sifat bisa dibedakan dan dipindahkan/disalurkan.
AJARAN YESUS ITU KREATIF
Tidak ada pola pengajaran yang sama dengan pola pengajaran Yesus. Sangat sulit untuk menemukan bahwa Yesus menggunakan hal yang sama dalam cara yang sama. Seseorang membaca Kitab Suci dengan harapan untuk menemukan apa yang selanjutnya akan dilakukan dan dikatakan oleh Yesus. Kita melihat kekreativitasan-Nya seperti berikut ini
:Cara ini merupakan inti dari metode pengajaran-Nya. Empat Injil
menuliskan lebih dari seratus pertanyaan berbeda yang digunakan.
Beberapa dari pertanyaan-Nya dilontarkan secara langsung dan
dengan sederhana memberikan informasi yang penting, beberapa
penjelasan dari ketidakpastian yang dipikirkan oleh pendengar-
Nya, dan ekspresi yang muncul atas iman mereka. Misalnya,
"Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (
Robert Stein, dalam bukunya yang berjudul "The Method and Message of Jesus Teaching", mengatakan bahwa:
"Dia menggunakan pertanyaan dalam berbagai variasi dan dalam berbagai situasi. Salah satu cara yang digunakan Yesus dalam menggunakan pertanyaan adalah dengan menggambarkan jawaban yang benar bagi pendengar-Nya. Dengan menggambarkan jawaban yang benar kepada murid-murid-Nya, maka jawaban tersebut akan lebih menyakinkan dan selalu mereka ingat daripada hanya diucapkan oleh Yesus. Inti dari keseluruhan penginjilan-Nya terpusat pada peristiwa di Kaisarea, Filipi dimana Yesus menanyai murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam- imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang." (Markus 8:27-32 )
Seringkali, pertanyaan yang dilontarkan-Nya secara langsung
mengharuskan pendengar-Nya membandingkan, memeriksa, mengingat,
dan mengevaluasi. Pertanyaan-pertanyaan hipotesa memberikan
suasana solusi bagi pendengar-Nya. Seperti yang tertera pada
Yesus dikenal mahir dalam menangani pertanyaan-pertanyaan yang
ditujukan kepada-Nya, bahkan ketika mereka ingin menjebak-Nya. Di
dalam
Yesus adalah ahli dalam bercerita. Ajaran-Nya menggugah pikiran;
bukan melumpuhkan pikiran. Perumpamaan adalah bentuk yang paling
terkenal dari ciri-ciri ajaran-Nya yang secara kreatif melibatkan
orang-orang dalam proses belajar. Markus mencatat bahwa Yesus,
"Mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka." (
Archibald Hunter mengklaim bahwa 35 persen dari ajaran Yesus dalam keempat kitab Injil berbentuk perumpamaan. (Richard A. Batey, ed. New Testament Issues. New York: Harper and Row, 1970, p.71.)
Ada sebuah pertanyaan yang berupa kritik, "Mengapa Yesus sangat sering menggunakan perumpamaan?" Kembali, Robert Stein memiliki ayat yang tepat dalam "Perumpamaan Yesus" yang diringkas-Nya menjadi tiga alasan:
Yesus menggunakan berbagai metode yang kreatif seperti:
AJARAN YESUS ADALAH UNIK
Setiap ajaran digunakan dan dipilih untuk menyesuaikan dengan
situasi dan kebutuhan dari pendengar-Nya. Setiap pertemuan sangatlah
berbeda karena Dia tahu apa yang ada dalam diri setiap orang secara
umum dan secara individu (
Dia mengajarkan kebenaran "semampu mereka untuk memahami" (
"Belajar adalah proses, biasanya bertahap, tetapi kadang-kadang ditandai dengan peristiwa-peristiwa besar yang menunjukkan peningkatan yang pesat."
Yesus tidak berusaha untuk menyimpan pendekatan-pendekatan
pendidikan. "Camkanlah ini karena suatu hari nanti engkau akan
memerlukannya." Dia tidak berada di bawah tekanan untuk mengajarkan
berbagai hal yang ingin diketahui oleh murid-murid-Nya meskipun Dia
adalah kebenaran itu sendiri (
Juruselamat selalu mulai dari di mana orang berada -- dengan pertanyaan-pertanyaan, kebutuhan, kepedihan, dan kepentingan mereka. Dia tahu bagaimana mendengarkan orang lain dan mengunci komentar mereka. Dia menjadi satu dengan mereka; Dia dapat beradaptasi dengan berita-berita yang ada; Dia dapat mengikuti mereka tanpa mereka sadari.
Kristus tidak pernah melepaskan budaya-Nya. Bahasa yang digunakan- Nya selalu disesuaikan dengan pengalaman orang lain -- pekerjaan, masalah-masalah sosial, adat istiadat, kehidupan keluarga, sifat, dan konsep agama mereka.
Perhatikan, Yesus mengunakan elemen-elemen yang mengejutkan dengan
wanita Samaria (meminta minum,
AJARAN YESUS ADALAH MENGIKAT
Orang tidak akan berpikir jika tidak diminta untuk melakukannya. Kapasitas penyelesaian masalah adalah dengan menggunakan Injil. Yesus tidak hanya menyelesaikan masalah untuk orang lain tetapi juga dengan orang lain; mereka selalu dilibatkan dalam proses ini.
Dia mengikat orang lain dengan memberikan suatu perkara, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan, dengan menggunakan pengulangan, dengan bercerita, atau hanya dengan diam saja.
Agar dapat menggunakan metodologinya secara fleksibel, seseorang tidak hanya harus tahu apa yang dipelajarinya secara keseluruhan, dia juga harus memiliki tujuan yang ingin dicapainya ketika membimbing murid-muridnya. Tuhan kita mendorong secara informal tetapi bukan tanpa tujuan.
Lukas
AJARAN YESUS ITU MEMBANGUN
Tujuan Allah kita adalah untuk membawa orang lain dari tempat asal
mereka ke tempat mereka yang seharusnya. Percakapan Yesus dengan
wanita Samaria itu adalah suatu pelajaran tentang keahlian Yesus
yang tak tertandingi (
Yesus menghancurkan semua rintangan yang ada -- budaya, ras, jenis kelamin, dan agama -- dan mengubah dia (wanita Samaria) menjadi seorang penginjil di lingkungannya. Itulah perubahan.
Tetapi, bagaimana perubahan yang radikal ini bisa terjadi? Becky Pippert secara tajam mengamati:
"Wanita Samaria itu telah memiliki lima suami dan saat itu, ia tinggal dengan suami keenamnya. Para murid memandangnya dan merasa, "Wanita itu? Menjadi orang Kristen? Tidak bisa, mengapa hanya melihat gaya hidupnya saja!" Tetapi Yesus melihatnya dan membuat kesimpulan yang sebaliknya. Apa yang dilihat Yesus dalam ketakutannya untuk berharap kepada pria, bukan hanya sekedar rasa kehilangan. Bukanlah kebutuhan manusiawinya untuk mendapatkan kelembutan yang menyentuh-Nya tetapi bagaimana ia mencari untuk mendapatkan yang ia perlukan. Bahkan, Yesus melihat bahwa kebutuhannya menandakan kehausannya akan Tuhan. Dia ingin mengatakan kepada murid-murid, "Lihatlah apa yang ia perbuat untuk Tuhan. Lihatlah betapa kerasnya ia berusaha untuk mendapatkan hal yang benar pada semua tempat yang salah." (Pippert, p. 119)
Ini adalah hasil dari melihat orang lain dengan pandangan mata
secara radikal (
Dia menantang orang Farisi, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti
firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan
persembahan" (
Melalui Allah, kita belajar bahwa pengajaran yang baik itu meliputi menolong murid untuk bertanggung jawab atas pemikiran dan hidupnya. Dia selamanya akan mendorong dan memampukan orang lain untuk membuat keputusan terbaik yang mungkin bisa dilakukan.
Membimbing orang lain dalam nama Yesus adalah suatu hak yang besar
dan suatu tanggung jawab yang harus diemban; menyesatkan seseorang
adalah hal yang dibenci-Nya (
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK