Banyak orang mengatakan bahwa minat baca orang Indonesia sangat rendah dibandingkan dari negara-negara lain, bahkan diantara negara- negara di Asia. Hal ini tidak mengherankan karena sejak kecil kita tidak dididik orang tua kita untuk mencintai buku. Kalau sama-sama diberi uang saku maka anak Indonesia biasanya akan memakainya untuk membeli makanan jajanan. Itu sebabnya uang saku lebih sering dikenal dengan sebutan "uang jajan", karena memang tujuannya untuk membeli makanan. Jarang anak dididik untuk menggunakan uang sakunya untuk sesuatu yang lain, misalnya untuk menyewa buku atau membeli alat tulis atau buku. Hal-hal tersebut dianggap otomatis tugas orang tua untuk menyediakannya. Anak tidak diajar dari kecil untuk bertanggung jawab terhadap kebutuhannya sendiri.
Para ahli meneliti bahwa cinta buku (minat baca) biasanya lahir dari rumah. Jika orang tuanya, atau orang dewasa yang tinggal serumah, cinta buku dan senang membaca maka hampir bisa dipastikan anak juga akan gampang tertular. Jika orang tua senang membaca, maka dengan mudah buku-buku akan dijumpai di berbagai tempat di rumah. Anak menjadi terbiasa melihat buku dan jika tidak ada yang dikerjakan maka anak yang sudah bisa membaca (mulai umur 5) akan lari ke buku sebagai tempat untuk menghibur diri.
Anak kecil biasanya mulai memperhatikan buku hanya dengan melihat gambar-gambarnya saja. Jika ia sudah puas atau bosan, maka ia akan mulai membaca kata-katanya, khususnya dari hal-hal yang menarik perhatiannya atau yang memancing rasa ingin tahunya. Sebagai pemula, anak sebenarnya tidak perlu memiliki buku yang banyak. Cukup beberapa buku yang disukainya saja. Buku-buku tersebut biasanya akan dibacanya berulang-ulang, bahkan sampai hafal detail gambar dan isinya. Di sini peran orang dewasa cukup besar untuk mengembangkan minat baca anak-anak. Sering-seringlah tunjukkan ketertarikan Anda terhadap ketertarikannya pada buku yang dibacanya. Tanyakan siapa tokoh ceritanya, atau bagaimana akhir ceritanya. Tunjukkan buku lain yang membahas tentang hal yang sama untuk menambah informasi yang sudah didapatnya. Anak akan merasa mendapat angin kalau orang tuanya ikut memberi perhatian terhadap buku yang dibacanya. Inilah kunci untuk menolong anak memiliki kebiasaan membaca.
Anak saya Jesica, pertama kali tertarik membaca isi buku (bukan hanya melihat gambarnya saja) adalah ketika ia sudah mulai bisa membaca sendiri sebelum umur 5 tahun. Buku yang menarik perhatiannya adalah buku Ensiklopedia Mini tentang mumi. Entah kenapa dia sangat penasaran kalau melihat gambar mumi. Dengan usahanya sendiri ia mencoba mengerti kata-kata yang menjelaskan tentang gambar mumi tersebut. Memang belum fasih membaca, namun jelas dia mengenali maksud kata-kata yang dilihat di buku tersebut karena dengan serius dia berkata, "Mommy, kalau besar nanti Jesica pengin jadi archeolog". Seaneh apa pun kedengarannya, jangan sekali-kali menertawakan keinginan anak kalau Anda tidak ingin memadamkan semangatnya membaca. Jesica sekarang sudah berumur 7 tahun dan selama 4 bulan terakhir ia telah membaca 6 buku seri Narnia dan saat ini ia sedang membaca seri terakhirnya, hampir selesai ....
oleh: Tut Wuri Handayani
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK